DIBALIK SENYUMAN GERHAN

94 23 5
                                    

JADWAL APDET REKKKK

SIAPA YANG KEPO SAMA SYIFA KEMAREN?! NAH SILAHKAN BACA CERITA INI KARENA ADA PENJELASANNYA HAHAHAHA.

PLEASE DONG JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN YANG BOMBASTIS KAYAK BIASANYA.

DENGAN HORMAT PADA PEMBACA GELAP, FIA INGIN SEKALI MELIHAT JEJAK KALIAN SELAMA INI, APALAGI KALO DIKOMEN, UWOHHH SENENG POL AKU TUH.

HAPPY READING!

🍊🍊🍊

Just tired making a fake smile.

Gerhan.

🍊🍊🍊

Hembusan angin pertama kali menyapa Gerhan saat ia menginjakkan kaki di rooftop sekolahnya. Cowok itu berjalan menuju pinggiran gedung dan duduk dengan posisi kedua kaki menjuntai ke bawah.

Pandangannya turun ke bawah, melihat betapa riuhnya lapangan basket yang di dominasi oleh siswa siswi yang menghabiskan waktu istirahat disana. Lapangan basket adalah spot paling bagus setelah taman sekolahnya sebab di sana mereka dapat menyaksikan pertandingan basket ringan para siswa siswi yang tergabung dalam ekstrakulikuler basket maupun yang hanya ingin mencari keringat saja.

Pandangan Gerhan berhenti menatap Giana yang duduk di pinggir lapangan sambil mengipasi wajahnya dengan sebuah buku. Cewek itu berulang kali melayangkan tinjuannya ke udara setelah Dares mencetak poin dan bahkan bergerak absurd sebagai bentuk kebanggaannya pada Dares.

Tim Dares terdiri dari Diza, Raden, Nesya, dan seorang perempuan yang Gerhan tahu bernama Siren. Cewek yang selalu bertengkar dan melawan Juan. Cewek yang tergabung dalam tim inti ekstrakulikuler basket di SMA Galaksi ini. Cewek yang Juan cap sebagai queen of troublemaker.

"Lo mirip banget sama Sandra," ucap Gerhan monoton, dia terus melihat ke arah Giana.

"Gue punya temen kenapa galau semua, sih."

Suara itu membuat Gerhan mengalihkan perhatian, dia menoleh ke belakang dan mendapati Juan berjalan ke arahnya dengan dua minuman kaleng yang dibawa. Juan ikut duduk di sebelah Gerhan dan juga ikut memandang ke bawah.

Gerhan menerima pemberian Juan dan meminumnya. Keduanya sama-sama memandangi sosok cewek di bawah sana. Gerhan dengan pandangannya yang tertuju pada Giana serta Juan yang pandangannya tertuju pada Siren.

"Gimana keadaan Sandra?"

Gerhan mengendikkan bahunya. "Nggak tahu," jawabnya.

"Lah, gimana, sih?!"

"Dia yang mutusin pergi ke sana, gue juga nggak bisa berbuat apa-apa kan kalo itu maunya?"

Juan menghela napas panjang. "Tapi seenggaknya lo balas pesan atau panggilan Sandra, Ger. Gue yakin dia juga sebenarnya nggak pengen ke sana dan ninggalin lo kalo bukan permintaan kedua orangtuanya."

Gerhan? Cowok itu hanya merespondnya dengan tersenyum tipis. Sandra, kekasihnya yang memilih meninggalkannya pergi ke Perancis karena ajakan kedua orangtuanya yang menginginkan putri semata wayangnya itu berdekatan dengan anak partner bisnis keluaraga mereka.

"Oke, lupain masalah Sandra, sekarang gue bisa minta tolong, nggak?"

"Apa?"

"Lo bisa bantuin Bima buat menangin lomba jurnalistiknya nggak?" pinta Juan. Ia rasa Bima harus tetap mengikuti lomba tersebut. "Gue jadi gedeg kalo Bima diem aja gini, waktunya tinggal 10 hari lagi. Gue nggak mau Bima menyesal nanti."

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang