DI HUKUM BARENG

164 25 4
                                    

JUANGAN LUPA VOMENT!
HAPPY READING!

🍊🍊🍊

Kalo kamu mampu ya teruskan, kalo tidak yasudah, jangan di paksa.

Arfa Alano

🍊🍊🍊

"PAPA!"

Arfa menyembulkan kepalanya dari arah dapur mengintip ke ruang tamu. Disana ia melihat Giana terjerembab dan detik berikutnya ia berlari menghampiri putrinya. Giana yang tadinya berniat berdiri mendadak berhenti, ia mengamati Arfa. Papanya itu sedang menggunakan celemek milik mamanya, celemek berwarna pink bermotif kartun strawberry shortcake, kacamata renang dan sebuah pisau.

Giana berusaha menawan tawanya dengan berdeham, "Papa ngapain?"

Arfa langsung mengerti sekarang. "Jangan salah paham, semua ini yang dandanin papa itu mamamu."

Giana mengangguk dan masih berusaha menahan tawanya.

"Ketawa aja, papa nggak larang."

Dan benar saja, Giana langsung terpingkal-pingkal sampai bersandar di tembok dan memukuli tembok itu sendiri, Giana menghapus sudut matanya dan berusaha mengurangi tawa sebab perutnya terasa kram.

"Kamu ngapain panik?"

Giana mendatarkan wajahnya, otaknya memutar kembali apa yang tadi sempat membuatnya panik. Kilatan ingatan kemudian langsung mengumpul membuat Giana meringis dan langsung berlari ke kamar mandi bawah.

"GIANA TELAT PA!"

Arfa menggelengkan kepalanya, anak perempuan satu-satunya itu benar-benar istimewa, ada saja tingkah konyol dan aksinya. Arfa menengok ke arah pintu dan mendapati Clara tengah menenteng belanjaan sayur yang baru saja ia beli di depan.

Clara berhenti dan mengendus sesuatu. "Kok kayak bau gosong, ya?"

Dua detik selanjutnya Arfa berbalik diikuti Clara yang berlari ke arah dapur.

"ASTAGA TEMPENYA GOSONG!"

🍊🍊🍊

Giana mondar-mandir di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup. Giana meruntuki dirinya sendiri yang terlena dengan nafsu tidur setelah solat subuh dan malah kesiangan. Pelajaran sudah di mulai sejak setengah jam yang lalu. Inilah yang Giana malaskan jika Dares ada jadwal piket pagi, dia tidak bisa on time.

Tin tin!

Giana meloncat kaget dan mendapati sebuah mobil berjarak sejengkal saja dari bokongnya. Giana mempertajam pengelihatannya dan melihat Bima di belakang kemudi. Cowok ini selalu saja nongol di waktu yang tidak tepat, huh!

Bima menurunkan kaca mobilnya dan menyembulkan kepalanya. "Lo ngapain disitu?"

"Mau cari mati!" seloroh Giana.

"Santai, dong. Gausah ngegas!"

Giana mendelik. "Ya gausah ikut-ikutan ngegas dong!"

Bima mengikuti gerak-gerik Giana yang tengah bingung mengintip ke dalam sampai akhirnya cewek itu berbalik dan melewati Bima begitu saja. Bima keluar dari mobil dan mencekal tangan Giana.

"Mau kemana lo?"

Giana mengeryit lalu menatap tangan yang di cekal Bima. "Mohon maaf sebelumnya, ini bisa di lepas nggak?" katanya sambil mengangkat tangannya yang di cekal.

Bima melepas cekalannya. "Lo telat?" tanyanya.

"Menurut L?"

"Lo bisa nggak sih, ngomong sama gue tanpa menyertakan balas dendam?"

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang