Arvind sangat terkejut begitu mengetahui jika seseorang yang menyelamatkan nyawanya adalah Angelo bukannya Laura. Arvind memang mengajari Angelo cara menerbangkan helikopter dan pesawat dokter yang ada di rumah sakit mereka dengan tujuan jika suatu saat nanti ada suatu hal yang tidak diinginkan terjadi, Angelo dapat membantu mereka. Tapi tentu saja itu nanti setelah Angelo menamatkan sekolah menengahnya dan melanjutkan pendidikannya sampai menjadi seorang dokter sungguhan, bukan sekarang. Ini terlalu cepat untuk seorang siswa SMA menerbangkan helikopter apalagi ini adalah helikopter khusus tempur bukan helikopter dokter. Belum lagi selama ini Angelo belum pernah menerbangkan helikopternya secara langsung.
"Astaga daddy terluka!" ujar Angelo yang membuat Arvind langsung tersadar kembali.
"Daddy baik-baik saja, daddy malah lebih mengkhawatirkan penerbanganmu," ujar Arvind sungguh-sungguh.
"Tidak perlu khawatir. Aku pernah melihat daddy menerbangkan helikopter ini, jadi seharusnya penerbanganku akan baik-baik saja," jawab Angelo sembari terus fokus menerbangkan helikopter.
"Semoga saja begitu, baiklah daddy harus menyelamatkan Calista. Denyut nadinya melemah dan daddy harus memberinya pertolongan pertama sebelum kita tiba di rumah sakit," ujar Arvind sembari memeriksa Calista.
"Tapi paha daddy tertembak. Jika pendarahannya tidak segera dihentikan, nyawa daddy bisa dalam bahaya," ujar Angelo khawatir.
"Daddy tahu, tapi yang paling berbahaya adalah kondisi Calista. Paha kanannya tertembak dan sepertinya proyektilnya masih bersarang di dalamnya. Kau cepat hubungi uncle Fery dan minta dia menyiapkan ruang operasi sekarang juga! Daddy akan melakukan CPR ke Calista agar ia kembali bernafas," ujar Arvind.
Angelo pun segera meminta tolong ATC mereka untuk menghubungi rumah sakit dan meminta untuk menyiapkan ruangan operasi, karena di situasi saat ini Angelo tidak mungkin menggunakan ponsel pribadinya.
"Sial!! Nafasnya belum kembali! Angelo berapa menit lagi sampai kita sampai rumah sakit?"
"Sepuluh menit lagi dad."
"Itu terlalu lama!!! Baiklah daddy akan melakukan nafas buatan dan kau jangan mengadu pada mommymu," ancam Arvind.
"Cepat lakukan saja dad sebelum dia mati."
Karena keterbatasan alat medis di dalam helikopter pun membuat Arvind mau tidak mau menggunakan peralatan seadanya dan melakukan CPR manual. Setelah beberapa saat ia melakukannya, akhirnya Calista tersedak air yang masuk ke saluran pernafasannya dan nafas Calista kembali. Arvind pun langsung memasangkan ambubag agar pernafasan Calista tetap stabil.
Arvind belum bisa bernafas lega karena paha kiri Calista masih saja terjadi pendarahan dan campur dengan nanah. Arvind menduga luka tembak ini terjadi kemarin dan proyektilnya belum juga dikeluarkan dari tubuh sehingga pendarahan terus saja terjadi karena tidak ada penanganan dan bisa jadi nanah yang keluar dari paha Calista akibat bakteri dari gedung terbengkalai tersebut. Belum lagi air laut mengandung berbagai jenis parasit seperti amoeba, cacing dan bakteri lainnya sehingga memperburuk infeksi luka tersebut."Kau dapat mendengarku?" tanya Arvind dan Calista sama sekali tidak memberi jawaban.
"Sial!! Dia mulai kehilangan kesadarannya lagi karena luka tembaknya."
"Dad, sebentar lagi kita akan mendarat," ujar Angelo menginterupsi.
Arvind tidak menjawab, ia pun segera menuang larutan saline ke pahanya sendiri yang tertembak agar tidak infeksi dan setelahnya ia mengikat luka tersebut menggunakan kain kasa dengan begitu ia bisa menghentikan pendarahannya.
"Baiklah, dengan begini aku dapat langsung mengoperasinya begitu tiba di rumah sakit."
*****
"Apa presdir sendiri yang akan mengoperasinya?" tanya seorang dokter spesialis ortopedi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You (after married)
RandomCover by @alifindita09 Sekuel dari Be With You "I will Be With You untill I die." Ucap Laura pada Arvind. ***** Bercerita tentang sepasang suami istri yang berkorban merelakan cita citanya demi seorang bayi laki laki yang tidak lain adalah putra dar...