KEPEDULIAN

67 15 1
                                    

Haloooooo selamat malam readers tercinta, readers baru, sampai silent readers hihi...

Masih belum masuk hari selasa kan? Berarti jadwal update senin-kamis aman kan? ya meskipun updatenya setengah 12 malam :)

Well, untuk yang terhormat para pembaca sekalian. Mohon meninggalkan jejak dwonggg... ngga bisa komen bisa ganti pencet tombol bintang pleaseee.. Apresiasi kalian membuatku bahagia sumpah!

Okeyyyyy, happy reading!


🍊🍊🍊

Apa mengakui perasaan itu sangat berat?

Genta Alano Lorenzo

🍊🍊🍊

Giana mengemasi beberapa bukunya lalu memilih keluar kelas. Istirahat pertama akan ia gunakan untuk makan bakso pedas sepusasnya!

"Gia."

Giana yang baru saja keluar langsung terlonjak ketika seseorang berdiri mendadak, menghadang jalannya. Giana mendongak dan mendelik.

"Yura ada di dalam kak," kata Giana lalu melangkah ke sisi kanan Bima.

Bima menghadang langkah Giana. Sedikit bingung dengan ucapan Giana dan kaget karena tidak biasanya Giana meanggilnya dengan embel-embel 'Kak' seperti barusan.

"Gue bukan mau cari Yura."

"Oh," respon Giana singkat, kembali melangkah ke sisi yang berbeda tetapi lagi-lagi gagal karena Bima menghadangnya.

Giana menggeram kesal, "Maaf, kak. Saya mau lewat, saya udah laper banget."

Saat Bima hendak bersuara, tiba-tiba Yura datang. Cewek itu sudah berada di depannya, menyondorkan sebuah buku tebal di hadapannya.

Giana yang sedikit terhuyung karena disenggol Yura jadi emosi, tetapi entah mengapa ia malas mengutarakannya.

"Makasih ya, kak. Udah minjamin aku buku ini, oh iya. Kak Bima ada waktu minggu ini? Bisa antar aku beli buku lagi?" katanya, menekankan kalimat terakhir untuk menyindir Giana.

Telinga Giana berubah jadi merah, cewek itu merasa terbakar mendegar ucapan Yura. Merasa semakin bad mood, cewek itu melangkah pergi meninggalkan Bima yang kini menatapnya saja.

Giana sampai di kantin, cewek itu langsung duduk di depan Raden sambil membawa bakso pesannannya.

"Eheee!!!" seru Raden, menahan botol sambal yang ada di tangan Giana. "Lo mau mencret apa? Gue udah bilang ya, kalo ada masalah itu jangan cari masalah lagi!"

Raden menyimpan botol sambal yang berhasil ia rebut dari Giana. Giana berdecak kesal, cewek itu mengaduk kuah baksonya dan memakannya dengan emosi. Raden menelan salivanya kasar, sedikit ngeri melihat bakso sambal Giana.

Wajah Giana sudah memerah tetapi cewek itu tidak menunjukkan reaksi kepedasan. Raden pun memilih diam dan membiarkan Giana dengan kesibukannya sampai cewek itu menghabiskan baksonya sampai bersih tak tersisa kuah sedikit pun.

"Pedas?" tanya Raden, "Mau minum?" tawarnya.

Giana menghadiahi tatapan tajam Raden, hendak menolak tetapi sebuah sedotan sudah membungkamnya. Terpaksa, Giana menyedot minuman yang dijejalkan Raden sampai tandas tak tersisa.

Raden pun memilih mengikhlaskan minumannya dihabiskan Giana. Cowok itu diam, menunggu Giana yang terlihat ingin bercerita.

"Raden."

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang