Part 30

407 21 4
                                    

Di ruang kerjanya, Refan kebingungan karena beralihnya kepemilikan Penta Agri sungguh berada diluar perkiraannya. Refan sendiri sudah bertindak jauh dengan menawarkan tanah perkebunan tersebut ke beberapa perusahaan pengembang perumahan yang dia kenal dan sekarang, beberapa perusahaan tersebut sudah menagih janjinya. Namun, dengan pindahnya kepemilikan Penta Agri ditambah dengan Dewa yang mengetahui jika Dea tidak berada di tangannya membuat semua jalan menjadi buntu. Sebenarnya, Refan sangat penasaran dengan siapa yang mengambil alih perusahaan kecil milik Dewa tersebut. Kenapa juga pihak Bank Surya menjadi tertutup jika ditanya mengenai soal ini? Bagaimana juga Dewa akhirnya tahu jika Dea tidak berada di tangannya? Banyak pertanyaan yang sebenarnya ada di kepala Refan tentang Dewa yang tiba-tiba menjadi sangat berbeda dengan Dewa yang dikenalnya dulu.

Leo berjalan dengan tergesa menuju ke ruang kerja Refan. Tanpa mengetuk dan permisi terlebih dulu dia membuka pintu ruang kerja itu. Dengan sedikit kasar, Leo kemudian melemparkan sebuah majalah bisnis ke arah Refan. Headline utama majalah bisnis itu cukup menjawab semua pertanyaannya selama ini. Majalah bisnis itu manampilkan foto Mario dan Dea sebagai cover depannya. Tentu, masih ditambah narasi yang membuat orang menjadi penasaran.

"SANG PUTRA MAHKOTA NUSA RAYA GROUP BERSAMA KEKASIHNYA" Judul Headline dari majalah bisnis tersebut.

"Ternyata Nusa Raya Group yang udah bikin Dewa seperti ini. Pantesan dia berani melawan kita. Dia sudah bukan lagi lawan kita." Refan berucap sesaat setelah membaca tulisan di majalah tersebut.

"Aku gak peduli, Dea harus tetap jadi milikku!" Leo berucap geram. Tangannya mengepal marah. Obsesinya terhadap Dea sudah dia pendam sejak lama. Melihat bagaimana Dea dipeluk pinggangnya oleh Mario di sampul majalah, sudah membuatnya meradang marah.

"Hati-hati kamu! Sudah ayah katakan, kalau mereka itu bukan lagi lawan kita. Apa yang kamu punya untuk melawan mereka?"

"Aku gak peduli! AKU GAK PEDULI!! POKOKNYA DEA HARUS JADI MILIK LEO!!" Bahkan sekarang Leo berteriak seperti orang kesetanan.

"KAMU BISA DIAM TIDAK!!! Dasar anak gak punya otak! Apa yang kamu bisa lakukan? HAH? Mau setor nyawa? Gak tahu kamu sekarang Dewa, keluarganya, perusahaanya dan perkebunannya dijaga ketat sama bodyguard!" Refan jengkel juga menghadapi Leo yang masih saja berkeinginan memiliki Dea.

"ARRGGHHH............" Leo membanting sembarangan semua benda yang ada di jangkauan tangannya. Ruang kerja Refan yang tadinya masih cukup rapi kini berubah menjadi berantakan. Dia melangkah keluar dari ruangan Refan dengan kasar. Leo merasa sangat kesal. Setelah dia gagal mendapatkan Dea, sekarang ayahnya sendiri, seakan meremehkan.

***

"Ma, coba lihat ini" Dewa yang baru saja pulang dari kantor langsung mencari Anissa. Setelah mendapatkan Anissa yang sedang berada di ruang tengah, Dewa lalu menyerahkan majalah yang halaman depannya memuat foto Dea dan Mario.

"Anak kita pa.. Cantiknya.. Ahhh... Mama jadi kangen kan pa" Anissa memang sudah sangat rindu.

"Papa juga pa. Setidaknya kalau lihat ini, Mario memang menepati apa yang dia ucapkan. Dia memang menjaga anak kita." Dewa langsung mengingat apa yang pernah diucapakan oleh Mario, bahwa Mario akan menjamin keselamatan dari Dea. Dia juga berjanji bahwa dia akan memperlakukan Dea dengan baik. Melihat foto itu, tampaknya Mario memang menepati apa yang sudah diucapkannya dulu.

"Mereka kayaknya serasi ya pa.." Anissa tak henti-hentinya memandangi foto yang menampilkan anaknya itu. Saat sedang asyik melihat foto tiba-tiba ponsel Dewa berdering.

"Halo nak.. " Sapa ramah Dewa setelah tahu Dea yang menelponnya. Mendengar bahwa Dea yang menelpon, Anissa lalu meminta Dewa untuk mengeraskan suaranya.

Vibrasi Cinta Mario (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang