"Takdir tau kapan harus mengutip peristiwa berharga dimasa lalu."
Giana Afsheen Leteshia.
🍊🍊🍊
Sejak diantar Bima pulang Giana tidak pernah memudarkan senyumannya. Cewek itu bahkan terus bergulung-gulung di kamarnya. Clara dan Arfa yang baru saja masuk ke kamar Giana jadi bingung melihat kelakuan buah hati mereka.
"Kayaknya suasana hatinya udah berubah," bisik Clara.
Arfa mendekatkan bibirnya di telinga Clara, "Yaudah nggak jadi ngehibur," balasnya ikut berbisik.
Kedua orang itu berbalik, berjalan dengan perlahan agar tidak menganggu aktivitas absurd Giana. Sayangnya baru saja hendak meraih knop pintu mereka sudah dihentikan dengan panggilan Giana.
"MAMA! PAPA! SINI DEH GIA CERITAIN!"
Menghela napas panjang, pada akhirnya kedua orang itu berakhir duduk di depan Giana. Putrinya itu terus mengulum senyum bahagia bahkan wajahnya terus bersemu merah, sebahagia apa sih Giana sekarang ini?
"Jadi?" tuntut Arfa.
Giana merapikan anak rambutnya, ia menatap bergantian Arfa dan Clara. "Giana udah nemuin pangeran yang selamatkan Giana dulu waktu hampir tenggelam di pantai."
"Oh ya?" tanya Clara, terlewat excited.
Giana mengangguk semangat. " Ternyata cowok yang selamatin Gia sebelum Diza itu selama ini ada di deket Gia!"
"Sudah bilang terimakasih?" tanya Arfa.
"Sudah!" jawab Giana, "Bahkan Giana sampai menawarkan traktiran banyak-banyak meskipun di tolak," lanjutnya, sedikit kecewa.
Arfa mengelus rambut Giana. "Jadi siapa dia?"
Giana diam. Sengaja membuat Arfa dan Clara menunggu. Cewek itu kembali mengulum senyum.
"Cih," decak Clara gemas, "Siapa dia?" tuntutnya.
"Bima."
Tiga detik berikutnya kedua orang di depan Giana melotot kaget.
"Jangan becanda kamu, Gi," sela Clara sambil terkekeh renyah. "Suka sama Bima juga nggak perlu begitu amat, sampai bikin cerita klasik gitu."
Giana bersungut kesal. "Gia serius, ma! Tadi waktu Giana cerita dan kasih tunjuk gelang yang Giana simpan dulu, Bima nunjukkin gelang yang sama. Inisial BS di bandol itu singkatan dari BimaSakti!"
Oke, sepertinya Giana serius. Jika demikian kenapa—
"Aku tau apa yang mama pikirkan," potong Giana. "Jadi alasan Bima pergi waktu itu karena posisinya dia lagi dikejar sama orangtuanya padahal dia lagi ngambek dan nggak mau ngoomong dulu sama orangtuanya, ma."
Arfa menangguk paham, ia menepuk pelan bahu Giana. "Besok atau lusa ajak Bima makan malam disini, papa pengen bicara."
Saat Clara hendak bersuara, Arfa lebih dahulu menariknya keluar. Sekarang jadilah Giana termenung di kamarnya. Ucapan Arfa barusan membuat Giana berpikir lagi.
"Uaduh! Gawat ini!"
🍊🍊🍊
Saat ini Bima hanya berdiam diri di kamar. Menatap lurus langit-langit kamarnya. Ia tidak menyangka bahwa gadis yang dulu secara kebetulan ia selamatkan adalah Giana. Cowok itu tersenyum tipis, mengingat kejadian tersebut.
Bima berjalan dengan emosi membumbung. Kala itu, Sakti menuduhnya mencuri kelapa dagangan seseorang padahal Bima tidak tahu menahu keberadaan kelapa yang tiba-tiba di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...