PERASAAN BIMA

66 18 33
                                    

Apa dengan menjauh bisa buat lo nggak terluka?

Bima Angkasa Anggareksa.

🍊🍊🍊

Saat kembali ke tempat, Abi tidak melihat keberadaan Giana. Dia hanya melihat kamera Bima yang tergeletak di tempat awalnya. Tak lama kemudian datang Bima, cowok itu mengeryit karena tidak melihat keberadaan Giana, Diza, dan Raden.

"Kemana mereka bertiga?"

"Diza sama Raden tadi pergi sebentar, gue juga barusan angkat telfon dari Sakti. Terus Giaaa..." Abi menunjuk tempat duduk Giana semula, "Tadi disitu..."

Beberapa detik keduanya saling tatap, seolah dengan pikiran yang sama langsung saja Bima dan Abi berlarian menerobos gerombolan penonton untuk mencari Giana. Cewek itu benar-benar selalu buat khawatir!

Gue harap lo baik-baik aja, Giana.

Jauh dari posisi Bima dan Abi, kini ada Diza dan Raden yang sedang membekap 7 orang suruhan Rendra yang berhasil menyusup ke SMA Galaksi. Benar dugaan Genta, Rendra akan bermain secara licik, dan itu menjijikkan!

Raden menendang salah satu dari ketujuh orang yang sudah terkalahkan dan terikat. "NGAKU LO! BERAPA ORANG YANG DIKIRIM RENDRA KE SINI!" murkanya.

Diza hanya menatap tanpa minat, tidak memiliki rasa iba sekalipun Raden sampai menendangi antek-antek Rendra yang kondisinya sudah tepar. Diza hanya akan bertindak jika ia rasa harus bertindak. Beruntung, Diza mampu mengendalikan emosinya.

"G-gak ada... uhuk..uhuk... cuman kita y-yang dikirim R-Rendra." Jawab cowok yang tadi di tendang Raden.

Raden menghentikan tendangannya, sepertinya jawaban itu memang benar melihat kondisi cowok yang ia tendang tidak memungkinkan untuk berbohong.

Getaran di saku celana Raden mengalihkan perhatian, Diza bahkan sampai menoleh, menatap Raden yang kini mengeluarkan ponsel dengan cassing berwarna baby blue yang ia tau itu adalah ponsel Giana.

Raden mengeryit saat membaca nama yang muncul di layar ponsel Giana 'JANGAN JAWAB' begitulah, tetapi apa Raden boleh menjawabnya?

"Angkat aja, siapa tau penting," kata Diza yang entah sejak kapan sudah berada di sebelahnya dan mengintip layar ponsel Giana di tangannya.

Memutuskan untuk menjawabnya, cowok itu menempelkan ponsel Giana di daun telinga. Belum sedetik, cowok itu sudah menjauhkan benda pipih tersebut.

Diza sampai ikutan kaget karena teriakan seseorang yang menelfon, itu suara Bima.

"GIANA! LO DIMANA?!"

"Bukannya Giana sama Abi?"

Di seberang sana Bima terdiam, sial!

"Hp Gia kok bisa sama lo?!"

"Tadi di titipin ke gue!"

"Kepaksa di titipin," ralat Diza membuat Raden melirik tajam.

"Gia nggak ada, itu cewek ilang! Gue sama Abi lagi nyariin dia!"

Suara deru napas Bima bahkan sampai terdengar, sepertinya Bima serius akan kenyataan bahwa Giana hilang. Ikut panik, Diza dan Raden saling pandang. Keduanya melotot kaget dan selanjutnya berlari keluar gudang. Raden mematikan panggilan secara sepihak sementara Diza sudah berlari kencang meninggalkannya jauh dibelakang.

"TUNGGU!"

Raden menghentikan langkah lebarnya, ia menoleh ke belakang. "APA BANGSAT?!"

"Gue nggak tau dia bakalan sakitin adik Genta apa enggak. Yang gue tau dia juga benci sama Genta dan adiknya."

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang