Laura sedang berada di rumah sakit untuk melihat bagaimana keadaan ayahnya. Sepanjang hari, ia menemani ayahnya yang sedang memejamkan matanya tidak sadar.
Di dalam ruangan hanya ada Laura dan Rama sendiri. Angelo sedang pergi bersama Abe sedangkan Arvind entah dia di mana.
Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka. Laura menolehkan kepalanya dan melihat Arvind berdiri di sana dengan wajah sendunya. Ya, Arvind tau jika Laura belum meninggalkan mansion dan Arvind juga yakin kalau Laura sudah mendengarkan semua percakapannya dengan Charly.
"Bagaimana kondisi papa?" tanya Arvind. Arvind berdiri tepat di samping Laura dan memperhatikan tubuh lemah Rama.
"Masih belum sadar, kata dokter kondisinya akan segera membaik," jelas Laura tanpa mengalihkan perhatiannya dari Rama.
Untuk beberapa saat mereka berada dalam keheningan. Mereka tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing.
"Aku minta maaf," lirih Arvind sembari menatap istrinya.
Laura menolehkan kepalanya dan menatap Arvind tepat di manik matanya dan Laura melihat kesungguhan di sana.
"Aku minta maaf tidak jujur padamu. Maaf aku tidak pernah mengatakan jika aku telah membunuh seseorang. Maaf jika setelah menjadi mafia aku tidak pernah berbicara tentang pekerjaanku padamu. Aku hanya tidak ingin kau berspekulasi buruk padaku. Aku tidak perduli perkataan orang lain tapi aku sangat perduli perkataanmu. Aku takut kau meninggalkanku karena aku seorang pembunuh," aku Arvind tanpa berani melihat wajah Laura bahkan air mata Arvind sudah terjatuh menuruni kedua pipinya.
"Tidak perlu meminta maaf." Laura menghapus jejak air mata di pipi Arvind dan mengusapnya pelan.
"Itu pekerjaanmu bukan? Dari awal bukankah aku menyetujuimu untuk melakukan pekerjaan ini? Aku juga tau mafia identik dengan bunuh membunuh sayang. Aku tidak perduli kau telah membunuh siapapun tapi perlu kau tau aku akan selalu di sampingmu apapun yang terjadi. I will be with you until I die," ujar Laura.
"Kau tidak marah saat aku membunuh seseorang?" tanya Arvind.
"Tidak. Aku yakin kau tau mana yang harus kau bunuh dan tidak. Kau selalu pilih-pilih saat akan membunuh seseorang. Alfred seorang bajingan bukan? Dia menjalankan bisnis perdagangan manusia dan obat obatan terlarang bukan? Aku rasa tindakanmu untuk membunuhnya sudah tepat jadi tidak perlu menyesalinya," tutur Laura.
"Tapi Abe memintamu bercerai denganku," ucap Arvind dengan mata berkaca-kaca.
"Tapi kau berhasil mendapatkan papaku jadi kita tidak bercerai," jawab Laura enteng.
Arvind tersenyum mendengar perkataan Laura. Arvind merasa beruntung mendapatkan istri seperti Laura. Laura tetap seperti dahulu tanpa perubahan sedikitpun.
"Tapi siapa Alexa?" tanya Laura tiba-tiba.
Arvind hanya diam saja menunduk tanpa berani menatap Laura. Dia benar-benar merasa bersalah.
"Dia..."
"Kau mulai bermain di belakangku?" tanya Laura dengan meninggikan suaranya.
"Maaf," lirih Arvind sembari menundukkan kepalanya.
"Jangan mengatakan maaf! Aku ingin kau menyanggahnya brengsek!" Laura menghembuskan nafasnya pelan mencoba mengontrol emosinya.
"Kalian pernah tidur bersama?" tanya Laura tercekat.
"Tidak. Aku bersumpah aku tidak pernah melakukannya," jawab Arvind cepat.
"Baiklah. Kau tau prinsipku adalah menikah sekali seumur hidupku jadi jangan harap kau akan bercerai dariku. Secinta apapun kau pada Alexa jangan pernah berpikir kau bisa menikahinya karena jika kau sudah menjadi milikku maka jangan pernah harap kau bisa lepas dariku. Satu lagi, aku benci berbagi sesuatu jadi bilang pada Alexamu kalau aku tidak akan sudi berbagi dengannya," tutur Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You (after married)
RandomCover by @alifindita09 Sekuel dari Be With You "I will Be With You untill I die." Ucap Laura pada Arvind. ***** Bercerita tentang sepasang suami istri yang berkorban merelakan cita citanya demi seorang bayi laki laki yang tidak lain adalah putra dar...