Sore hari jam enam, pekerjaan kantor sudah diselesaikan dengan baik oleh Mario. Segera dia beranjak dari ruangannya. Bergegas, dia menuju basement tempat mobilnya terparkir. Walaupun posisinya sebagai wakil CEO, namun dia tidak mau menggunakan sopir pribadi jika telah usai jam kantor. Seharusnya, sesuai amanat dan wasiat dari Anton, Mario adalah CEO dari Nusa Raya Group, namun Mario tidak bersedia menerimanya, maka akhirnya Bara sebagai CEO dan Mario sebagai wakilnya. Usia kandungan Lina yang memasuki bulan ketiga dan kondisi Lina yang masih saja mual-mual menjadikan Bara melimpahkan segala urusan kantor pada Mario. Jadi, walaupun sebagai "wakil" , pada prakteknya dia juga adalah Ceo di Nusa Raya Group jika Bara tidak bisa beraktivitas di kantor.
Mario sampai di rumahnya satu jam kemudian, dan itu tepat saat jam makan malam di keluarga Bara. Saat Mario memasuki rumahnya, dia kaget dengan asisten baru yang membukakan pintu untuknya.
"Lo siapa? Asisten baru? Gue belum pernah liat lo sebelumnya!" Tanya Mario dengan tatapan yang penuh selidik. Sorot matanya tajam. Sangat terlihat jika Mario menaruh curiga atas lawan bicaranya itu. Mendapati tatapan tajam dari mata elang Mario, asisten baru tersebut hanya berani berbicara dengan wajah menunduk. Suaranya agak tersendat menandakan jika memang dia sedang ketakutan.
"Iya tuan, saya Ningsih. Asisten baru untuk nyonya" Jawab Ningsih
"Lo di sini gantiin siapa? Mulai kapan lo masuk ke sini? Siapa yang ngasih rekomendasi buat lo kerja di sini? Lo dari biro jasa apa?" Berondongan pertanyaan dari Mario sebenarnya menunjukkan bagaimana dia bersikap protektif terhadap keluarganya sendiri. Melihat ada orang asing yang baru dikenalnya berada di dekat keluarganya, tentu insting proteksinya langsung bekerja. Ningsih semakin mengkerut mendapati tuan mudanya seperti itu. Hampir saja dia meneteskan air matanya.
"Kamu itu, pulang kerja gak salim dulu sama daddy dan mommy kamu, malah interogasi orang kayak gitu" Bara yang mendengar bagaimana Mario memberondong asisten rumah tangganya yang baru lalu beranjak menemui. Melihat Bara yang datang padanya, Mario lalu menghampiri Bara, mengambil tangannya dan menciumnya. Setelah itu Mario bertanya singkat
"Dad?" sambil matanya meilirik tajam pada Ningsih seolah menuntut jawaban dari Bara. Bara sudah sangat mengenal bagaimana sifat protektif dari Mario langsung mengerti apa yang dimaksud oleh anaknya itu.
"Kita ke kamarmu. Daddy jelaskan di sana" Bara lalu berbalik dan berjalan menuju kamar Mario sedang Mario mengikutinya dari belakang. Sesampainya di kamar Mario dan setelah mengunci pintu kamar, Bara lalu berkata
"Namanya Ningsih. Kemarin pagi Pak Man, menemukan dia pingsan di samping depan pagar rumah kita. Setelah memberi pertolongan pertama, daddy bermaksud akan mengantar dia ke kantor polisi, tapi malah mommy kamu pengennya jadiin dia asisten rumah tangga di sini" Jelas Bara kemudian
"Daddy udah cek siapa dia? Takutnya dia bohong atau pura-pura. Bisa aja kan, dia emang sengaja dimasukkan ke sini" Mario masih dalam mode waspada jika menghadapi orang asing yang baru dia kenal.
"Nah, itu dia masalahnya. Dia sendiri ngakunya kecopetan dan dompetnya hilang jadi daddy gak bisa cek KTP-nya. Dia gak bawa apapun. Cuman baju yang melekat di badannya saat kejadian pagi itu" Mario makin mengerutkan keningnya. Bisa-bisanya ada orang asing yang benar-benar tidak dikenal ada di rumahnya.
"Dad, ngapain ambil risiko sih? Biar Iyok yang bicara sama mommy" Mario sudah mengambil langkah untuk turun ke ruang makan. Namun, Bara mencegahnya.
"Hati-hati kalau bicara soal ningsih ke mommy kamu. Gak tahu kenapa, mommy kamu kelihatannya sudah cocok sama dia"
"Iyok coba dulu. Cuman untuk sementara, tolong daddy ikutin aja alurnya Iyok. CCTV rumah masih berfungsi semuanya kan dad?" Bara mengangguk. Setidaknya, anggukan Bara sedikit menenangkan Mario. Dengan CCTV yang dipasang di rumah tersebut, setidaknya dia masih bisa memonitor apa yang terjadi di rumah lewat CCTV tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi Cinta Mario (Tamat)
RandomBerawal dari sebuah kesalahapahaman konyol, membuat Mario akhirnya bisa menemukan seseorang yang mampu menghiasi hari-harinya kembali. Cover by: Canva