Part 7

567 29 2
                                    

Mario dibuat kalang kabut pagi ini. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh, dan Richard belum juga kelihatan. Semua jadwal dan daftar pekerjaan, janji meeting dengan kolega hingga beberapa file dan dokumen ada di sekretarisnya itu. Salah satu pegawainya dari divisi HRD mengatakan bahwa Richard tidak masuk kantor hari ini dan sudah memberikan surat ijin via email. Menyadari itu, Mario langsung menelpon Richard.

"Lo ngapain gak masuk kerja? Lo lagi sakit atau gimana? Beneran resign lo? Udah gue bilang juga kalau gue kemarin cuman bercanda. Lo kayak gak kenal sama gue aja. Udah cepetan balik ke kantor. Kerjaan banyak. Lagian ada yang harus gue omongin ke lo abis kita ketemuan sama om Rendi kemarin" Mario langsung mencecar saat Richard mengangkat telponnya.

"Selamat pagi pak, tapi sepertinya....." Belum selesai Richard berbicara, namun Mario langsung menyela penjelasan dari Richard

"Gue gak mau tahu. Pokoknya lo harus ada di depan gue hari ini. GAK ADA BANTAHAN!!!" Selesai mengatakan itu, Mario langsung menutup telponya. Kurang dari satu menit kemudian, notifikasi pesan masuk di ponselnya menyala. Ternyata Richard mengirim foto selfienya sedang antri untuk check in di bandara. Tampaknya Richard memang sudah bulat keputusannya untuk pergi.

"Siaall!!!" Umpat Mario sambil berlari bergegas keluar kantornya. Dengan langkah tergesa Mario segera ke arah parkir mobil dan dengan segera dia melaju ke arah bandara. Bahkan dia meminta sopirnya untuk memacu kendaraannya sekencang yang dia bisa.

Satu setengah jam kemudian, Mario sampai di bandara. Dia bergegas berlari mencari keberadaan dari Richard, namun dia tidak menemukannya.

"Sial.. Gue gak tahu dia di terminal keberangkatan yang mana? Dia pake maskapai apa juga gue gak tahu" Dalam hatinya dia menyesal telah menjahili sekretarisnya itu. Sekalinya menjahili orang, dia sendiri yang sekarang kelimpungan. Mario tipe orang yang sedikit susah menyesuaikan diri jika orang tersebut tidak dikenalnya dengan baik. Jika Richard benar-benar mengajukan pengunduran diri, maka mau tidak mau dia harus beradaptasi dengan sekretaris baru dan itu bukan hal mudah bagi Mario. Merasa bahwa usahanya tidak membawa hasil, dan dia sendiri juga kebingungan harus berbuat apa, Mario lantas kembali ke mobil dan memutuskan kembali lagi ke kantor.

Sesampai di kantor, jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Karena sedari pagi Mario disibukkan dengan menghilangnya Richard, maka pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya sudah dia selesaikan sejak pagi menjadi tidak terurus. Mario lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dibandingkan makan siang. Namun, begitu dia membuka pintu ruangannya, alangkah terkejutnya saat dia mendapati Rendi dan Richard yang tengah berbincang ringan.

"Nah, ini dia yang kita tunggu dari tadi om. Oke, berhubung udah dateng, saya pamit dulu ya om. Mau makan siang juga." Richard berucap ringan. Dia bangkit dari kursinya dan hendak meninggalkan ruangan Mario.

"Lo, kok.."

"Silakan pak, udah ditunggu dari tadi sama pak Rendi. Saya permisi dulu" Ujar Richard memotong Mario dan beranjak keluar dari ruangan itu.

"Lo gak usah pergi! Kita meeting bertiga. Lagipula gue juga perlu sama lo juga" Mario berdesis menahan Richard yang sudah dalam posisi hendak melangkah pergi. Dia merasa sangat kesal, setelah tahu ternyata dia sekarang yang dikerjai oleh Richard.

Meeting antara Mario dan Rendi itupun selesai sesuai dengan yang diharapkan oleh Mario. Beberapa poin kesepakatan antara Mario dan Rendi pun sudah dicatat dengan lengkap oleh Richard. Segera sesudah Rendi meninggalkan ruangan, Mario lalu menghampiri Richard yang tengah memberesi berkas-berkas meeting tadi.

"Maksud lo apaan? Hah?" Mario tidak sabar dengan semua yang dia alami di pagi ini. Bagaimana kalang kabutnya dia ditinggal oleh sekretarisnya itu dan sekarang tiba-tiba Richard sudah ada di depannya. Dengan wajah tidak berdosa pula dia menunjukkan diri di depan Mario, seolah-olah sedang tidak terjadi apa-apa.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang