44. Nasihat Panjang Arvind

14 1 0
                                    

"Operasi sudah selesai, bolehkah saya membangunkan pasien?" tanya Dion pada Arvind.

"Boleh, tapi kalian harus memeganginya. Dokter gadungan kau pegang kakinya," perintah Arvind pada dokter residen tahun kedua yang menjadi murid Dion.

"Sa..saya?"

"Iya. Siapa lagi dokter disini yang tidak tahu bakteri anerob kecuali dirimu?"

"Ah iya. Baik saya akan memegang kakinya."

"Dion kau pegang bahunya," ujar Arvind memberi perintah.

"Memangnya kenapa?" tanya Angelo.

"Dia kan habis tertembak," jawab Arvind ringan.

"Orang yang hilang kesadaran karena trauma berat dapat mengalami stress parah meskipun dalam keadaan tidak sadar. Dia akan menderita sindrom stress pasca trauma yang sangat parah," imbuh Dion.

"Kau benar jadi pegang pasien sekarang dan Angelo cepat kau panggil Angela kemari," perintah Arvind.

"Kenapa Angela?" bingung Angelo.

"Jika ingin menenangkan pasien, kita butuh suara yang dikenalinya," jawab Arvind.

Angelo pun segera bergegas keluar untuk memanggil Angela.

Benar saja, begitu Dion membangunkan Calista, Calista langsung bergerak panik tidak karuan. Kedua matanya membelalak lebar dengan kaki dan tangannya yang bergerak bebas secara liar bahkan Calista juga sampai menggigit selang yang terpasang di mulutnya.

"Dokter gadungan cepat selipkan mouth piece!!" teriak Arvind.

"Sekarang cepat kau panggil ibumu dengan suara menenangkan," perintah Angelo pada Angela.

"Ibu, ibu hiks. Ibu tidak apa-apa kan?" panggil Angela sembari berjalan ke sisi kepala sang ibu.

Calista yang mendengar suara lembut putrinya pun mulai tenang dan meneteskan air matanya melihat putri kesayangannya sedang menangis di sampingnya.

"Ibu tenang saja, ibu selamat," ujar Angela menenangkan ibunya.

"Setelah pasien tenang, bawa dia ke ruang VVIP," perintah Arvind.

"Baik pak."

"Ayo kita keluar," ajak Arvind pada Angelo.

Angelo pun mendorong kursi roda Arvind dan membawanya keluar ruang operasi.

"Bagaimana keadaan Calista? Apa ia baik-baik saja? Kenapa Angelo memanggil Angela dan memintanya untuk masuk ke dalam? Apa terjadi sesuatu pada Calista??" panik Laura.

"Sahabatmu baik-baik saja sayang. Tidak perlu panik begitu," ujar Arvind sembari tersenyum.

Laura mendesah lega begitu mendengar penuturan Arvind. Ia bersyukur Calista masih bisa diselamatkan.

"Baiklah lebih baik sekarang kau pulang. Aku akan memerintahkan beberapa pengawal untuk berjaga di depan ruang rawat Calista. Sella belum ditemukan jadi masih ada kemungkinan jika dia ingin membunuh Calista di rumah sakit ini. Dan untukmu sayang, aku mau berhati-hati. Aku sudah perintahkan beberapa bodyguard untuk mengawalmu kemanapun dan kapanpun kau pergi, jadi kau jangan mengelabuhi mereka lagi dan menurutlah padaku. Ini semua demi kebaikanmu," ujar Arvind pada Laura.

"Baiklah, aku tidak akan mengelabuhi mereka lagi. Kalau begitu aku pulang dulu, aku harus menjaga anak-anak di rumah," pamit Laura sembari mencium pipi Arvind.

"Baiklah, hati-hati di jalan sayang."

Laura pun berniat mencium pipi Angelo juga namun Angelo langsung menghindar.

Be With You (after married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang