Part 25

413 25 3
                                    

"Kalian udah saling tahu sekarang kan kebenaran masing-masing. Sekarang, Daddy minta ketegasan dari kamu, Dea. Kamu mau terima Mario apa tidak?"

Dea kemudian terdiam. Pertanyaan itu kembali diajukan padanya dan Dea masih tetap dengan semua kebingungannya. Dea sendiri sadar, sebelum dia memberikan jawaban yang tegas atas pertanyaan itu, maka pertanyaan itu akan terus berulang ditanyakan kepadanya. Maka, ketika dia tidak ingin terganggu dengan pertanyaan itu, maka dia harus segera menjawabnya. Masalahnya, hingga sekarangpun dia masih bingung dengan jawab apa yang harus dia berikan kepada Mario.

"Kamu masih bingung? Sebenarnya apa yang kamu bingungkan? Apa yang ditunjukkan Mario selama ini ke kamu masih kurang membuktikan bagaimana perasaan Mario ke kamu?" Lina melanjutkan pertanyaan yang diajukan oleh Bara. Melihat wajah dan gelagat bahasa tubuh dari Dea, sangat terlihat bahwa sangat bingung untuk menjawab pertanyaan itu.

"Dea kangen. Pengen ketemu sama papa dan mama. Dea pengen cerita dulu ke papa dan mama soal ini. Masih mau tanya dulu ke papa dan mama" sudah lebih dari lima bulan Dea pergi dari rumahnya. Rasa kangen itu muncul tiba-tiba.

"Ya udah, mau pulang ke bandung? Lusa ya, abang anter. Besok masih dampingin abang di acara gala dinner kan ya?" Mario sebenarnya ingin menunda supaya Dea agar tidak pulang, tapi dirinya juga tidak mau egois dengan menghalangi Dea untuk bertemu dengan keluarganya. Dirinya juga sudah berjanji akan menerima apapun keputusan yang diambil oleh Dea.

"Boleh apa tidak, kalau Dea jawabnya habis ketemu sama papa dan mama?"

"Jawabnya sekarang aja De. Abang siap buat apapun keputusan Dea." Mario kembali merayu Dea agar rasa penasarannya setidaknya bisa berkurang. Diapun sudah mulai menata hatinya jika memang dia mendapati jawaban yang tidak sesuai dengan keinginannya.

"Jujur, Dea mulai nyaman dengan semuanya. Juga dengan abang. Tapi bagaimanapun Dea tetap harus menanyakan dulu pada papa dan mama." Jawab Dea kemudian. Ada sedikit kelegaan di hati Mario saat Dea mengatakan bahwa dia mulai nyaman dengan semuanya, termasuk dengan dirinya.

"Gini aja, sabtu kan kalian ada acara. Minggu kalian free kan? Gak ada acara? Iyok, kamu anterin Dea pulang ke Bandung. Nah, kalau gini kan enak. Tenang. Dan kamu Dea, kamu pindah kamar ya. Kamu tempatin kamar tamu yang di bawah. Kamu bukan lagi asisten rumah tangga di sini." Bara mencoba menengahi, karena tampaknya Dea masih sangat sulit untuk memberikan keputusan terkait dengan hatinya.

"Mulai sekarang, panggil mommy dan daddy ya. Jangan panggil lagi tuan dan nyonya. Paham ya nak?" Lina bersuara. Dea mengangguk menanggapi permintaan dari Lina tersebut.

Perasaan Mario masih bercampur antara senang dan galau. Senang karena akhirnya masing-masing dari mereka berdua akhirnya bisa berbicara jujur dan terus terang. Galau karena sampai saat inipun Dea masih belum bisa menjawab dengan tegas mengenai perasaannya padanya.

Ketika perasaan Mario tidak tenang karena menunggu jawaban dari Dea, maka Dea sejujurnya juga merasakan ketidaktenangan juga di perasaannya. Ingin sebenarnya dia langsung menjawab bahwa dia memang mulai merasakan perasaan yang lebih pada Mario. Penerimaan dari keluarga Bara dan Brian, walaupun mereka sebenarnya juga tahu tentangnya membuat Dea merasakan kehangatan layaknya keluarganya sendiri.

Waktu bergulir. Dea sudah tidak lagi tinggal di paviliun selayaknya asisten rumah tangga atau karyawan di rumah Bara yang lainnya. Kini, Dea menempati kamar yang biasanya digunakan untuk tamu yang akan berkunjung dan menginap di rumah Bara. Walaupun demikian, Dea masih tetap memasak dan masih mempersiapkan semua yang dibutuhkan oleh Mario. Hal yang membedakan adalah ketika Dea membangunkan Mario, dia tidak lagi membuka pintu dan masuk ke kamar Mario. Dia hanya di luar dan mengetuk pintu Mario dengan lebih keras dan bahkan sesekali memanggil Mario dengan suara yang keras juga. Mario memang sedikit sulit jika dibangunkan jika hanya diketuk pintu atau dipanggil dari luar. Tampaknya ancaman dari Brian sangat berpengaruh pada semua perubahan perilaku Mario pada Dea.

Keterusterangan dari Dea yang mengatakan tentang identitasnya sudah Mario teruskan kepada Dewa. Mario sudah menginformasikan kepada Dewa bahwa Dea sudah mengatakan semuanya. Kesempatan itu juga dimanfaatkan Mario untuk sekali lagi mengutarakan keinganannya mempersunting Dea. Dewa menyerahkan semua keputusannya pada Dea. Dia tidak ingin memaksa Dea untuk menerima atau menolak lamaran dari Dea.

Hari ini Mario sengaja tidak membawa bekal makan siang ke kantor. Dia malah meminta Dea untuk membawakan makanan ke kantor saat jam makan siang. Dea menurut saja, karena memang dia sekarang tidak lagi mengerjakan pekerjaan-pekerjaan asisten rumah tangga, jadi praktis dia hanya diam dan bengong di rumah. Sesekali memang Dea akan menemani Lina sambil bercakap ringan atau melakukan beberapa hal lainnya.

"Oh.. Ada Dea.. Mau ketemu abang bos ya?" Sapa ramah Richard saat melihat Dea melangkah menuju ruangan Mario.

"Iya. Abangnya ada gak? Ini mau bawain makan siang buat abang" Dea membalas ramah Richard.

"Yaaa.. kok cuman buat abang bos sih. Kan mas Richard juga belum makan siang."

"Besok ya mas Dea bawain juga. Dea gak tahu kalau mas juga mau dibawain juga"

"Iya dong....." Belum selesai Richard berkata, tiba-tiba suara berat Mario menginterupsi mereka berdua yang sedang ngobrol.

"Dea........... Besok-besok langsung ke ruangan abang aja. Gak usah ladenin Richard juga." Mario kesal ketika dia sebenarnya ingin keluar ruangan namun yang didapatinya justru pemandangan yang bikin mata dan hatinya kesal. Dea sedang ngobrol dengan Richard.

"Ya ampun dah si bos. Kumat kan posesifnya"

"Awas ya lo macem-macem sama Dea. Dea cuman boleh ngobrol sama gue" Mario yang posesif langsung merangkul pinggang Dea dengan posesif dan kemudian mengarahkan Dea ke ruangannya. Richard yang mendapat ancaman dari Mario bukannya takut, tapi hanya tersenyum ringan. Semarah-marahnya Mario pada dirinya, bagi Mario, Richard tetaplah sahabat dan rekan kerja yang dekat dengannya. Dia juga paham jika Mario berucap seperti itu bukan berarti dia marah terhadapnya.

Hari ini, Mario sengaja pulang lebih cepat karena masih harus mampir dulu ke butik Anne. Hari ini adalah hari jumat, dan besok Mario dan Dea berencana menghadiri gala dinner bisnis esok hari. Mereka harus memastikan apakah baju yang sudah mereka pesan tempo hari sudah pas atau tidak untuk Dea atau tidak. Mario juga berencana membelikan beberapa akesoris untuk melengkapi penampilan Dea.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang