Kadang, nggak perlu alasan buat terus berjuang. Right?
Giana Afsheen Leteshia
🍊🍊🍊
Pukul 11.30 malam. Dengan perasaan khawatir, Giana baru saha masuk ruang ICU. Mereka terus berdoa dan bersabar. Semntara itu, Clara sudah sesenggukkan di dekapan Arfa.
Tak lama kemudian Tara dan ibu dari Alika itu datang dengan tergopoh-gopoh.
"Gimana keadaan Gia?"
Arfa menatap Tara yang baru saja melemparkan pertanyaannya. "Belum tau, dokter belum keluar." Jawabnya.
Seorang suster keluar membuat mereka yang menunggu Giana dengan harap-harap cemas langsung teralihkan. Suster itu mememberikan isyarat pada keluarga pasien untuk menahan pertanyaan-pertanyaan yang hendak dilontarkan.
"Mohon maaf, saya tidak bisa menjawab pertanyaan saudara semua, saya perlu mengambil kantung darah karena pasien di dalam perlu tranfusi darah akibat mimisan yang berlebihan," setelah berucap demikian, suster tersebut sedikit berlari menuju tempat penyimpanan kantung darah dan ketika sudah mendapatkannya dia kembali ke ruangan Giana.
Clara semakin sesenggukkan, khawatir akan keadaan Giana, bahkan Arfa merasa tubuh istrinya itu meluruh dan hampir saja pingsan. Jadilah Arfa dan semua menggerombol di sekitar Clara yang di bawa duduk oleh Arfa.
"Ra!"
Arfa menepuk pelan pipi Clara beberapa kali karena Clara lemas dan berulang kali mengerjap lemas juga. Genta ditempatnya merasa khawatir pada keadaan Giana dan mamanya. Jika tau seperti ini keseriusan dan ketekunan Giana, Genta bersumpah akan mengamggu Giana saat adik perempuannya itu serius serta memaksa dia untuk memperhatikan kesehatannya. Apapun tindakannya nanti yang terpenting hal seperti ini tidak akan terulang kembali.
Genta menoleh menatap cewek disebelahnya yang terus mencolek lengannya. "Dokternya udah keluar." Bisiknya.
Genta memutar pandangannya dan menemukan seorang dokter dan suster baru saja keluar dari ruangan Giana. Lekas saja Genta menghampirinya diikuti yang lain, kecuali Arfa yang sedang mendekap Clara.
"Bagaimana dokter?"
Dengan senyuman ramah, dokter wanita dengan wajah lelah itu menjawab, "Pasien di dalam perlu istirahat banyak dan makan-makanan yang sehat untuk menunjang kesembuhannya. Beruntung mimisan berlebihan itu dapat berhenti, saya rasa pasien sangat kelelahan bahkan kelelahan pada pasien berdampak juga pada maag, telat sedikit saja pasien mungkin akan memiliki riwayat maag akut." Jelasnya singkat.
"Bisa saya berbicara dengan orangtua pasien?"
Arfa dan Tara saling pandang dan kemudian Tara meminta istrinya untuk menggantikan Arfa mendekap Clara yang mungkin tidak dapat bergerak lagi karena lemas dan lelah menangis.
Berselang kedua pria paruh baya itu mengikuti dokter, Genta pergi memanggil suster yang memeriksa Giana tadi. Cowok itu meminta suster tersebut memberikan infus dan perawatan pada Clara dan berakhirlah Clara tertidur bersampingan dengan brangkar Giana.
🍊🍊🍊
Sakti mengetuk gemas pintu kamar Bima yang sendari tadi tidak kunjung terbuka.
"OEEE!!! KEBAKARAN BIM, CEPET KELUAR DARIPADA LO GOSONG DISINI!" teriaknya asal, kesal dengan Bima yang tak kunjung membukakan pintu kamarnya.
Benar saja detik berikutnya pintu kamar Bima terbuka menampilkan Bima yang santai dengan baju tidurnya sambil mengucek matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASTERPIECE
Teen FictionS I N O P S I S Giana Afsheen Leteshia. Yang paling favorit buat Gia masih mangga Pak Mamad. Dia nggak suka orang lain ganggu produktivitasnya. Bagi Giana, punya keluarga yang asik dan Dares udah lebih dari cukup. Tapi sejak masuk SMA, Giana mulai...