chapter 22

653 61 3
                                    

Semoga kalian suka yahhh
Happy readingggggggg!
.
.
.

when you love someone
You open up your heart
When you love someone
You make room
.
.
.

Begitu Leonardo pergi.
Alexa pun dengan cepat menghubungi ibunya, Levine.
Urusan mereka belum selesai, begitu juga dengan cerita ibu dan anak ini.
Untung saja mereka sudah kembali ke Paris dengan cepat.
Alexa sudah sedikit cemas kalau saja mereka kembali ke California lagi.
Karena kalau begitu, bagaimana Alexa menyelesaikannya?

"Sejujurnya, kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan, Nona Alexa."
Ucap Levine dengan gerak-gerik yang tidak nyaman.
Ia menatap dan melihat ke seluruh arah dengan seksama seakan-akan takut di awasi dan akan terjadi sesuatu yang buruk terhadapnya.

"Banyak, Madam. Banyak yang ingin ku tanyakan, walaupun aku tak berhak."
Jawab Alexa dengan pelan namun tegas sehingga membuat Levine menghadapnya dan mendekat kepadanya.
Mereka kini duduk berhadapan di cafe kemarin tentunya.

Situasi Alexa kini harus kejar tayang dengan kondisi yang ada.
Ia harus sampai di hotel lagi sebelum Leonardo pulang dan pergi secepat mungkin saat Leonardo ada urusan.
Sebenarnya, apa yang saat ini Alexa lakukan?
Mengapa dirinya seperti ini di saat Leonardo hanyalah penculiknya?

"Kemarin kami ke tempat kau menceritakan benang dan jarum jahit kepadanya. Kau pasti ingat, kan?"
Levine kini menatap Alexa dengan tersenyum.
"Apakah kau kekasih putraku?"
Dengan reflek ia pun menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Tapi ia banyak menceritakan tentangmu kepadaku. Kini, aku juga ingin mendengar kisah dari pihakmu. Apakah boleh?"

Levine pun meremas tangannya sendiri.
"Leonardo adalah anak yang hangat. Setiap pagi, ia memberiku kertas memo yang berisikan kata-kata yang baru ia pelajari. Lucunya, kata-kata itu kata-kata yang romantisnya luar biasa. Mungkin, kau tahu akan hal itu."
Levine pun sumringah menjelaskan betapa indahnya masa kecil yang dilalui dan tingkah lalu Leonardo.
Bahkan ia menunjukkan fotonya dan Leo yang terlihat sudah usang, namun itu wajar karena foto itu selalu dibawa dengannya di dalam dompet.

"Aku sudah tahu bahwa ia akan menjadi anak yang tampan dan akan memiliki pendamping yang baik. Karena aku sebagai seorang ibu, selalu mendoakan hal-hal itu untuknya. Hanya doa yang bisa kuberikan kepada anak semata wayangku."
Alexa pun serius mendengarkan setiap perkataan dan tujuan Levine membicarakan semuanya.
Mana tahu ia mendapatkan petunjuk tentang mengapa seorang ibu yang berada di depannya ini meninggalkan anaknya.

"Aku menyayanginya. Karena itulah aku harus meninggalkannya. Aku tidak bisa membawanya denganku. Banyak hal yang aku tidak ingin katakan. Itu bukan suatu hal yang pantas ku bicarakan bahkan kepada anakku sendiri."
Alexa pun menggenggam tangan Levine yang sedikit dingin dan kaku.

"Begini, bisa kah kau sendiri yang mengatakan hal itu kepada dirinya. Setidaknya ia akan kembali menghangat jika kau menceritakannya. Leonardo yang kau ceritakan sekarang 180° berbeda dengan yang sekarang. Jadi, aku tidak mengenal Leonardo yang kau ceritakan, kau salah."
Alexa pun menceritakan sedikit hal tentang Leonardo, garis besarnya saja. Yang jelas, apa yang pria itu rasakan dan alami.

Ia yakin bahwa hanya ibunya lah yang dapat mengobati semua hal ini.
Nyatanya, Leonardo hanya membutuhkan kasih sayang dan kehangatan dari ibunya.
Semakin ingin memecahkan permasalahan ini, Alexa pun langsung to the point kepada Levine.
"Aku memang bukan siapa-siapa di antara kalian. Tapi, aku juga seorang anak yang merasakan bagaimana rasanya di tinggal mati oleh orang tua ku, tapi dengan itu, aku tidak akan sesakit orang yang di tinggal hidup dengan orang tuanya."

"Karena... Itu sangat berbeda."
Beberapa saat keheningan mengisi kekosongan mereka dan Alexa melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu yang membuatnya harus terburu-buru agar kembali lagi ke hotel.
"Semoga kau bisa melalukan sesuatu yang bijak. Aku tahu kau adalah orang yang baik. Kau pasti bisa melakukan sebagaimana seharusnya seorang ibu terhadap anaknya."
Lalu ia pun keluar dan meninggalkan cafe itu.
Ia hanya bisa berharap ia tidak salah ambil langkah dengan menemui Levine seperti ini, semoga ucapan yang ia katakan kali ini dapat mengubah hubungan anak dan ibu ini.

Begitu masuk mobil, Andre pun menatap Alexa sebagai wanita yang memang sangat baik.
Ia seperti santa di antara iblis seperti mereka.
Terlalu berbanding terbalik.
"Terima kasih, nona."

"Untuk apa?"
Alexa yang duduk di belakang melihat ke arah ke depan dimana Andre menyetir, sedangkan pria itu menatap Alexa melalui kaca mobil.
"Aku hanya merasa harus berterima kasih. Apa kau yakin ingin merahasiakan hal ini dari tuan?"

Alexa pun menatap nenek yang tampak berjalan bersama cucunya di luar sana dari kaca.
"Aku rasa itu tidak perlu."
Andre pun mengangguk pelan, akhirnya hari ini datang.
Hari dimana ia berharap bahwa akan ada wanita yang benar-benar baik untuk atasannya.
Semuanya pasti akan kembali normal. Andre turut bahagia untuk kebahagiaan Leonardo yang memiliki Alexa menjadi pedampingnya untuk memecahkan pemikiran pria itu yang mengatakan bahwa semua wanita tidak sama.
Toh, nyatanya memang semua wanita tidak sama kan?
Contohnya, Alexa.

...

Levonard meremuk foto yang diberikan bawahannya.
Tampak foto Leonardo, Levine serta gadis rendahan itu di dalam foto.
"Sejak bertemu dengan gadis itu,  tuan muda Leonardo banyak mengubah dirinya. Bahkan ia berani bertemu dengan Nyonya."
Levonard pun lamgsung menata tajam orang yang berbicara itu.

"Siapa yang kau sebut nyonya? SIAPA!"
Ia juga membanting vas yang ada di dalam ruangan. Untungnya saja tidak terkena orang itu.
"Maaf, tuan. Maafkan saya."
Lagi-lagi membungkuk sembilan puluh derajat, bawahannya langsung menyingkir dari hadapan Tuan besarnya ini.

Lalu Levonard memanggil bawahannya yang lainnya untuk mengawasi gerak-gerik apapun yang dilakukan Levine dan juga gadis rendahan itu.
Entah apa yang ingin ia perbuat dan rencanakan selanjutnya.

Siapakah yang sebenarnya salah dan siapakah yang sebenarnya benar di antara kedua orang tua ini sehingga menyakiti Leonardo?
Keluarga ini terlalu banyak rahasia dan terlalu rumit untuk dimengerti.

Lalu ada bawahan yang datang lagi dan membisikkan sesuatu ke telinga Levonard dan membuatnya tersenyum.
"Kau tahu apa yang harus kau lalukan, bukan?"
Bawahannya pun tidak menjawab apapun dan langsung pergi.

Levonard mengambil foto yang ia remukkan dan kembali melihat foto itu dengan seksama.
Ia menyentil salah satu wajah orang di dalam foto itu dengan jarinya setelah itu ia tertawa dengan besar san menepuk tangannya sendiri.
"Tidak ada yang tidak bisa ku lakukan di dunia ini. Tidak ada satupun yang bisa lolos dan macam-macam dengan Da Costa."
Ia pun tegak serta keluar dari ruangannya.
Jika sudah memiliki perencanaan begini, ia sudah tenang dan dapat menikmati hidupnya lagi seperti biasa.

Jika sudah memiliki perencanaan begini, ia sudah tenang dan dapat menikmati hidupnya lagi seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued...

The GANGSTER trapped meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang