Part 39

277 18 0
                                    

Esok paginya, Mario dan Bara sedang makan pagi, sementara Lina sedang mengurusi Ronald. Benar juga kata Brian, kondisi Ronald sekarang sudah baik, tidak lagi demam seperti kemarin. Setelah selesai dengan Ronald, Lina segera bergabung dengan Bara dan Mario.

"Oh ya, daddy lupa belum ngasih tahu kamu. Kemarin Rey telpon daddy. Infonya ada sedikit masalah sama project pabrik dan gudang di Bitung." Bara berujar setelah dia menyelesaikan makan paginya.

"Hah? Ngapain Rey gak hubungin langsung ke Iyok? Kok malah hubungin ke daddy?" Mario terkejut dengan Reynald yang justru menelpon Bara dan bukan dirinya. Sejak awal, Mario yang menangani masalah project di Bitung itu.

"Daddy udah nanya gitu ke Rey. Dia bilangnya kamu kalau diajak diskusi malah ngelantur. Jawaban kamu sering gak sinkron"

"Hehehe... Iya sih kalau itu. Waktu itu Iyok lagi gak fokus" Jawab Mario dengan cengengesan. Dia mengakui jika dia tidak fokus waktu terakhir kali meeting dengan Reynald untuk membahas project di Bitung. Mungkin itu yang membuat Reynald langsung menghubungi

"Dari yang Rey ceritain, kayaknya kamu harus OTS ke sana. Masalah perijinan juga sama lay out mesin, power plant dan alokasi gudang. Kamu lengkapnya hubungin lagi Rey buat jelasnya"

"HAH? Ke Bitung gitu? Masak harus Iyok yang turun tangan langsung? Ntar Iyok bilang ke legal buat kirim orang ke sana" Jika harus ke Bitung berarti Mario akan semakin jauh dengan Dea yang di Bandung. Sebenarnya tidak ada masalah karena Mario masih bisa menggunakan video call untuk menghubungi Dea, tapi tetap saja jarak yang jauh membuat Mario menjadi sebal.

"Emang orang legal tahu kamu pasang lay out mesin yang kayak gimana? Emang orang legal juga tahu power plant yang mau kamu pake buat pabrik di sana? Enggak kan? Yang bisa jawab itu semua siapa? Kamu sama Rey adalah keyperson buat project ini kan? Masak daddy yang harus pergi ke Bitung? Kamu tahu sendiri kalau Ronald belum sembuh bener" Mario sedikit cemberut mendengar apa yang dikatakan oleh Bara. Dia tidak bisa membantah. Semua yang dikatakan oleh Bara adalah benar. Perjalanan bisnis bukan hal baru dan aneh bagi Mario. Bahkan, perjalanan bisnis sampai ke luar negeripun sudah sering Mario lakukan. Namun itu dulu sebelum dia mengenal dan menjatuhkan pilihan hatinya pada Dea. Sekarang, Mario justru sering mendelegasikan kepada bawahannya jika ada perjalanan bisnis dengan durasi waktu yang lama.

"Iya deh, ntar Iyok tanyain ke Rey buat lebih jelasnya"

Siang harinya, Mario memilih untuk mendatangi kantor Reynald dan bertanya soal project yang mereka tangani bersama. Mereka kini sedang duduk bersama di ruang kerja Reynald.

"Kayaknya ada yang beda deh. Terakhir ke sini gak kayak gini deh penampakan ruang kerja lo?" Mario justru membuka meeting dadakan itu dengan pertanyaan yang sama sekali tidak penting untuk diajukan. Meja kerja di ruang kerja Reynald ada dua, satu untuk Reynald dan satunya lagi untuk Felicia yang harus dengan pasrah menerima saat Reynald memerintahkan untuk pindah meja kerja. Posisi Felicia sendiri masih tetap sebagai secretary for internal affair.

"Tuh, tanya aja sama yang tiba-tiba pindahin meja kerja ke sini" Feli lalu menunjuk ke Reynald yang langsung pasang muka senyum.

"Wajar dong kalau suami pengen deket terus istri. Masak salah sih gitu aja" Reynald sekarang malah menggoda Feli dengan mengedip-ngedipkan matanya ke Felicia. Sementara Feli hanya bisa senyum sambil tangannya menangkup wajah Reynald pelan.

"Iya... Iya... Boleh kok kak.. " Ujar lembut Feli kemudian.

"Lo berdua bisa gak sih gak drama di depan gua? Udah tahu juga gua lagi LDR, kalian malah drama kayak gini di depan gua lagi. Ngejekin gua lo pada? Kayaknya udah ketularan virusnya Tian semuanya" Mario menggeram melihat apa yang disajikan oleh Reynald dan Feli.

"Hehehe.. Mangkanya lo cepetan nikahnya bro. Biar gak sensian." Bukan hanya Reynald yang tersenyum melihat Mario yang sewot. Bagas dan Richard juga tersenyum melihat tingkah Mario tersebut.

Merekapun melanjutkan meeting mereka siang itu. Dari meeting itu, tampaknya memang tidak ada pilihan lain buat Mario dan Reynald untuk turun langsung menangani project mereka. Ternyata masalah yang dihadapi cukup kompleks juga. Selain masalah yang diutarakan oleh Bara tadi pagi, ternyata ada juga masalah lain terkait dengan proses perijinana di Bitung.

"Dek, ntar ikut aja ya ke Bitungnya. Sekalian liburan juga. Kayaknya kemarin pas Tian cerita honeymoon di Manado seru juga" Selesai meeting Reynald masih saja menggoda Mario.

"Lho kirain kakak gak ikut, cuman bang Iyok aja yang ke Bitung. Trus kalo kakak ikutan ke Bitung, kantor gimana?" Ujar Feli

"Ikutlah, soalnya masalahnya ada di konstruksi bangunan juga. Kan di project ini Persada Group kebagian di fisik bangunannya. Soal kantor, ada papa dan kak Joe. Palingan kalo masih gak bisa, Tian bisa back up kok" Jelas Reynald singkat. Kembali, Mario sewot melihat Reynald dan Felicia saling menunjukkan kemesraan di depannya.

"Woi.. Kita kerja di sana! Bukannya liburan apalagi honeymoon. Lagian, ngapain juga kalian honeymoon nebeng sama kerjaan kantor?" Tidak tahan Mario akhirnya berucap.

"Lha kan Feli tuh sekretaris gua, gak masalah dong gua bawa. Lo kan juga pasti bawa Richard kan? Wajarlah kalau meeting atau perjalanan bisnis kita melibatkan sekretaris? Emang lo bisa handle semuanya apalagi yang sifatnya administrasi? Gak kan?" Entah mengapa Reynald sekarang begitu menyebalkan di mata Mario. Dulu, Reynald yang dia kenal adalah seorang yang cenderung pendiam, bahkan dengan rekan bisnis sekalipun Reynald terkenal dengan pribadi yang irit bicara. Tapi, akhir-akhir ini sikap Reynald terlihat menyebalkan di mata Mario.

TOK..TOK..TOK

Pintu ruang kerja Reynald diketuk dan segera masuklah Joenathan ke dalam.

"Lho ada Mario juga." Joenathan sedikit terkejut dengan adanya Mario di ruangan Reynald. Walaupun sebenarnya, hal itu sudah sangat sering terjadi.

"Iya, ini lagi bahas project yang di Bitung. Kayaknya lusa Rey, Feli sama Bagas OTS ke Bitung. Ada sedikit trouble sih kak di sana. Kakak ngapain di sini?" Jelas Reynald tentang mengapa Mario sampai ada di ruangannya.

"Mau nanyain koreksian soal forecast biaya buat General Affair yang kemarin itu. Udah approve atau belum? Soalnya ini GA perlu buat costing kerjaan" Reynald lalu menepok jidatnya sendiri. Dia kelupaan kalau berkas yang harus dia setujui untuk dikerjakan Joenathan.

"Ok, kak ntar Rey approve dari sini. Sorry kelupaan kemarin." Jawab Reynald singkat dan direspon dengan acungan jempol oleh Joenathan.

"Eh, gimana kemarin bajunya? Cocok kan buat Dea?" Tanya Joenathan ringan

"Kalau gak cocok kan gak mungkin jadi headline di majalah bisnis kan? Eh, Kalau buat wedding ntar bikin aja di kak Anne. Minta yang eksklusif gitu" Reynald justru yang menjawab

"Emang kapan weddingnya?" Lagi, pertanyaan dari Joenathan membuat kesal Mario. Dia hanya bisa mendengus kasar mendapati jika dia menjadi bulan-bulanan di sini. Tapi anehnya, bukannya beranjak dan pergi, tapi tetap saja dia di ruangan Reynald bahkan setelah meeting selesai dan mereka sudah sepakat untuk OTS ke Bitung.

Selesai meeting, Mario tidak langsung kembali ke kantor. Dia lebih memilih berbincang santai dengan Reynald, Felicia dan juga Joenathan. Terlihat sekali jika hubungan mereka lebih dari sekedar hubungan bisnis semata.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang