25. Jurang Kehilangan

163 19 4
                                    

Arvind dan Laura segera berlari ke sumber suara. Namun saat mereka menghampiri suara tersebut, tempat tersebut kosong tidak ada Angelo.

"Daddy tolong aku!!!"

Arvind dan Laura mencoba mencari tau dari mana suara itu berasal. Pasalnya setiap kali Arvind dan Laura mendengar suara tersebut dan menghampirinya, suara tersebut langsung menghilang lalu muncul lagi di tempat lain.

"Daddy tolong aku!!!"

Arvind langsung mencekal tangan Laura yang hendak berlari lagi untuk mencari sumber suara tersebut.

"Ini jebakan," ucap Arvind.

"Apa maksudmu?" bingung Laura.

"Kita sudah mengejar suara itu ke berbagai ruangan namun Angelo tidak ada di dalamnya. Mungkin ini hanya rekaman," curiga Arvind.

"Lihat tidak ada satupun anak buah Roy yang menyerang kita. Mereka semua pasti merencanakan sesuatu untuk kita," lanjut Arvind.

"Lalu di mana Sella dan yang lainnya?" tanya Laura.

Arvind melihat sekilas ke arah gedung tempat Abe berada lalu menatap Laura.

"Mereka tertangkap," jawab Arvind.

"Argh!!!"

Arvind dan Laura langsung bergegas menuju ke sumber suara karena mereka yakin jika itu suara Abe yang berteriak kesakitan.

Dan benar saja, mereka melihat Roy sedang menyiksa Abe di halaman belakang dengan kedua tangan Abe yang diikatkan di pohon kemudia Roy memerintahkan anak buahnya untuk memukulinya dan bahkan menyayat tubuh Abe.

"Brengsek hentikan bajingan!!" murka Arvind begitu melihat Abe yang tampak mengenaskan.

Roy memberi isyarat kepada anak buahnya untuk menghentikan aksinya.

"Kalian datang?" Pertanyaan Roy yang lebih tepatnya pernyataan.

"Jika kau menyentuhnya sekali lagi maka aku akan membunuhmu!" ancam Arvind dengan mata menggelap penuh dengan amarah.

Bukannya takut dengan ancaman Arvind, Roy malah tertawa keras.

"Astaga kau membuatku ketakutan," ejek Roy sembari tertawa.

Dor!!

"Shit!! Kau menembakku?!!" murka Roy pada Arvind saat Arvind berhasil menembak tangan kanan Roy.

"Itu peringatan dariku," ucap Arvind dingin.

"Jika kau menembakku lagi maka aku akan benar-benar membunuh putramu," ancam Roy yang membuat Arvind terdiam.

"Bawa kemari bocah tampan itu!" perintah Roy pada salah satu anak buahnya.

Pandangan Arvind mengikuti ke mana anak buah Roy tersebut membawa putranya.

Tangan Arvind seketika mengepal erat menahan emosi begitu melihat luka di kepala putranya.

"Kau memukulnya?!!" tanya Arvind marah.

"Aku hanya sedikit menasehatinya," jawab Roy tenang.

Arvind sudah hendak maju menyerang Roy namun ancaman Roy menghentikannya.

"Jika kau melukaiku maka semua orang-orang bodoh ini akan mati begitu juga dengan putramu ini!" ujar Roy.

Laura memberi isyarat pada Arvind agar Arvind dapat mengontrol emosinya dan mengurungkan niatnya untuk menyerang Roy saat itu juga karena itu menyangkut keselamatan orang orang di sekitarnya.

"Katakan yang kau inginkan," desis Laura tajam.

"Ini yang paling aku tunggu. Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi," ucap Roy sembari tertawa penuh kemenangan.

Be With You (after married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang