13. Tunggu Sebentar Lagi

141 15 5
                                    

Setelah dari kantor Arvind, Laura segera pergi ke rumah sakit tempat papanya dirawat. Saat melewati taman rumah sakit Laura tidak sengaja bertemu Deyna sepupunya Arvind yang sedang duduk di bangku yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Deyna!" panggil Laura sembari berjalan mendekati Deyna yang sedang duduk santai di bangku kayu yang berada di taman itu.

"Laura?"

"Apa yang dilakukan ibu dokter kandungan di sini?" tanya Laura sembari ikut duduk di sebelahnya Deyna.

"Hanya mencari angin. Ngomong-ngomong di mana suami mafia jelekmu itu?" tanya Deyna begitu menyadari Laura datang sendirian.

"Di mansion bersama Angelo," jawab Laura.

"Syukurlah dia tidak ikut kemari jadi aku tidak perlu repot-repot menguras emosiku," ucap Deyna yang membuat Laura tertawa.

"Kalian benar-benar saudara tiri yang sangat akur," ujar Liora sembari menyudahi tawanya.

Untuk sesaat mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing dan hanya mengamati orang yang berlalu lalang di taman tersebut.

"Apa yang kau lakukan di sini Laura?" tanya Deyna memecah keheningan.

"Papa kandungku sedang dirawat di sini jadi aku kemari untuk menemaninya," jawab Laura.

"Oh astaga benarkah? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Deyna terkejut.

"Aku belum melihatnya lagi tapi bang Abe bilang papa sudah sadar," jawab Laura.

"Syukurlah aku lega mendengarnya."

Keduanya sama-sama diam beberapa saat menikmati semilir angin yang menghembus mengenai wajahnya.

"Laura!" panggil seseorang.

Laura langsung menolehkan wajahnya ke sumber suara dan mendapati Calista melambai ke arahnya. Laura pun memutar bola matanya malas.

"Wah sepertinya akan ada perkelahian di sini. Aku pergi dulu ya, aku tidak mau diinterogasi Arvind bagaimana bisa istrinya berkelahi di rumah sakit. Bye Laura sampaikan salamku pada papamu, nanti sore sepulang kerja aku akan menyempatkan diri untuk berkunjung," pamit Deyna sebelum akhirnya benar-benar pergi.

Calista menghampiri Laura dan duduk tepat di sebelah Laura.

"Pergilah aku sedang dalam mood yang buruk," usir Laura halus.

"Tenang saja aku kemari bukan untuk memperburuk moodmu," jawab Calista enteng.

"Katakan apa yang kau inginkan?" tanya Laura lelah.

"Aku akan membantumu," ujar Calista.

"Membantu apa?" tanya Laura tanpa melihat ke arah Calista.

"Aku akan membantumu menyelidiki hubungan Arvind dan sekretaris barunya," jawab Calista yang membuat Laura menolehkan pandangan ke arahnya.

"Aku tidak berniat menyelidikinya. Aku pergi," pamit Laura.

"Aku akan akan memata-matai mereka dan akan mengirim hasilnya padamu," teriak Calista yang membuat Laura menghentikan langkahnya. Melihat Laura menghentikan langkahnya, Calista pun segera berlari mendekati Laura.

"Apa untungnya untukmu?" tanya Laura begitu Calista berada di depannya.

"Tidak ada untungnya. Aku hanya mengisi waktu luangku dan aku juga lebih suka bersaing denganmu daripada wanita rendahan sepertinya. Jadi setelah kita berhasil memisahkannya maka kita akan bersaing untuk mendapatkan Arvind lagi," jelas Calista bersemangat.

"Kita? Kau saja aku tidak," ucap Laura pergi meninggalkan Calista.

***

Laura memasuki ruang inap papanya dengan lesu. Moodnya benar-benar buruk.
Laura mengerutkan dahinya bingung ketika melihat papanya dan Abe sedang bersiap-siap akan pergi.

Be With You (after married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang