Part 21

430 24 2
                                    

Aktivitas pagi di rumah Bara berlangsung seperti biasanya. Mario masih seperti kemarin, masih berusaha menarik perhatian Dea dengan semua perhatian dan perlakuan manis yang dia tunjukkan kepada Dea. Jadwal pekerjaan Mario hari ini tidak terlalu padat. Selepas istirahat siang, dia sudah tidak memiliki jadwal di kantor. Rencananya, dia akan membawa Dea menemui Brian dan Mentari. Mario sudah mengetahui jika Bara dan Lina sudah memperkenalkan Dea pada Brian dan Mentari, namun Mario ingin menegaskan pada Brian dan Mentari bahwa hatinya sudah tertambat di pesona Dea. Mario juga berencana mengenalkan Dea pada Feinya dan juga Tian.

"De, hari ini ikut abang ya ke kantor. Biar tahu juga kantor abang dimana dan kerjaan abang seperti apa" Ucap Mario saat Dea membangunkannya pagi ini.

"Tapi, apa nanti saya tidak menganggu tu.. eh, abang kalau ikut ke kantor?" Dea sebenarnya ingin menolak, tapi dia juga tahu bahwa itu akan sia-sia saja.

"Gak apa-apa. Sekalian pengen ngenalin kamu juga ke semua karyawannya abang. Biar kalau kamu kangen dan pengen ketemu abang, bisa langsung ke kantor" Ucapan Mario memang terdengar santai, ringan tidak ada kesan perintah di sana, namun Dea sangat paham tentang bagaimana sifat Mario. Dia akan sangat keras dan tidak bisa dibantah. Maka mengikuti apa yang dimau oleh Mario, mungkin saat ini adalah jalan terbaik. Lagipula, permintaan Mario juga bukan permintaan yang aneh-aneh.

Selesai makan pagi, saat bersiap untuk berangkat, Mario lalu memanggil Dea.

"Dad, Iyok berangkat sendiri ya, barengan sama Dea. Nanti abis istirahat siang, Iyok mau ke tempat ayah bunda sama Dea juga" Mario meminta ijin pada Bara untuk tidak ikut bersama dengannya dalam satu mobil.

"Oke. Oh ya, mungkin mulai minggu depan, daddy gak bisa aktif di kantor. Mommy kamu udah masuk sembilan bulan kan hamilnya. Daddy akan di rumah aja. Urusan kantor kamu aja yang handle." Entah mengapa, Mario langsung senang mendengarnya. Sebentar lagi dia akan punya adik.

"De, nanti kamu bantu-bantu mommy juga ya. Bentar lagi adeknya abang mau nongol. Hehehe.. Gak sabar mau maen bola sama adek" Beberapa kali pemeriksaan saat USG memang menyatakan kalau adik Mario berjenis kelamin laki-laki. Saat tahu, tentu Mario sangat girang. Pengalaman menjaga Feinya, membuatnya sangat ingin mempunyai adik lak-laki.

Sesampai di kantor, semua mata karyawan langsung tertuju pada sosok Mario yang menggandeng erat tangan Dea. Mario tidak pernah membawa satu wanitapun ke kantor. Kalaupun ada wanita yang menemuinya di kantor, itu adalah Feinya. Tidak ada yang lain, dan satu kantor itu juga sudah mengetahui jika Feinya adalah adik Mario. Tapi kini, ketika Mario datang, bergandengan tangan dengan seorang wanita lain dan sang wanita tersebut berpenampilan sederhana, bahkan terlewat sederhana, menjadikan semua mata langsung tertuju pada mereka.

"Semuanya, ini adalah calon istri saya. Kapanpun dia datang, saya minta antarkan ke ruangan saya. Jika saya tidak ada di ruangan, langsung antar ke ruang ayah saya. Paham?" Mario langsung memberi perintah tegas pada karyawan resepsionis dan security di sana. Mereka langsung mengangguk mendapati perintah langsung dari pucuk pimpinan tempat mereka bekerja.

Masih menggandeng erat Dea, Mario lalu melanjutkan langkahnya menuju ruangannya. Mereka lalu naik ke lantai paling atas gedung itu menggunakan lift khusus. Saat ini hanya ada Mario dan Dea di lift tersebut.

"De, tahu gak kalau sebenarnya abang sekarang lagi marah?" Dea langsung mengernyitkan keningnya. Mario sedang marah? Marah pada siapa? Pada dirinya? Bukankah dia sudah mematuhi apa yang dimau oleh Mario?

"Abang marah sama kamu de.." Dea kambali kebingungan. Apa kesalahannya sampai Mario marah kepadanya?

"Abang marah kalo kamu liatin lantai terus. Apa lantai kantor abang lebih menarik daripada abang?" Semenjak dari rumah, Dea memang lebih banyak menunduk saat berjalan di samping Mario. Dia tidak mempunyai kepercayaan diri untuk bisa berjalan tegak di samping Mario. Mario lalu melepas genggaman tangannya, lalu mengangkat dagu Dea, memaksanya untuk tidak lagi menatap ke bawah.

"Kamu cantik de.. Kamu sempurna.. dan kamu itu calon istrinya abang. Abang gak suka kalau calonnya abang gak percaya diri." Karena dipaksa untuk menegakkan kepala, Dea akhirnya bisa melihat langsung Mario dari jarak sedekat itu. Entah, keberanian dari mana, Dea menyahut

"Maaf, tapi bukannya saya masih belum menerima aa..bang.. Ningsih belum bilang iya"

"Abang ngerasanya cuman masalah waktu aja. Abang yakin kalau kamu bakalan terima abang" Mario sangat yakin. Tepat saat mengatakan itu, pintu lift terbuka. Kedatangan mereka berdua disambut wajah Richard yang melongo melihat bosnya menggandeng wanita. Richard sudah tahu siapa wanita itu dan bagaimana ceritanya, hanya dia tidak mengira jika hubungan antara keduanya sudah sejauh ini.

"De, ini kenalin Richard, sektretarisnya abang." Mario lalu memperkenalkan Richard pada Dea. Mario merasa perlu, karena selain sebagai sekretaris, Richard adalah orang yang sangat dia percaya.

"Selamat pagi, saya Richard, dengan mbak............." Richard mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan dengan Dea. Melihat itu, Dea bermaksud menyambut tangan Richard tapi sebelum itu terjadi, Mario langsung menepis tangan Dea. Menariknya hingga mereka tidak jadi bersalaman.

"De, hati-hati ya sama makhluk satu ini. Dia itu playboy cap kaleng kerupuk. Korbannya udah dimana-mana" Ujar Mario sambil menunjuk Richard. Tidak terima jika dirinya dikatakan sebagai playboy, Richard lalu berkata dengan suara yang dibuat genit

"Iihh... Abang gitu.. Habis manis sepah dibuang deh.. Gak sukak eikee bang..." Mario langsung gelagapan mendapati tingkah laku absurd dari Richard.

"Eh mbaknya, eike kasih tau ya, abang Iyok ini spesial buat eike.. Nih kalau gak percaya" Richard lalu menunjukkan screen ponselnya yang menujukkan foto saat Mario mengelap wajah Richard yang kebahasan. Foto saat kejadian di resto milik Tian beberapa waktu lalu. Foto yang menimbulkan salah paham yang tidak perlu.

"Aa... baangg.. Jadi..." Dea mebelalakan matanya melihat layar ponsel Richard. Dea langsung mengalihkan pandangannya pada Mario yang saat itu wajahnya memerah, menandakan dia sangat marah.

"LO!!!! IKUT KE RUANGAN... De, abang jelasin ya de. Ini salah paham de.. Abang normal De.. " Jujur saja Mario panik karena takut jika Dea menganggap benar apa yang dilihatnya dari ponsel Richard.

Sesampainya di ruangan, dan Mario menutup pintu ruangannya.

"CHAD!! Jelasin semuanya! Jangan sampe ada kesalahpahaman lagi."

"Jelasin apa sih bang? Kan bener kalau kita ada hubungan...." Richard masih saja bermain drama di sini.

"HENTIKAN CHAD!!!! Ningsih bisa salah paham!!!"

"Ihh.. Gitu ya.. Mentang-mentang udah ada yang asli, eikee ditinggalin. Gak inget apa bang, gimana abang ngejar-ngejar eike di bandara"

Mario menutup matanya tanda dia sedang bingung harus bagaimana menghadapi sekretarisnya itu. Richard sudah mati-matian menahan ketawa melihat ekspresi Mario. Sementara Dea kebingungan melihat tontonan drama tanpa sutradara itu.

"De, percaya abang ya.. Tau kan gimana abang tiap paginya kalau sama adek.. Abang normal de.. Please percaya abang ya.." Mario seolah mengiba untuk mendapat kepercayaan Dea. Tidak tahan melihat bosnya memohon seperti itu, meledaklah tawa keras dari Richard. Setelah meredakan tawanya, lalu Richard berkata

"Tenang aja, bos galak satu ini dia normal kok. Satu-satunya yang gak normal adalah kelakuannya sih. Hati-hati aja sama dia. Bisa makan ati tiap hari."

"Udah lo mending balik ke meja lo aja. Bikin kisruh lo di sini"

Setelah Richard pergi ke tempatnya, kini malah Dea yang kebingungan. Dia tidak tahu harus bagaimana di ruangan Mario.

"Duduk aja di sofa itu de, tetep di situ ya. Jangan kemana-mana. Biar abang bisa liatin kamu terus."

Mario lalu melanjutkan pagi itu dengan pekerjaannya. Senyumannya kini tidak pernah lepas dari bibirnya. Sementara Dea memilih membaca majalah bisnis yang ada di sana, walaupun dia sendiri tidak tahu apa yang dibahas di majalah itu. Biarlah, yang penting dia bisa menghabiskan waktunya sambil menunggu Mario.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang