8. Sesuatu yang disembunyikan Arvind

210 24 27
                                    

Keesokan paginya, Laura mengantar Leo dan Abe ke helipad pribadinya untuk mengantar mereka kembali ke Indonesia.

"Mana abang kesayangan gue?" tanya Leo pada Laura.

"Gue di sini," ucap Arvind yang baru saja tiba dengan Angelo.

"Uncle!!" teriak Angelo berhambur ke pelukan Abe.

"Kau mau ikut uncle ke rumah nenek Angelo?" tanya Abe.

"No," tolak Angelo menggelengkan kepalanya.

"Why?" tanya Abe.

"Di sana berbahaya," jawab Angelo polos.

"Tidak boy. Justru di sini yang lebih berbahaya," ucap Abe dengan matanya mengarah ke Arvind.

"Jangan ngomong aneh-aneh bang. Angelo masih kecil, dia tidak seharusnya mendengarkan sesuatu yang bukan kapasitasnya!" tegur Laura.

"Oke-oke. Baiklah uncle pergi dulu. Jaga dirimu dan ibumu baik-baik oke," pamit Abe sembari mengacak pelan rambut keponakannya itu.

"Ada daddy yang akan menjaga kami," tukas Angelo.

"Ya uncle harap juga begitu, dia tidak melupakan kewajibannya," ucap Abe ambigu.

"Abang!" tegur Laura lagi.

"Udah-udah mending kita sekarang pergi ntar keburu ketinggalan pesawat," ujar Leo menengahi.

Mata tajam Arvind tidak pernah terlepas dari Abe, sejak dia datang dia sudah menatap Abe dengan mata elangnya. Raut tidak sukanya sempat singgah di wajahnya begitu mendengar perkataan Abe yang menyinggung dirinya.

"Bang gue pulang dulu ya dadah!!!" teriak Leo yang dapat mengalihkan tatapan Arvind dari Abe.

"Iya titip salam buat mama sama papa."

***

Selepas mengantarkan Abe dan Leo, Arvind merebahkan tubuhnya ke sebuah sofa belakang mansion sembari memandangi Croco yang sedang bermain bersama wolfy.

Arvind merenung. Banyak hal yang berkecambuk memenuhi kepalanya. Arvind harap apa yang dilakukannya tidak menghancurkan segalanya. Dia berharap dengan berkorban cita-cita semuanya akan baik-baik saja.

Alazo memang tidak bergerak mendekati mereka, ah lebih tepatnya belum bergerak karena Arvind yakin seorang Charly Alazo tidak akan menyerah begitu saja terhadap mereka.

Tiba-tiba sekelabat bayangan Abe mampir di kepalanya. Abe tau jika dia bertemu dengan Calista dan Abe juga tau siapa 'Alex' yang diakui Arvind sebagai sekretarisnya.

Tidak! Abe tidak boleh tau lebih banyak lagi! Arvind harus menghentikannya!

Abe terlalu pintar untuk seseorang yang mudah dibohongi dan dia terlalu cerdik untuk seseorang yang sangat licik sekalipun.

Arvind mengusap wajahnya kasar dan menegakkan tubuhnya. Semilir angin sore yang membawa hawa dingin tidak cukup mampu untuk mendinginkan kepalanya, dia butuh sesuatu untuk menghangatkan dirinya.

"Vind," panggil Laura.

Arvind menoleh ke sumber suara dan didapatinya sang istri tengah datang dengan secangkir kopi di tangannya.

"Aku membuatkanmu kopi," ucap Laura.

"Terima kasih sayang," balas Arvind menerima kopi tersebut.

Laura mengambil tempat tepat di sebelah Arvind dan mengelus wajah sang suami.

"Ada masalah?" tanya Laura khawatir.

"Tidak," jawab Arvind lembut.

"Lalu?"

Be With You (after married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang