PAMAN TARA

103 26 20
                                    

MISIYYY...

NUNGGUIN YA? HIHIHI

MOON MAAP NI YEEE, ANAK KULIAHAN SIBUK BANGET JADI LUPA UPDATE KEMAREN.

OIYA SOON, WFY UPDATE SENIN KAMIS MINGGU YA GAISSS....

TAPI KALO MOOD FIA LAGI CHAKEP BISA NAMBAH HAHAHA...

SO, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YANG BOMBASTIS ABIZZZ. HAPPY READING!

🍊🍊🍊

Giana merenggangkan ototnya, badannya terasa remuk setelah pertarungan kemarin. Dares tidak ada di rumah karena menjaga tante Amy di rumah sakit, jadi weekend minggu ini ia tidak bisa mengambil mangga pak Mamad bersama Dares seperti minggu kemarin.

Giana bersyukur karena hari ini dan satu hari ke depan libur sekolah, jadi ia tidak harus masuk dengan wajah bonyok. Pasti Yura heboh, terlebih lagi ia tidak harus bertemu dengan Bima. Ia hanya merasa tidak enak hati membuat Bima terluka karena ikut campur masalahnya.

Cewek itu memilih mencari makanan di dapur, tidak ada pembantu membuat Giana mandiri dan bisa memasak. Kedua orangtuanya masih berada di rumah kakek Tio, dan kedua orangtuanya tidak tahu masalah kemarin. Tentu saja Giana bekerja keras agar Genta, Dares, tante Amy dan semua orang yang terlibat dengan kekacauan kemarin tutup mulut, bahkan kedua polisi yang menangkap Roy. Giana memohon pada mereka untuk tidak mengadukannya pada Arfa dan Clara.

Jika kedua orangtuanya tahu, Giana bisa jamin Arfa akan menyewa bodyguard seperti dulu waktu ia siuman dari kecelakaan penyiksaan si Roy.

"Genta pasti molor, dia juga nggak bakalan masak makanan ini," ujar Giana seraya menatap beberapa makanan yang terhidang di meja makan.

Mengabaikan rasa penasarannya tentang asal makanan yang terhidang, Giana pun lekas duduk dan makan-makanan yang terhidang. Perutnya lapar, terlebih kemarin ia hanya makan roti yang Bima berikan selepas pulang dari rumah sakit sebab Genta mendadak ada urusan dan pergi meninggalkannya dengan Bima.

Setelah makan Giana membereskan piringnya, mencucinya dan menutup lauk-pauk di meja makan. Ia melangkah menuju ruang keluarga untuk menonton tv namun langkahnya terhenti sejenak.

Ayam goreng di meja terlalu menggoda membuat Giana mencomotnya, Giana membawa satu paha ayam. Cewek itu berjalan menuju ruang keluaraga, duduk di sofa dan menghidupkan TV sambil sibuk memakan paha ayam di tangannya.

Beberapa menit setelah tayangan kartun berubah menjadi iklan Giana merasa perlu air putih dan membuang tulang paha ayam yang ia habiskan.

Giana berdiri, "ASTAGA!!!" Kagetnya kala mendapati seseorang keluar dari bilik dapur dan hampir saja menabraknya.

"P-paman?! Paman masih hidup?"

Paman yang dimaksudkan Giana adalah Tara. Giana memiliki pengalaman buruk dan memalukan dengan Tara. Dulu Giana pernah mencuri uang Alika, anak Tara. Dan pamannya ini mengadukannya ke Arfa. Giana punya rasa malu dan kesal bersamaan pada Tara.

"Ya. Sayangnya paman belum mati." Jawab Tara sanatai sambil meneguk minuman yang ia bawa.

Giana kelabakan, merasa salah bertanya.

"E-eh.. nggak! Maksud Gia tadi—maksud Gia, Gia udah lama nggak ketemu paman."

Ya. Sebenarnya semenjak kejadian itu Giana memutuskan untuk menghindari pertemuannya dengan Tara, Alika, dan Bibi Maureen. Bahkan Giana rela tidak ikut ke Jerman selama delapan tahun terakhir dengan berbagai alasan yang pernah ia sampaikan pada Arfa dan Clara.

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang