27. Mission Clear

196 22 16
                                    

"Kau memberiku kopi?" tanya seorang pria paruh baya yang kini duduk di berseberangan dengan Arvind.

"Aku memberimu sebelum kau merengek meminta padaku," ucap Arvind acuh.

Arvind bersama Charly berada di sebuah gazebo kecil yang berada di taman tersebut sedangkan Laura langsung mengajak Angelo untuk pergi menjauh dari mereka. Angelo terlalu kecil untuk mengetahui permasalahan mereka.

"Aku menginginkan cucuku," ujar Charly tenang.

"In your dream," balas Arvind dingin.

"Bagaimanapun juga kau tidak memiliki hak atas Angelo. Kau kan bukan siapa-siapa Angelo," ucap Charly sembari menyesap rokoknya.

"Secara hukum dia putraku!" desis Arvind tajam.

"Kurasa kau ingin memulai peperangan denganku," ucap Charly menatap Arvind tajam. Suasana di antara keduanya sudah mulai menegang karena ego yang diciptakan masing-masing pihak.

"Jika memang harus kenapa tidak? Aku tidak akan menyerahkan putraku pada siapapun termasuk dirimu!" tandas Arvind.

"Santai anak muda, tidak perlu emosi. Kita lihat saja bagaimana nanti akhir dari cerita ini. Tapi aku cukup terkesan dengan berita kemenanganmu melawan Roy namun aku tidak yakin kau mampu menang melawanku," ujar Charly meremehkan Arvind.

"Kau terlalu percaya diri," cibir Arvind.

"Baiklah. Aku memberimu dua pilihan," tawar Charly.

"Aku tidak butuh," jawab Arvind cepat.

"Dengarkan aku dulu nak. Kau terlalu terburu-buru. Aku ingin kau memilih Angelo akan tetap menjadi putramu namun kau harus menikah dengan Sella atau kau tetap bersama istrimu namun kau harus menyerahkan Angelo padaku," ucap Charly menjelaskan tawarannya.

"Maka aku memilih membunuhmu!" ucap Arvind dengan mengarahkan pistolnya ke arah Charly.

"Kau mengajariku untuk bermain cantik namun kurasa aku sudah menguasainya sekarang," lanjut Arvind.

"Aku semakin yakin jika kau memang layak untuk menjadi ayah Angelo," ucap Charly yang membuat Arvind mengernyitkan dahinya tidak mengerti. "Kau boleh memilikinya," lanjut Charly.

"Semudah itu?" tanya Arvind memastikan, namun Arvind masih tetap memasang rsut wajah curiga. Tidak mungkin seorang musuh seperti Charly mudah menyerah begitu saja bukan? Dan Arvind yakin Charly pasti merencanakan sesuatu untuknya.

"Tentu saja tidak. Putriku rela mengambil alih semua bisnisku agar Angelo tidak mengikuti jejakku. Astaga memangnya apa yang salah dengan pekerjaan dan bisnisku? Bukankah bermain pistol dan wanita sangat menyenangkan?" tutur Charly tidak habis pikir.

"Menyenangkan kepalamu! Kau sedang tidak bercanda bukan?" balas Arvind tanpa menurunkan pistolnya.

"Apa kau pernah melihat mafia sepertiku bercanda denganmu? Ambillah, Angelo putramu. Namun jika aku mendengar kabar Angelo celaka maka jangan salahkan aku jika aku memenggal kepalamu!" ancam Charly sembari meminum kopinya.

Setelahnya Charly benar-benar akan pergi dari hadapan Arvind. Namun saat Charly baru saja melangkahkan kakinya, dadanya terasa sangat sesak dan dia terjatuh.

Dengan tenang, Arvind berjalan mendekati Charly dan berjongkok di hadapannya.

"Terima kasih sudah mengajariku cara bermain cantik," ucap Arvind berlalu meninggalkan Charly yang merintih kesakitan.

Tanpa sepengetahuan Charly, Arvind telah memberikan sianida ke dalam kopi Charly. Arvind juga tau jika semua yang diucapkan Charly adalah kebohongan. Tidak mungkin seorang Charly Alazo menyerahkan apa yang ia inginkan begitu saja kepada orang lain.

Be With You (after married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang