YANG SEHARUSNYA KEMBALI

72 14 2
                                    

Ada satu cara yang gue pakai untuk menekan ego yaitu terus memperhatikanmu dari jauh.

Bima Angkasa Anggareksa.

🍊🍊🍊

Giana duduk termenung di tempatnya. Cewek itu menolak ajakan Nesya untuk masuk ke dalam padahal langit sudah mendung pekat. Cewek itu masih setia memandangi Satria yang terus memungut bunga pohon yang gugur dan jatuh disekitarnya. Satria dengan perbuatan konsistennya, memberikan bunga pada bu Hanifah sampai terkumpul penuh di pangkuan wanita paruh baya yang semakin hari terlihat semakin kurus dan pucat.

Satria berlari menjauhi bu Hanifah untuk memungut bunga sementara bu Hanifah terlihat bergming. Saat bu Hanifah berdiri saat itulah Giana berdiri dan berjalan mendekati bu Hanifah. Cewek itu berusaha kembali untuk mendekati bu Hanifah seperti sebelum-sebelumnya. Meskipun tidak mendapatkan respon apapun.

Masih setengah jalan, Giana mendapati Satria yang berusaha menarik bu Hanifah. Giana baru sadar bahwa kedua posisi orang di depannya itu berada di tengah jalan. Bu Hanifah berbalik menatap jalanan lurus, suara klakson terdengar kencang.

Giana menoleh ke arah bu Hanifah menghadap, matanya melebar begitu melihat sebuah truk mengarah pada keduanya. Dengan reflek cepat cewek itu berlari, berusaha mepercepat langkahnya agar sampai pada kedua orang di seberang sana. Giana harus menarik bu Hanifah dan Satria!

Truk semakin mendekat dan rasanya langkah Giana masih begitu jauh, entah dorongan dari mana cewek itu semakin cepat berlari.

Bima yang baru saja turun dari taxi langsung disuguhi pemandangan menegangkan, cowok itu bahkan menjatuhkan sekatung barang yang dibawanya dan berlari menghampiri Giana. Bagaimana bisa cewek itu berlari ke tengah jalan sementara sebuah truk melaju tanpa ada tanda-tanda mengerem?!

Bima semakin dekat dengan Giana, tangan cowok itu terulur untuk meraih lengan Giana. Sedikit lagi ia akan menarik Giana namun kalah cepat dengan waktu. Giana menembus waktu, cewek itu berhasil sampai di tengah jalan dan suara klakson tersebut semakin nyaring.

"GIA!"

Seperti sebuah kilatan cahaya, kejadian di depannya benar-benar sangat cepat. Lidah Bima kelu, truk tersebut terus melaju tanpa henti padahal Giana dan dua orang yang sebelumnya berada di tengah jalan tersebut dan tidak beranjak.

Perlahan detik waktu terasa sangat lambat, truk di depan mata Bima melaju kencang tetapi seolah di slow-motion. Sampai akhirnya truk tersebut benar-benar melewati Bima.

Bima masih terdiam di posisinya, dia melihat semuanya. Truk itu melaju menembus angin serta keberadaan Giana dan dua orang di dekat cewek itu sekarang. Dengan langkah lebar Bima menghampiri Giana.

"GIA!"

Giana meringis merasakan pening di kepalanya, tangannya juga terasa ngilu saat digerakkan. Kepala bu Hanifah terlindungi oleh lengan Giana dan sangat beruntung karena Satria jatuh ditengah keduanya. Giana bernapas lega sekaligus tersulut emosi. Cewek itu berusaha merubah posisinya menjadi duduk, tanpa menyadari Bima yang membantunya.

"Ibu Hanifah sudah gila?!" teriaknya marah, mengabaikan sopan-santun yang selama ini ia pegang.

Wanita paruh baya yang baru saja duduk itu menatap lurus ke depan, tepat pada mata Giana yang tiba-tiba saja sudah di depannya, sedang mencengkeram bahunya.

"Bagaimana jika truk tadi menabrak bu Hanifah dan Satria?!" teriaknya lagi, sambil menguncang tubuh bu Hanifah.

"Gia! Kendalikan diri lo!"

Mendengar seruan itu Giana menoleh dan mendapati Bima di sampingnya, berusaha melepaskan tangannya yang sedang mencengkeram kedua bahu bu Hanifah. Kenapa cowok ini bisa berada di sini?

MASTERPIECETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang