chapter 12

1.1K 94 6
                                    

Ehem, bikin jadi 2k donk readsnya wkwkw, share ke temen-temen kalian tentang cerita ini, jangan lupa vote, komen and... Follow, biar kalian selalu aku ingetin kalo ada updatean!
Met malming, uhuk.

~She don't listen to a thing 'less it feels right~
.
Happy reading!

Pandai sekali Leonardo mengatur ekspresi dan perkataannya, bahkan dalam hitungan detik Alexa yang sedang meledeknya berubah menjadi wanita itu yang kesal sendiri sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandai sekali Leonardo mengatur ekspresi dan perkataannya, bahkan dalam hitungan detik Alexa yang sedang meledeknya berubah menjadi wanita itu yang kesal sendiri sekarang.
Padahal Alexa tidak tahu saja, dalam hati Leonardo sudah panas dengan ucapan-ucapan apalah itu yang tadi disebutkan.
Memangnya siapa Lucas itu? Paling hanya pria yang bau oli dengan hitam-hitam di wajahnya.
Saat Leonardo melihat wujudnya pun, tampak sekali pria itu tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi pula, memangnya ada pria yang mengizinkan wanitanya ditahan oleh pria lain? Lucu sekali.
Disuruh pulang oleh Alexa dan langsung menurut begitu saja.

"Sudahlah! Jangan membahas persoalan diriku lagi."
Leonardo mulai menaikkan sebelah alisnya dan hanya diam mendengarkan Alexa.
"Lebih baik membahas dirimu yang aneh, dimana-mana semua orang menyukai kue, puding, buah-buahan yang diolah menjadi makanan pencuci mulut. Dan kau!"
Alexa menunjuk Leonardo dengan garpunya.
Pria itu langsung saja menurunkan garpu Alexa dengan memegang lengan gadis itu. Namun langsung saja gadis itu menarik lengannya agar tak bersentuhan dengan Leonardo.

"Hidupmu memang tak berwarna, pahit."
Alexa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak ada harapan."
Leonardo menarik napasnya masih memperhatikan wanita yang berada di depannya ini.
Tak lama kemudian ia bersuara,
"Apa aku terlihat seperti temanmu?"
Tubuh Alexa menegang, tampaknya ia salah bicara kali ini.
"Kau mengajakku bercerita seakan-akan aku adalah teman lamamu yang baru kau temui beberapa tahun belakangan ini."

Leonardo melayangkan jari untuk menunjuk ke arah wajahnya sendiri.
"Apakah tampangku ini terlalu ramah untukmu?"
Alexa mengangkat bahunya,
"Entahlah, aku hanya mencoba untuk membuat diriku sendiri nyaman."
"Nyaman? Dengan cara?"
Alexa menjawab sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Tentu saja membuat nyaman diriku sendiri dengan terbiasa akan dirimu. Dari pada aku tidak tahu apapun tentang dirimu serta apapun yang ada di sekelilingku, lebih baik aku memahami pelan-pelan, agar aku tidak merasa asing dan ketakutan."

Dipikir-pikir, memang unik sekali gaya pikir manusia satu ini, pantas saja menarik dirinya agar menahan Alexa agar bisa melihat bagaimana wanita ini sesungguhnya.
Namun melihat kunyahan demi kunyahan yang dikeluarkan Alexa. Tanpa basa-basi, Leonardo mengekspresikan wajahnya dengan jijik.
"Sudahlah-sudahlah, lebih baik kau makan saja dulu makananmu itu. Lebih baik kau tidak usah berbicara lagi ketika makan."
Setelah mendengar perkataan Leonardo, Alexa pun memanyunkan bibirnya sambil melanjutkan kunyahannya.

...


Leonardo padahal sengaja mengajak wanita ini pergi ke mall termewah untuk menarik wanita ini berbelanja seperti wanita lainnya, ia pikir Alexa akan kelabakan dan akan kesana kemari untuk membeli barang-barang. Namun, nyatanya wanita ini malah sibuk ingin membeli es krim lalu menjilati es krim itu tanpa dosa di depannya yang sedang memilih baju untuknya.
Huh, sial. Kini memang benar-benar seperti memiliki boneka untuk dipilihkan pakaiannya.

Padahal pakaian dan barang-barang mahal ini untuknya lho.
Tapi Alexa hanya mengikuti Leonardo yang maju memilah pakaian gaya apa yang cocok untuk dirinya.
Akhirnya Leonardo berhenti dan baru saja ia ingin memutar balikkan badannya, ternyata si bodoh Alexa ini terlalu dekat sehingga es krim yang ia pegang itu malah terkena pakaian Leonardo bukan hanya satu titik tapi sepanjang Leonardo membalikkan badannya.

Leonardo tidak bisa menahan rasa emosinya yang tertahan lagi saat si bodoh ini malah mementingkan es krimnya yang jatuh.
"Kau tatap pun es krim itu tidak akan lagi kembali ke tanganmu!"
Lalu Leonardo sudah kehilangan mood untuk berada di toko ini.
Lagi pula, memangnya wanita ini tidak kenyang-kenyang dengan makanan sebanyak tadi? Masih saja sibuk ingin membeli es krim yang jelas-jelas termasuk makanan manis.

Leonardo masuk ke dalam mobilnya, begitu pula Alexa.
Leonardo membuka kemeja hitamnya yang membuat Alexa reflek langsung menutup wajahnya.
Tunggu-tunggu, Leonardo suka dengan ekspresi wanita ini.
Aneh memang, wanita ini seorang tomboy. Mengerti mesin, tapi lemah dalam soal pria dan bahkan masih sempat-sempatnya menyukai dan memakan es krim dengan cara yang sangat feminim seperti itu.

"Hey! Pakai kembali kemeja mu itu."
Leonardo tetap membuka kemejanya pelan-pelan.
"Sudah belum?"
"Lihat saja sendiri."
Alexa membuka matanya dengan kecil sekali lalu ia pun memutar balikkan tubuhnya kembali ingin keluar dari mobil itu.
Sayang sekali gerakannya kalah cepat dengan Leonardo.
"Kau mau kemana?"
Alexa menutup matanya dengan kedua tangannya.
Gosh, dirinya ini masih wanita.
Setidaknya perlakukan lah ia seperti wanita sesungguhnya. Ini sudah kedua kalinya ia melihat tubuh Leonardo yang... Well, memang bagus sih. But, wait? Aku tidak memujinya. Tentu saja tidak.

"Begini saja, kau memilih untuk memakai bajumu, atau kau akan mimisan untuk yang kedua kalinya."
Leonardo tersenyum kecil mendengar ancaman dari Alexa.
"Begini saja, lebih baik kita buat perjanjian."

Alexa tampak berpikir kembali, sedetik kemudian ia berbalik,
"Perjanjian ap-?"
Astaga, otaknya ini memang tak sepintar saudara kembarnya, mengapa otaknya ini cepat sekali lupa sepersekian detik.
Ntah mengapa ia lupa bahwa pria ini sedang tidak berpakaian!
Bodoh, bodoh, bodoh!

"Kau! Pakai dulu pakaianmu baru kita bicarakan perjanjian!"
Leonardo menyeringai.
Ia menatap Alexa lebih dekat dengan kedua tangan yang mengurung gadis itu. Tidak akan ia biarkan lagi wanita ini kabur.

"Tatap dulu mataku. Tidak baik berbicara tanpa menatap orangnya."
Alexa akhirnya memberanikan diri untuk melihat wajah, ingat, hanya wajah dan mata Leonardo.
"A-apa?"
Mengapa begini sih? Mengapa Alexa merasa kedua pipinya menghangat.
Situasi mereka terlalu dekat, ini tidak baik. Kalau begini terus, ia khawatir ia akan berakhir menjadi mainan seorang Da Costa.

"Apanya yang apa?"
Leonardo mengangkat sebelah alisnya dan semakin mendekati wajah Alexa, namun ia tiba-tiba mengubah sasarannya menjadi ke arah telinga wanita ini dan berbisik dengan suaranya yang sedikit rendah, sangkin rendahnya Alexa merasa Leonardo menelanjanginya hanya dengan melalui indera pendengarannya ini.

"Dengar, kau bilang kau ingin terbiasa agar nyaman, kan?
Kalau begitu kau harus membiasakan dirimu untuk melihat mataku, wajahku dan juga tubuhku.
Sekarang buatlah dirimu terbiasa. Karena mulai detik ini, kau akan menjadi milikku. Hanya milikku. Catat itu, Alexa."

Lidah Alexa seketika kaku, kelu untuk berbicara.
Memang sih, ia sendiri yang menyebutkan ingin terbiasa dengan situasi asing ini agar tidak takut lagi. Tapi bukan seperti ini konsepnya.
Hanya pria satu ini yang dapat membuatnya jungkir balik dalam satu hari.
Hidupnya menjadi serba salah, mungkin ini sudah saatnya agar ia berbicara lebih hati-hati lagi.
Terutama kepada seorang Leonardo Da Costa.
Baru saja ia mengalihkan pandangannya kembali kepada pria ini, pria ini langsung memiringkan kepalanya.
Seperti menandakan bahwa dirinya hanya memiliki dua pilihan, yaitu yes or yes?

Seperti menandakan bahwa dirinya hanya memiliki dua pilihan, yaitu yes or yes?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued...
.311020.
Besok udah bulan baru:)
Semoga hari kalian juga baru ya!
Keep smiling😘

The GANGSTER trapped meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang