HELLA! APA KABAR NIII?
LAMA SEKALI FIA MENGGANTUNG ENDING CERITA INI HIHI. OIYAAA! MARHABAN YA RAMADHAN YAWW.
MOHON MAAP ATAS KETERLAMBATAN UPLOAD SEBULAN LEBIH HIHI, HAPPY READING, JANGAN LUPA LEDAKAN VOTE KOMENNYA UNTUK PART INI.
SAMA JANGAN LUPA BACA CERITA GENTA DI SEBELAH YAAAA HAHAHHAA
🍊🍊🍊
Giana memboyong berkas-berkas ekstrakulikuler jurnalistik sendirian karena memang ini tugasnya sebagai sie perlengkapan. Ia harus menyiapkan berkas-berkas ini di ruang jurnalistik untuk rapat bulanan yang biasanya diadakan.
Tiba-tiba saja berkas-berkas ditangannya diambil alih orang, Giana yang berniat memprotes langsung diam dan tersenyum manis.
"Hai," sapa Bima.
"Hai," balas Giana. "Kenapa nggak nunggu di ruangan? Kamu kan ketua ekskul, kalo terlambat gimana?"
"Justru karena aku ketua ekskul makannya boleh aja terlambat, nggak ada yang marahin."
"Sombong amat!"
Bima terkekeh. "Gimana? Kemarin malem mimpi indah?" ia menyenggol pelan lengan Giana. "Aku yakin pasti boneka kiriman aku kamu ciumin dan kamu peluk sepanjang malam, iyakannn?" godanya.
Ya. Kemarin malam dengan tiba-tiba Bima datang ke rumah Giana dengan membawa boneka kambing dan sebatang coklat. Dan kemarin malam Giana hampir tidak bisa tidur sangking bapernya!
"Sotoy!"
Lagi, Bima terkekeh. Menggoda Giana dan membuat cewek itu kesal seolah jadi rutinitasnya selama beberapa hari ini. Apalagi satu rasa yang sama seolah membina hubungan keduanya menjadi semakin dekat.
Tanpa sadar Giana dan Bima sampai di ruang ekskul jurnalistik. Bima dan lainnya mempersiapkan rapat dan rapat dimulai dengan lancar sampai akhir. Begitu selesai rapat, Giana dapat melihat Bima dan Diza yang semakin akrab, keduanya sekarang malah terlihat sering bercanda gurau. Lain halnya dengan Giana, para anggota ekskul yang masih ada di ruangan melongo. Takjub akan perubahan suasana yang dibawa Bima dan Diza. Mereka masih tidak percaya bahwa dua orang yang selalu bertengkar saat bertemu malah jadi saling rangkulan dan bercengkrama akrab.
Zarreta memposisikan diri disebelah Giana. Ikut menatap interaksi Bima dan Diza yang asik dengan bahasan mereka sendiri.
"Aku nggak nyangka kalo selama ini Diza adalah teman dekat kak Bima," katanya membuat Giana menoleh sekilas dan kembali ke objek yang sendari tadi ia pandangi.
"Gue juga nggak nyangka bakalan adem gini ngeliat mereka berdua akur."
"Emang biasanya nggak adem liat mereka?"
Giana menatap intens Zarreta, "Iya, biasanya nggak adem. Bawaannya pengen ngajak berantem."
Beberapa detik kemudian keduanya tertawa, merasa lucu tanpa alasan.
Tatapan Bima dan Diza mengarah pada objek di dekatnya bersamaan. Diza menepuk pelan bahu Bima, "Gue balik dulu, udah ada yang nunggu." Pamitnya.
"Yoi, hati-hati, Za."
"Hmm."
Diza melangkah ke arah Zarreta. Cowok itu mencolek lengan Zaretta membuat si empunya menoleh dan menghentikan obrolan dengan Giana. "Udah selesai?" tanyanya.
"Udah."
Zarreta mengangguk, beralih menatap Giana yang mengulum senyum dan melempar tatapan menggoda pada Diza karena cowok itu bersikap manis pada Zarreta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...