Happy Reading heyyy para readersssss♥️
.
So you're still thinking of me
Just like I know you should
.Leonardo ke kamar Alexa keesokan pagi harinya dan menepuk-nepuk pipi wanita itu agar cepat bangun.
Gila saja, setelah mereka berbincang hingga tengah malam, kini Alexa dipaksa bangun pagi?
"Hmm, what?"Bangun, cepat bangun."
"Memangnya kenapa? Ada apa sih?"
Leonardo pun kembali tegak dari yang sebelumnya ia duduk di kasur Alexa.
"Menemui ibuku."
Alexa pun dalam sekejap langsung bangun.
"Seriously?"
Leonardo menganggukkan wajahnya.
"Why not?"
Wanita itu pun langsung sigap dan berlari ke arah kamar mandi.
"Baiklah, tunggu aku."
Entah mengapa wanita itu yang bersemangat, padahal dirinyalah yang hendak bertemu dengan ibunya.
Ibu yang meninggalkannya tanpa alasan.Begitu Alexa siap, mereka pun bepergian. Alexa pikir mereka hanya akan naik mobil, rupanya mereka harus naik pesawat dan ini lebih dari sekedar hanya menemui. Ia pikir jarak antara Leonardo dan ibunya itu dekat.
Kalau begini, ia lebih baik di mansion saja.
"Kau menemukan jejak ibumu sangat cepat. Kupikir kau tidak tahu ibumu dimana."
Leonardo mengangguk.
"Indeed. Aku memang tidak tahu. Tapi, itu mudah bagiku untuk mencari tahu."
Alexa mengangguk-angguk, pria itu mulai sombong, wajar memang. Tapi, entah mengapa jika pria itu yang berkata seperti itu rasa ingin menempeleng yang Alexa rasakan semakin tinggi. Karena pada dasarnya, pria ini memang kurang dipukul, ya kan?"Jadi, ibumu tahu kau akan menemuinya?"
Leonardo menatap Alexa.
"Tentu saja, tidak."
Alexa menaikkan alisnya.
"Huh? Mengapa kau tidak memberitahukannya terlebih dahulu?""Karena nanti kau yang akan mengaturnya."
Alexa menganga, tunggu dulu.
Mengapa dirinya? Memang sih, tadi malam ia berkata bahwa ia yang akan menemani, tapi... Mengapa jadi seperti ini?
Bisa-bisanya pria ini sesuka hatinya.
Alexa memalingkan wajahnya, ia memilih untuk menatap pemandangan daripada menatap wajah menyebalkan Leonardo....
"Permisi, madam."
Ucap wanita itu kepada wanita berumur yang di sebelahnya.
"Ya?"
Wanita yang disapa ini memang seperti yang dibayangkan oleh Alexa dan tentunya lebih cantik dari foto yang ditunjukkan Leonardo.Cantik sekali, padahal jika mengingat yang dideskripsikan oleh Leonardo, seharusnya wanita ini berumur lima puluhan sekarang?
Entahlah, mungkin jika ibunya masih hidup, akan secantik ibunya Leonardo juga. Banyak yang mengatakan semakin matang seseorang, maka akan semakin menawan. Seperti wine di dalam kehidupan."Apakah anda berbicara bahasa Inggris dengan baik? Maaf, saya orang baru disini, bisakah anda membantu saya?"
Wanita itu menatap Alexa dari atas sampai ke bawah.
"Amerika?"
"Yes, saya masih mengikuti kursus dan ya..."
Lalu barulah wanita tua itu menjawab.
"Oh, I see. Baiklah. Apa yang bisa saya bantu?"Sejujurnya, tidak ada unsur kebohongan disini.
Karena memang Alexa tidak tahu apa-apa, sekarang mereka sedang di kota romantis, tebak di mana itu.Tentu saja di Paris. Tidak disangka, yang katanya hanya menemui, mereka terbang dari Cayucos, Amerika hingga ke Paris, Perancis.
Hampir sebelas jam mereka di dalam pesawat. Mungkin bagi Leonardo itu hak yang biasa. Tapi, tidak baginya!
Ia bahkan tidak membawa pakaian lebih, atau bahkan hal lainnya, semuanya tanpa persiapan! Pria gila itu memang semena-mena sekali.Bahkan setelah mereka sampai, Alexa dipaksa untuk hanya tidur lima jam dan setelah itu, disinilah dirinya.
Perbedaan jam di sana dan di sini sangat banyak! Sembilan jam!
Sial, kalau saja ia tidak berkata sok-sokan malam itu.Tapi, jika dipikir-pikir, kapan lagi ia bisa ke Paris seperti ini?
"Bisa tolong antarkan saya ke cafe ini, madam?""Ah, ini dekat. Sekalian saja, saya juga hendak membeli."
Senyum wanita itu menghiasi wajahnya yang mulai tumbuh garis-garis halus.
Hanya satu yang dipikirkan Alexa, wanita ini orang yang baik....
Wanita tua itu menatap Alexa, lalu menatap pria yang menatapnya.
"Kau?"
Leonardo miris mendengar reaksi pertama ibunya.
Seperti ketakutan, bukan ini yang ia inginkan.
Pelukan, ciuman dan kasih sayang lainnya lah yang ia inginkan.
Bukan ini. Mengapa kata pertama ibunya harus seperti itu?"Kau tidak seharusnya disini, Leonardo."
Alexa juga terkejut. Levine, Ibu Leonardo seharusnya tidak bereaksi seperti ini.
Apakah seorang ibu harus berkata seperti itu terhadap anaknya.Di atas meja sudah tersedia creme brulee dan juga aneka cokelat.
Entah mengapa Leonardo memesan itu, setahu Alexa, ia sangat membenci hidangan manis seperti itu. Lalu mengapa pria ini memesannya?
"Apakah kau tidak merindukanku?"
Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Leonardo bahkan sudah siap mendengarkan jawaban ibunya, ia terlalu siap untuk harga dirinya diinjak.
Setidaknya untuk hari ini saja, ia hanya ingin hari ini untuk mengetahui semuanya."Seharusnya kau memelukku, menciumku, dan mengatakan bahwa kau merindukanku sebagai ibu yang telah meninggalkan anaknya."
Leonardo tersenyum tipis setelah mengatakan hal itu.
"Katanya... Katanya kau menyayangiku? Apakah itu hanya sebuah perkataan saja?"
Pria itu pun berdiri dan merapihkan pakaiannya.
"Seharusnya kau tak mengatakannya jika kau tak benar-benar bermaksud seperti itu."
Saat Leonardo ingin pergi, tepat saat Levine dan Leonardo berpapasan. Natalia Levine Lloyd, menggenggam tangan anaknya."Kau tahu bahwa aku tidak pernah bermain dalam berkata-kata."
Leonardo melepaskan genggaman itu.
"People do change, who knows you become the one."
Perkataan itu dingin sekali.
Air mata langsung menggenang di kelopak matanya.
Levine pun berkata,
"and then, I think I have to say thank you for you to not becoming the one."
Leonardo tak habis pikir."Karena aku tahu, kau tetap Leonardo ku yang kecil, yang lembut dan juga masih menyukai creme brulee."
Leonardo menyeringai.
"Kau salah. Kau bisa tanyakan kepadanya betapa aku membenci makanan manis dan tidak bisa memakannya lagi."
Setelah menunjuk Alexa, Leonardo pun keluar dari cafe itu.Andre yang berada di depan pintu cafe pun memberi kode kepada Alexa bahwa jika wanita itu ingin berbincang terlebih dahulu, maka tidak apa-apa.
Jika Alexa ditinggal detik ini juga, wanita ini mungkin akan menjadi gelandangan di Paris.
Ha! Menyedihkan sekali.Lalu ia menatap ke arah Levine.
"Maaf jika kau harus melihat hal tidak mengenakkan ini."
Alexa pun menggelengkan kepalanya.
"Aku juga ingin meminta maaf karena telah ikut campur dalam hal ini."Levine mengambil kedua tangan Alexa dan menggenggamnya.
"Kau anak yang baik."
Lalu menepuk dua kali tangan itu dan hendak pergi dari cafe.
Tapi bukan Alexa namanya jika ia tidak menyelesaikan perkara ini.
Yang benar saja! Ia terbang jauh-jauh, berkali-kali bangun pagi pada jam yang tak seharusnya dua hari berturut-turut hanya untuk ini?Ia pun memanggil dan menghadang jalan Levine.
"Madam, bolehkah aku ikut campur sekali lagi?"
Kalaupun tidak boleh, ia akan tetap ikut campur, ia tidak mau dipermainkan oleh anak dan ibu ini begitu saja.
Ia harus tahu semuanya, hari ini juga!To be continued...
.281120.
Akhirnya episodenya 20 juga ya wkwkwkw.
See youuu!!!
Kemungkinan author akan update setiap Sabtu yah♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
The GANGSTER trapped me
Romance#The Twin Series Leonardo Da Costa tidak pernah berpikir akan ada yang berani melawannya. "Kau pikir, kau siapa?" Gila, berani sekali gadis ini. "Aku? Pria yang mulai detik ini gila akan dirimu. Bawa dia pulang!" Alexandra langsung meronta-ronta. "L...