Part 9

519 28 6
                                    

PT Penta Agri, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan teh. Produknya hanya bisa ditemui di pasar tradisional lokal. Penguasaan lahan untuk area perkebunan teh mereka juga tidak luas, hanya sekitar beberapa hektar lahan yang ditanami teh dan juga mendirikan pabrik untuk proses produksinya. Perusahaan tersebut masih perusahaan keluarga dengan skala kecil yang dikendalikan oleh Dewa Bramantyo sang ayah. Setelah menikah dengan Anissa Kurniawati, Dewa memiliki dua anak. Anak pertamanya seorang lelaki dengan nama Devon Bramantyo, sedangkan adiknya dia beri nama Dea Rossa.

"Pa, ini sudah lebih dari tiga minggu dan Dea belum ketemu pa. Anak kita kemana pa?" Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang paling sering Annisa lontarkan. Kehilangan anak gadisnya membuatnya sungguh sangat terpukul.

"Maafin papa ma, papa belum ketemu sama Dea. Papa udah cari ke seluruh Bandung, tapi gak ketemu juga. Semua salah papa juga. Andai saja papa tidak terbujuk sama rayuan dari Refan. Pasti semuanya gak jadi seperti ini"

"Mama bingung pa. Anak mama sekarang bagaimana? Dia makan apa sekarang pa?" Suara Anissa memelan lalu berganti dengan isakan tangis pelan.

Suasana di rumah Dewa memang berbeda semenjak Dea meninggalkan rumah itu. Sejak Dea meninggalkan rumah itu karena Refan, memaksa Dea untuk mau menikah dengan Leo, anak dari Refan. Jika tidak, Refan tidak akan membayarkan hutang atas nama Dewa di Bank Surya. Dewa memang tidak membutuhkan uang saat itu, namun dengan segala bujuk rayu, akhirnya dia bersedia meminjam uang ke bank dengan jaminan perusahaan pengolahan teh-nya dan uang pinjaman itu digunakan oleh Refan. Ternyata itu semua hanyalah akal-akalan licik dari Refan yang ingin menikahkan Leo dengan Dea selain juga dia punya rencana yang lain untuk Dewa. Leo sendiri sudah terobsesi dengan Dea. Refan dengan sengaja tidak membayar angsuran kreditnya ke bank, hingga Dewa terancam dipenjara jika tidak melunasi hutangnya. Refan bersedia membayar kembali hutangnya, jika dan hanya jika Dea menikah dengan Leo. Tapi, wanita mana yang bersedia menikah dengan lelaki pemalas, dan bahkan seorang penjudi. Leo dengan seluruh atribut buruknya itu, tentu membuat semua wanita tidak ada yang bersedia dengannya.

***

Dewa kini berada di ruang kerjanya. Kantornya memang bukanlah kantor yang besar. Ruanganyapun hanya sebesar tiga kali tiga meter. Dari ruangan itulah Dewa selama ini mengendalikan perusahaan miliknya. Kantornyapun bukanlah kantor megah dan mewah selayaknya perusahaan besar. Fisik kantornya lebih mirip dengan rumah berlantai dua dengan jumlah karyawan yang juga tidak terlalu banyak. Sementara, pabrik pengolahan dan pengemasan, berada di dekat dengan perkebunan teh yang letaknya cukup jauh dari kantor itu.

Mario kini berada di depan PT Penta Agri. Di tangannya sudah terdapat beberapa berkas yang telah dipersiapkan untuk pertemuannya dengan Dewa kali ini. Setelah dipersilakan masuk ke ruangan Dewa, maka di sinilah sekarang, Mario dan Dewa sedang duduk di kursi sofa di ruangan kerja Dewa.

"Sepertinya saya masih belum mengenal dengan bapak-bapak berdua." Ujar Dewa ramah kepada Mario dan Richard. Melihat sambutan yang ramah tersebut, Mario tersenyum lega. Setidaknya tidak akan susah untuknya membuka pembicaraan jika lawan bicara yang dihadapi adalah pribadi yang ramah.

"Perkanalkan pak, saya Mario Rachmadi dan ini adalah sekretaris saya, Richard Tumewu. Kami dari Nusa Raya Group dan kami ingin menjalin kerjasama dengan Penta Agri." Mendengar nama Mario Rachmadi dan Nusa Raya Group disebutkan, Dewo langsung kaget. Tidak mungkin seorang petinggi perusahaan sebesar Nusa Raya langsung turun tangan untuk menghadapi perusahaan kecil miliknya.

"Maaf, tapi kerjasama yang bagaimana yang dimaksud? Setahu saya juga tidak ada lini usaha dari Nusa Raya yang support ke bisnis kecil kami" Dewa masih kebingungan dengan keadaan yang ada. Lagipula jika diingat, bahwa kondisi perusahaannya sekarang bisa dikatakan sedang berada di ujung tanduk akibat hutang ke Bank Surya. Mario lalu menyerahkan satu map yang ternyata berisi kontrak perjanjian Debt to Equity Swap yang memang telah disiapkan sebelumnya. Dewa mengernyit, alisnya bertaut. Tentu bukan hal yang susah bagi Nusa Raya Group untuk mengetahui kondisi keuangan yang sebenarnya.

"Shortly, Nusa Raya ingin take over Penta Agri dengan skema debt to equity swap?" Pertanyaan yang singkat namun langsung pada sasaran dari Dewa. Mario tersenyum ringan mendengar pertanyaan dari Dewa. Mario lalu mengambil ponselnya, mengutak atik sebentar lalu menunjukkan ke Dewa.

"Mungkin video ini bisa memberikan pertimbangan lain bagi anda"

Dewa langsung mematung saat melihat tampilan di layar ponsel milik Mario. Video itu menampilkan Dea sedang memasak di apartemen milik Mario. Dia terlihat ceria dan senyum terus menghiasi bibir indah Dea.

"Ceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang anda mau" Lagi, Dewa bertanya singkat pada Mario. Namun kali ini nada pembicaraan dari Dewa menjadi tegas. Masih ramah, namun dia menekankan pada setiap kata yang diucapkannya. Mario sangat paham sekarang bagaimana perasaan Dewa. Perasaan seorang ayah yang kehilangan putrinya.

"Beberapa minggu lalu, putri anda ditemukan pingsan di depan rumah saya. Kedua orang tua saya akhirnya menampung putri anda. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Ningsih. Jujur, saya sempat curiga dengan putri anda. Saya berpikir dia adalah orang yang akan mencelakai keluarga saya. Hingga akhirnya saya tahu, mengapa putri anda sampai lari dari rumah dan mengapa perusahaan anda terlilit hutang di bank" Mario menjelaskan dengan gamblang.

"Sekarang, bagaimana keadaan Dea? Apa dia baik-baik saja?" Gurat kekhawatiran orang tua terdengar dari pertanyaan yang dilontarkan Dewa. Suaranya melemah.

"Dia baik-baik saja. Mommy saya malah sudah langsung lengket saat pertama kali bertemu dengan Dea." Mario tersenyum ringan saat menjelaskan itu semua.

"Lalu sebenarnya apa tujuan anda melakukan semua ini?" Dewa bertanya sambil tangannya menunjuk pada lembar kontrak yang di berikannya tadi ke Dewa. Mario mengambil napas panjang, lalu memberi jeda sejenak dan diapun berkata

"Karena saya tidak rela jika Dea dimiliki oleh orang lain. Jujur saya bilang di sini, bahwa saya mulai menaruh perhatian lebih ke putri anda" Jawaban Mario disambut senyuman yang sedikit sinis dari Dewa.

"Lalu, apa bedanya anda dengan Refan? Dia juga menggunakan saya dan perusahaan ini sebagai alat untuk mendapatkan Dea, anak saya" Ada sedikit emosi pada nada pembicaraan dari Dewa.

"Beda, karena saya tidak akan memaksa Dea. Saya ingin mendekati putri anda, menjalin hubungan yang lebih hangat lagi. Jika nanti Dea memang tidak menghendaki saya sebagai pendamping hidup, saya tidak akan mempermasalahkan hal itu semua. Bagaimanapun, Dea berhak memilih dengan siapa dia akan menghabiskan waktu hidupnya kelak" Dewa masih mencermati apa yang baru saja di katakan oleh Mario.

"Walaupun secara struktur kepemilikan, Penta Agri ada di bawah Nusa Raya Group, tapi bisa saya pastikan, operasional dan manajerial Penta Agri tetap dibawah kendali bapak. Saya hanya ingin menutup celah untuk Refan menekan bapak." Tanpa sadar, Mario mengubah panggilan dari "anda" menjadi "bapak" pada Dewa.

"Bisa saya pelajari proposal pengajuan ini? Bagaimanapun istri dan anak lelaki saya harus tahu tentang ini semua" Permintaan yang cukup wajar dari Dewa. Penta Agri adalah perusahaan keluarga, sehingga bagaimanapun keputusan yang diambil oleh Dewa, baik Dewa dan Anissa harus mengetahuinya.

"Tentu. Soal Dea, bapak tidak perlu khawatir. Dia aman bersama keluarga saya."

"Tolong jaga Dea untuk saya. Kirimkan juga foto atau video Dea. Saya kangen dan rindu dengan Dea. Sampaikan permintaan maaf dari saya untuknya"

"Saya janji akan mengirim kabar mengenai putri anda, namun untuk menyampaikan permintaan maaf bapak, saya masih belum bisa. Jika saya lakukan itu, sama saja saya memberi tahu dia jika saya sudah tahu jati dirinya. Bagaimana jika dia kemudian lari dari rumah saya? Keep saja dulu permintaan bapak, nanti ada waktunya dan bapak bisa menyampaikan sendiri" Mario menjelaskan dengan panjang lebar. Dia tidak ingin membuka terlalu cepat mengenai semuanya ini.

Pertemuan Mario dengan Dewa berjalan lancar. Selain berbincang mengenai masalah bisnis, mereka juga berbincang soal Dea. Mario memang berencana untuk mendekati Dea agar dia terhindar dari perjodohan dari keempat orang tuanya. Soal perasaan? Mario sendiri masih tidak memiliki perasaan apapun pada Dea. Tapi, bukankah sang pemilik waktu mampu mengubah hati setiap makhluk? Bukankah cinta bisa tumbuh karena terbiasa dan seringnya dia berinteraksi dengan Dea? Hal itu yang ingin dilakukan oleh Mario. Entah keputusannya ini benar atau salah, diapun juga tidak bisa menjawabnya.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang