21. Tempat Persembunyian

171 20 2
                                    

Laura dan Arvind tiba di sebuah rumah kosong seperti bekas rumah sakit. Arvind segera turun dari motor dan mengajak Laura masuk ke dalam bangunan tersebut. Sebelumnya mereka sempat singgah ke salah satu toko pakaian untuk mengganti pakaian mereka karena Arvind curiga semua pakaian milik mereka dipasangi alat pelacak dan penyadap suara. Selain itu, Arvind juga membuang semua benda elektronik termasuk ponselnya dan menggantinya dengan yang baru.

Laura mengamati bangunan kosong tersebut dengan teliti. Barang-barang dalam bangunan tersebut masih lengkap hanya saja sudah rusak dan berdebu.

"Mengapa kita kemari Vind? Bukankah seharusnya kita pulang ke mansion?" tanya Laura.

"Kita akan menetap sementara di sini," jawab Arvind.

"Apa maksudmu? Tempat ini sangat mengerikan. Ini bekas rumah sakit bukan? Aku pernah membaca artikel tentang tempat ini dan katanya tempat ini sangat berhantu bahkan satupun orang tidak akan ada yang berani kemari," bingung Laura.

"Itu bagus," ucap Arvind enteng.

"Apanya yang bagus?"

"Kita tidak akan ditemukan oleh siapapun di sini termasuk para pengkhianat itu. Di sinilah sebentar aku akan mencari jaringan. Aku ingin menghubungi Abe dan papa. Aku mencemaskan mereka," ucap Arvind.

"Aku ikut. Aku ingin menghubungi Calista."

Setelah lama mencari, Arvind dan Laura akhirnya mendapatkan jaringan.

"Halo. Calista ini aku Laura. Bagaimana keadaanmu? Kau berhasil lolos dari mereka kan?" tanya Laura begitu Calista menjawab panggilannya. Dari nada Laura, kentara sekali bahwa dia sangat mengkhawatirkan sahabatnya tersebut yah meskipun sebelumnya Laura sangat membencinya.

"Wah aku tidak menyangka kata-kata itu keluar dari mulutmu. Kau pasti sangat mengkhawatirkanku ya? Atau kau merasa berhutang budi padaku?" goda Calista dari seberang sana bahkan Laura dapat mendengar tawa kecil Calista.

"Aku lega kau baik-baik saja," ucap Laura ketika mendengar tawa Calista.

"Aku belum mangatakan kalau aku baik-baik saja, kenapa kau mengambil kesimpulan sendiri?" protes Calista.

"Jadi kau tidak baik-baik saja?" tanya Laura dengan nada khawatir.

"Aku bercanda.... Tentu saja aku baik-baik saja. Kau tau.... bagaimana aku mengalahkan mereka tadi? Seharusnya.... kau melihatku. Aku.... sangat keren," ucap Calista terputus-putus.

"Bisakah kita bertemu? Aku ingin memastikan kondisimu," ucap Laura.

"Kau sangat merindukanku ya? Maaf tapi aku harus pergi," ujar Calista.

"Kemana? Biar aku menyusulmu."

"Jangan bodoh! Kau seperti buronan sekarang. Jika mereka berhasil menemukanmu itu sama saja kau tidak menghargai usahaku menolongmu," protes Calista.

"Kau yakin kau baik-baik saja?" tanya Laura sekali lagi.

"Aku baik-baik saja jangan khawatir."

"Baiklah. Aku kan menghubungimu lagi besok. Sampai jumpa."

"Laura," panggil Calista saat Laura akan mematikan panggilannya.

"Ya?"

"Aku tidak pernah mencintai Arvind. Aku hanya menggodamu. Berbahagialah bersama Arvind dan semoga Angelo baik-baik saja. Mungkin beberapa tahun ke depan kau tidak akan bisa menemuiku, aku ingin pergi jauh. Maafkan aku, karenaku kau pasti sangat membenciku. Aku hanya bercanda Laura aku tidak pernah benar-benar ingin memiliki Arvind. Sampai jumpa, aku harap kita akan bertemu lagi dalam keadaan semua baik-baik saja. Kau tau? Kau adalah satu-satunya sahabat yang kumiliki. Berjanjilah bahwa kau dan keluarga kecilmu akan selalu baik-baik saja dan berbahagia," ucap Calista tulus.

Be With You (after married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang