Part 41

292 16 0
                                    

Hampir lima jam perjalanan udara dibutuhkan oleh Reynald, Mario, Feli, Bagas dan Richard untuk bisa sampai di Manado. Hari sudah cukup larut ketika mereka sampai di Manado. Selama di Manado, mereka memutuskan untuk menginap di salah satu hotel milik Persada Group. Tiga kamar sudah tersedia untuk mereka. Satu kamar untuk Reynald dan Feli, satu kamar untuk Mario seorang diri dan satu kamar lagi ditempati oleh Bagas dan Richard. Memilih mengistirahatkan diri setelah sepanjang hari mereka cukup lelah dengan acara open house di rumah baru Brian.

Pagi harinya, tanpa menunda waktu mereka langsung menuju Bitung. Untungnya, sekarang Manado Bitung sudah terkoneksi melalui jalan tol, hingga sangat memudahkan mereka untuk mencapai kota industri itu dengan cepat. Feli tidak ikut sampai ke lokasi karena merasa tidak enak badan dan kecapekan hingga akhirnya hanya berempat saja yang melakukan peninjauan hingga lokasi project. Sesampai di sana, Reynald, Mario, Bagas dan Richard ternyata menemukan lebih banyak permasalahan dari yang mereka kira sebelumnya. Jika sebelumnya Reynald dan Mario hanya bersiap dengan permasalahan perijinan saja namun mereka menemukan permasalahan lainnya. Mau tidak mau akhirnya mereka harus memperpanjang waktu mereka di sana.

Baik Reynald dan Mario mereka semua uring-uringan. Mario uring-uringan karena dia kesulitan berkomunikasi dengan Dea selama dia di Manado. Kualitas signal yang tidak merata dan bahkan seringkali tidak mendapatkan signal membuat Mario kesulitan untuk melakukan video call pada Dea. Sementara, Reynald uring-uringan karena ternyata Feli tengah hamil. Awalnya, ketika Feli muntah-muntah di pagi hari, Reynald mengira Feli mabuk perjalanan, namun setelah cek dengan menggunakan testpack yang mereka beli di apotek, ternyata menunjukkan hasil positif. Tentu saja Reynald sangat gembira, namun juga bingung karena bepergian bagi ibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari empat belas minggu akan sangat rentan bagi janin. Saat menelpon Markus untuk memberitahukan kabar gembira itu, bukan ucapan selamat yang dia dapatkan justru omelan panjang lebar dari Markus dan Siska. Dua orang yang akhirnya menjadi korban dari keadaaan dua bos itu adalah Bagas dan Richard.

Awalnya, Reynald dan Mario hanya merencanakan perjalanan bisnis ini hanya berlangsung tidak lebih dari seminggu, namun kenyataan di lapangan berbeda. Hari ini sudah lebih dari sepuluh hari dan permasalahan mereka masih belum selesai juga. Hal paling susah untuk mereka adalah adanya permintaan untuk lebih banyak menggunakan tenaga kerja lokal untuk project tersebut. Susahnya menemukan penduduk lokal dengan spesifikasi dan keahlian seperti yang dibutuhkan untuk project tersebut merupakan bagian paling susah.

***

Keempat orang tua Mario ditambah Tian dan Feinya kini berada di kediaman Tian. Malam sesudah acara open house rumah Brian mereka berkumpul. Selain mereka, ternyata di rumah Tian sudah ada Keluarga Dewa. Dewa, Anissa, Devon dan juga Dea ada di sana. Mereka sebenarnya sudah di Jakarta bahkan sebelum acara open house itu dilakukan. Mereka menginap di rumah Tian dan tentunya tanpa sepengetahuan dari Mario.

"Gimana tadi masakannya Dea? Enak gak? Ini pertama kalinya Dea masak buat acara besar gini" Tanya Dea pada semuanya yang ada di ruangan itu.

"Gak perlu ragu buat hasil masakan kamu Dea. Lulusan sekolah kuliner pasti enaklah." Pujian Brian memang sangat beralasan. Dea memang lulusan SMK perhotelan dengan bidang keahlian di food and beverage. Mendengar pujian dari Brian membuat Dea lega. Setidaknya dia tidak mengecewakan kepercayaan yang diberikan padanya.

"Iya, sampe bang Iyok penasaran. Trus sampe nanya-nanya ke Tian segala. Untungnya Tian udah siap jawaban sebelumnya." Tian menjawab sambil tersenyum mengingat apa yang terjadi tadi siang.

"Ekhem..." Bara lalu berdehem, mencoba untuk mengalihkan fokus pembicaraan mereka. Agenda utama malam ini memang bukanlah membahas mengenai makanan yang tadi Dea siapkan untuk acara open house. Ada topik pembicaraan yang lebih penting dari itu.

"Sebenarnya, ada hal penting yang ingin kami sampaikan ke pak Dewa dan keluarga. Ini terkait dengan kelanjutan hubungan antara anak kami Mario dan putri bapak, Dea." Bara kemudian berhenti sejenak.

"Kemarin, Mario mengungkapkan keinginannya kepada kami untuk meminang putri bapak dalam ikatan pertunangan. Apakah bapak bersedia menerima pinangan anak kami?" Bara bertanya dengan sopan.

"Kami serahkan sepenuhnya pada Dea, karena memang dia yang akan menjalaninya. Sebagai orang tua, kami hanya mendukung saja. Tapi, omong-omong dimana ya Mario?" Jawab Dewa kemudian

"Mario sengaja kami ungsikan dulu ke Bitung. Sebenarnya kami ingin memberi kejutan ke Mario. Kalau memang jawaban Dea nanti adalah iya, maka sepulang dari Bitung, kami akan ke Bandung untuk acara pertunangan secara resminya." Jawab Bara.

"Jadi, bagaimana nak? Apa kamu bersedia menerima pinangan dari Mario?" Sekarang Mentari yang bertanya kepada Dea. Bagi Dea, dia sadar saat ini akan datang dan ini adalah konsekuensi dari kesediaannya menerima Mario saat itu.

"Iii....yyaa.. Dea bersedia, tapi papa dan mama merestui Dea dan abang kan?" Dea menjawab sambil bertanya ke Dewa dan Anissa. Baik Dewa maupun Anissa tersenyum dan mengangguk. Bukan hanya Dewa dan Anissa yang tersenyum, namun semua yang ada di sana turut tersenyum dengan jawaban malu-malu dari Dea.

"Dea, apa kamu menerima Mario dengan sepenuh hatimu? Tanpa ada paksaan dari siapapun?" Brian kemudian bertanya dan sekali lagi Dea hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Baik jika demikian, maka nanti untuk resminya kami akan bertandang ke rumah bapak. Nanti ya pak, selepas Mario pulang dari Bitung. Saya akan hubungi bapak kalau sudah fixed waktunya" Jawab Bara kemudian.

Pertemuan keluarga itu berjalan lancar tanpa kendala. Tanpa sepengetahuan Mario, ternyata Bara dan Brian sudah merencanakan untuk memberikan kejutan di hari ulang tahun Mario. Maka, dia meminta bantuan dari semuanya untuk melaksanakan rencananya itu.

Apa yang dilakukan oleh Bara dan Brian sebenarnya bukan hanya ingin memberikan kejutan untuk Mario, namun sebenarnya Bara dan Brian ingin menguji apakah benar Mario mencintai Dea ataukah hanya nafsu sesaat. Bara juga ingin tahu, apa yang akan coba dilakukan oleh Mario jika dia dijauhkan dengan Dea. Untuk itulah dia sengaja mengirim Mario untuk mengurusi project mereka di Bitung. Untuk itu dia meminta bantuan dari Reynald untuk sengaja menahan Mario di sana. Dia juga meminta bantuan Richard untuk dengan sengaja tidak membawa dokumen project dengan lengkap sehingga akan menghambat kerja Mario di sana. Saat acara open house rumah baru Brian, Bara sengaja meminta Brian untuk mengalihkan perihal hidangan makanan pada Dea. Sebenarnya dia ingin mengetes apakah Mario benar-benar mengenali Dea bahkan dari hal terkecil sekalipun. Dan ternyata Mario mampu mengenali rasa masakan yang dibuat oleh Dea dengan baik. Dari hal kecil ini, Bara semakin yakin jika memang Mario benar-benar mencintai Mario. Sedangkan Dea, dari perilaku yang ditunjukkan oleh gadis itu, Bara yakin bagaimana perasaan gadis itu.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang