chapter 32

523 55 18
                                    

Happy reading yowwwww!!!

.
.

Btw, lagunya lagu fav author💖

.
.

Setelah beberapa hari berlalu, kini Alexa kembali mendapati peristiwa mengkhawatirkan lagi. Mungkin ia akan membenci tahun ini. Mengapa peristiwa buruk datang berturut-turut?
Ia pun langsung ke rumah sakit dan masuk ke dalam ruang inap di mana saudaranya berada.

Dengan napas terburu-buru ia langsung bertanya,
"Apa yang terjadi denganmu?"
Alexa memeriksa tubuh Alley tetapi tidak menemukan luka apapun.
"Alley pingsan tadi di depan rumah."
Ucap pria yang menjaga kakaknya ini, Rei.

"Aku sudah menyuruhmu beristirahat, Alley.
Mengapa kau tidak mau menurutiku? Sekarang kau jadi tumbang kan." Kesal Alexa dan menyerocos begitu saja sedangkan Alley hanya tersenyum geli melihatnya.
Alexa tidak bisa mengontrol seberapa parah sakit hati yang dialami kakaknya, ia tidak bisa memaksa kakaknya untuk berbuat dan kembali beraktivitas seperti biasanya bahkan di saat patah hati. Ia hanya bisa terus memgingatkan, namun hal itu tidak mempan dan berakhir seperti ini.
Rasanya ia ingin membunuh Lucas saat ini juga.
Mungkin jika ada kabar pria itu meninggal, ialah pembunuhnya.

Seorang dokter bersama perawat datang mendekati mereka bertiga dengan senyum di wajahnya.
"Bagaimana keadaannya Ms. Dalgliesh? Apa masih merasa pusing dan lemas?" Alley mengangguk kecil.

"Tetapi tidak separah tadi," Dokter itu tersenyum dan mengangguk.

"Berdasarkan pemeriksaan, saya sarankan anda untuk ke bagian obgyn untuk pemeriksaan lebih lanjut."
Ada satu kata yang tidak dapat dimengerti oleh Alexa.

"Apa itu obgyn?" tanya Alexa yang tidak mengerti. Ia tidak begitu mengerti tentang dunia kedokteran, mungkin mulai sekarang ia harus mulai mempelajarinya, mengingat ia hanya tinggal berdua dengan Alley mulai dari sekarang.

"Obgyn itu adalah dokter kandungan. Dari pemeriksaan yang saya lakukan Ms. Dalgliesh sedang hamil dan untuk mengetahui berapa usia janinnya adalah dengan ke dokter kandungan, miss bisa melakukan pemeriksaan sekarang karena dokternya masih berada di jam praktek." Alexa, Alley, dan Rei masih berusaha mencerna apa yang dokter itu bicarakan dan yang mereka tangkap hanya kata 'hamil'.

"Selamat sir, kalian akan menjadi orangtua."
Dokter itu mengucapkannya pada Rei yang langsung sadar dan menggeleng.

"Maaf tetapi itu bukan anak saya," ucapnya membuat dokter itu kikuk dan meminta maaf.
Setelah dokter dan perawat itu keluar masih keheningan yang menyelimuti mereka.

"A-aku tidak menyangka akan secepat ini dan yang paling tidak menyangka kau akan benar-benar mengandung." Ucap Alexa masih merasa pusing dengan semua yang tiba-tiba terjadi.

Alley mengelus perutnya perlahan, ada nyawa yang sedang bertumbuh disini. Apa yang ia ucapkan waktu itu menjadi kenyataan tetapi tidak ada Lucas di sampingnya. Apa ia bisa menjadi orangtua yang baik untuk anaknya kelak.

"Kau bisa, Alley. Kau akan menjadi ibu yang sangat dicintai oleh anakmu nanti, aku akan menjadi uncle yang asik dan pasti memanjakannya."

"Aku juga! Aku akan menjadi aunty yang cerewet dan membiarkan keponakanku nanti makan es krim di malam hari," Alley tertawa kecil, matanya berkaca-kaca terharu dengan dua orang ini. Mereka akan menjadi support system untuknya.

...

Begitu selesai mereka berbelanja untuk keperluan ibu hamil, Alley juga hingga kelelahan di ajak berbelanja dan digendong oleh Rei untuk masuk ke kamarnya. Beruntunglah pria ini benar-benar baik hingga menolong Alley dan hal itu tentunya sama dengan membantu Alexa.

"Terima kasih, Rei."
Ucap Alexa kepada pria itu.
"Aku sudah menganggap Alley seperti adik sendiri, demikian juga kau."
Alexa pun ikut tersenyum saat mendengarkan pernyataan ini.
"Astaga, ternyata masih ada orang baik yang tulus sepertimu ya? Tidak kusangka aku akan menemukannya secepat ini."
Lanjutnya dengan kekehan canda yang mau tidak mau membuat Rei juga terkekeh akan hal itu.

Mungkin Alexa terlalu banyak mengeluh juga, tanpa ia sadari masih banyak yang baik di sekelilingnya.
"Karena tidak banyak yang bisa kubalas dan bantu untukmu, mungkin jika kau memiliki mesin yang bermasalah atau apapun itu, kau bisa langsung meneleponku atau ke bengkel ku."
Rei pun tahu bahwa Alexa canggung, tentu saja, ini baru pertama kali mereka berbicara berdua seperti ini padahal biasanya terpaksa akrab di tengah-tengah obrolan ramai.

"Ya, tentu saja. Aku akan ke sana untuk belajar denganmu cara memodifikasi motor."
Lalu Alexa pun melotot. Ia menemukan sesuatu yang menarik dari kalimat itu.

"Wait, kau punya motor?"
Rei pun memiringkan kepalanya.
"Sure, tentu saja aku punya. Pria macam apa yang tidak memiliki motor."
Alexa pun langsung menganga.
"OMG. I like your style, man."
Lalu Alexa mengajak Rei untuk high five dengannya melalui buku-buku jari.

Lalu tak lama dari itu, Rei pun pulang. Alexa pun juga berpikir semuanya akan baik-baik saja.
Sampai Rei dibuntuti di jalan dan ia pun menghentikan mobilnya ketika ia sudah membawa orang itu masuk ke tempat sepi dan tetap mengikutinya.
Ia turun dan orang yang membuntutinya pun turun dari mobilnya. Demi apapun, ia sangat berani sekali melakukan hal ini. Mengapa juga ia membawa ke tempat sepi seperti ini?
Orang yang membuntutinya pun sangat berkelas, walaupun ia cukup kaya, tapi tidak akan sekelas dengan orang yang membuntutinya ini.

"Siapa kau?"
Rasa-rasanya ia tidak pernah memiliki masalah dengan siapapun.
"Apa hubunganmu dengan Alexa?"
Rei pun langsung menaikkan tangannya ke pinggang.
Apakah harus setiap kali berdekatan dengan dua kembaran itu, lalu ia diperlakukan seperti ini?
Sepertinya dua kembar itu sangat famous di kalangan pria kaya yang gila.

"Apa hubungannya denganmu?"
Ia juga harus tahu, siapa pria ini. Mengapa tiba-tiba bertanya begini. Rei juga harus berhati-hati, mana tahu pria ini memiliki niat buruk.

"Aku tanya sekali lagi. Apa hubunganmu dengan Alexa?"
Pria ini tampak tidak bosan bertanya seperti ini.

"Well, aku adalah kakak dari kereka."
Jawabnya dengan enteng. Tapi, ia tidak tahu bahwa maksud dari perkataannya ini malah menimbulkan permasalahan yang lebih besar. Orang yang berada di depannya ini berpikir bahwa ia mempermainkannya.

"Mereka tidak mempunyai kakak. Mereka hanya berdua. Aku tanya sekali lagi, apa hubunganmu dengan Alexa?"
Rei tidak pernah bertemu dengan orang yang semenyeramkan ini dalam hidupnya.

"Well, apapun itu yang ada dipikiranmu."

Lalu orang itu mengeluarkan senjata begitu saja. Tentu yang dipikiran orang itu sangat sensitive baginya sendiri sehingga ia tidak ingin apa yang dipikirannya ini terjadi sesuatu dengan kenyataan, maka itu ia butuh pernyataan yang membuatnya tenang.
"Jangan bermain denganku. Aku sedang tidak dalam mood seperti itu."

"Baik, tenang, akan kujawab.
Aku menganggap mereka seperti adikku sendiri dan mereka menganggapku kakak."
Setelah mendengar jawaban Rei, lalu orang itu pun mengarahkan pistolnya ke arah ban mobil Rei dan menembaknya begitu saja. Sepertinya orang ini memiliki dendam sendiri terhadap dirinya.

"Kalau begitu, jangan pernah berharap lebih dan berhubungan lebih dari sekedar itu dengan Alexa.
My eyes on you."
Lalu pergilah orang itu begitu saja meninggalkan Rei dengan mobilnya yang tentu saja tidak akan bisa jalan.

To be continued...
.270121.

The GANGSTER trapped meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang