chapter 15

927 75 8
                                    

Maap telattttttttt,
Happy reading deh yaa, sayang kalian, semoga sehat terus dan betah di lapak ini wkwkwkw

.
Can't we just talk?
Can't we just talk?
Talk about where we're goin'
.

Dengan wajah cemberut Alexa menuangkan mienya ke dua mangkuk yang berbeda.
Astaga, dikit sekali porsinya.
Ia meratapi akan mienya yang akan di lahap oleh Leonardo nanti.

Ais!
Ia memberikan salah satu mangkuk kepada pria itu yang tepat berada di depannya.
Ia sengaja makan tidak duduk, agar begitu selesai makan, ia langsung naik untuk kembali ke kamarnya.

Leonardo pun menyuapi makanan itu ke mulutnya sendiri.
Wangi makanan ini sedap sekali. Ia tidak pernah mencium aroma selezat ini sebelumnya.
Bentuk makanan ini memang familiar, lalu begitu sampai di lidahnya, ia pun dengan cepat mengunyah dan menelan makanan ini.
Hangat dari makanan ini pun membangunkan dirinya.

Alexa yang melihat itu semua pun menjadi sebal. Mengapa pria ini makan seakan-akan sedang mengiklankan mie instan? Dan sialnya, pria ini memang tampan sehingga cocok dan sempurna menjadi model.
Mengangkat mangkuk dan menelan semuanya dalam dua kali gerakan adalah kemampuan Alexa sejak dahulu, terutama saat berhadapan dengan mie.

Gerakan Alexa menjadi daya tarik bagi Leonardo, ia mencontoh dan meminum kuah mie instan itu langsung dari mangkuk. Padahal, ia diajari sejak kecil tidak boleh melakukan hal itu, namun mengapa saat melihat Alexa melakukannya membuat hal itu tampak menarik hingga ia melanggar aturan?
Entahlah, yang jelas ternyata seru juga.

Walaupun seharusnya Alexa tidak perlu mencuci piring, ia tetap mencuci lalu hendak pergi meninggalkan Leonardo.
"Kau. Mengapa kau belum tidur?"

"Kau sendiri? Terbangun huh?"
Memiringkan kepalanya, ia pun mendekati Alexa.
"Masakanmu enak juga."
Wanita itu terkekeh kecil saat mendengar pujian itu sampai ke telinganya.
"Ayolah, itu hanya mie instan. Sudah ada penyedap rasa di dalamnya. Makanan enak mana lagi yang semurah itu."

Mendengar kata-kata murah membuat telinga Leonardo gatal.
"Apa? Murah?"
Alexa mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Iya, murah. Kalau tidak salah hanya sekitar $0.25 mungkin? Atau lebih. Yang jelas aku menyukainya."

Leonardo terkejut, seumur hidupnya, ia tidak pernah makan makanan yang semurah itu! Lantas, bagaimana bisa makanan seenak itu dengan harga semurah itu?
"Tunggu."
Ia pun mengarahkan matanya terhadap Alexa.
"Kau... Tidak mungkin tidak pernah memakan mie instan sebelumnya bukan?"

Leonardo pun pura-pura tidak mendengar dan melewati Alexa begitu saja hingga wanita itu menghadangnya.
"No way! Kau benar-benar tidak pernah memakan mie instan? Kemana saja kau selama hidupmu, orang tua?"
Lalu Alexa pun terkekeh geli sambil memegang perutnya.
Baru kali ini ia bangga memakan mie instan.

"Baiklah-baiklah."
Sambil menepuk-nepuk bahu Leonardo yang tertutupi oleh coat dan ingat, tentu saja Alexa tidak berani melihat bagian kotak-kotak perut Leonardo.
"Lebih baik kau menyuruh pembantu mu agar membeli bermacam-macam varian rasa mie instan mulai dari sekarang."
Lalu Alexa menuju ke kamarnya sambil masih terkekeh.
Sejujurnya, tidak lucu sih.
Tapi bagi Alexa lucu sekali. Ia bahkan tidak insecure melihat usus Leonardo yang masih bersih tanpa micin dan bahan kimia dari barang instan.
Tapi, bagaimana bisa manusia hidup begitu lama tanpa mengetahui mie instan?
Ia penasaran, barang apa lagi yang Leonardo tidak ketahui selanjutnya?

...

Tidak akan ada hari tanpa mereka berdebat. Percayalah.
Tikus dan kucing pun kalah dibuat mereka.
Entah pengandaian apa yang pas, yang jelas mereka kembali berdebat setelah tadi malam mereka berbagi mie instan dengan... Ya, berdebat juga.

"Aku memimpikan kakakku! Apa kau tidak tahu dan paham betapa aku merindukan dirinya? Apakah kau tidak mengerti hubungan antara kakak - adik yang saling merindukan ketika jauh? Hah?"
Dengan santai Leonardo menggelengkan kepalanya.
"Well, aku anak tunggal."

Alexa menggertakkan giginya.
Pria sialan ini tidak akan mengerti seberapa banyak pun dia menjelaskan.
"Kalau kau tak mengerti, setidaknya kau tahu bahwa kami adalah kembar. Kami tentunya memiliki ikatan batin yang lebih kuat dari anak-anak biasanya. Aku tidak pernah terpisahkan sebelumnya dengan Alley. Kumohon!"
Nada Alexa sangat keras saat memohon terakhir.

Leonardo tampak berpikir dengan menaruh jarinya di dagu. Walaupun semua itu hanya pura-pura.
Alexa sangat malas dengan pria ini, selain psikopat, ia juga sangat dramatis. Memangnya ia pikir, ia adalah seorang aktor begitu?
"Aku ingin kau memohon lebih pelan. Mungkin kau bisa mencontoh saudaramu saat ia berbicara dengan orang lain."
Sangat berbanding terbalik.
Cara bicara Alley memang sangat lemah lembut, sedangkan dirinya?

"Ah, tidak bisa. Aku adalah Alexa bukan Alley."
Leonardo pun mengangkat alisnya.
"Tapi, kupikir kalian kembar..."

"Ya, memang kami kembar dan..."

"Kalau begitu, seharusnya kau bisa menirunya bukan? Apalagi ikatan batin kalian sangat kuat. Kau pasti sangat memahaminya."
Alexa memutar bola matanya.
Mengapa kalimat yang ia keluarkan selalu diputar-putar oleh pria ini? Sebenarnya apa sih maunya?

Alexa baru saja menarik napas lagi untuk menjawab Leonardo. Tapi ia menahannya dan menghela napas.
"Kumohon... Aku merindukannya."
Astaga, kenapa menjadi menjijikan seperti ini jika ia yang mengatakannya dengan nada Alley?
Padahal Alley sangat anggun saat berkata-kata.

Leonardo pun memberikan kode melalui matanya kepada Andre, dan pria itu pun memberikan ponsel kepada sang pemilik.

Setelah menunggu hingga deringan ke tiga, ia pun dapat mendengar suara saudarinya. Ia ingin keluar dari ruangan agar bisa berbicara tanpa diawasi, tapi pasalnya, si psikopat ini tidak mengizinkannya.

"Alexa?!"
Panggilan pun terhubung. Terdengarlah suara merdu kembarannya.
"Alley! Oh my gosh. I miss you so much. Banyak sekali rasanya yang kuingin ceritakan dan tentunya mendengar banyak dari mu."
Yang menerima panggilan pun langsung girang, girangnya Alley pun juga anggun.
"Astaga, aku pun sama merindukanmu disini. Bagaimana kau bisa meneleponku? Apakah kau sudah boleh bebas? Aku akan menjemputmu sekarang juga.
Memang dasarnya Alley benar-benar seorang wanita.
"Hmm, aku hanya menelepon sebentar, Alley. But...Hey, mengapa sepertinya suaramu aneh? Apakah terjadi sesuatu?"

Alley tidak bersuara membuat Alexa panik.
"Alley? Hey? Kau ada disitu? Kau tidak kenapa-kenapa kan?"
Ia pun langsung menatap tajam ke arah Leonardo, ia takut sekali si gila ini melakukan sesuatu kepada saudarinya.

Leonardo pun mengedikkan bahunya.
Memang ia tidak melakukan apapun.
Ia tidak berbuat apa-apa saja, wanita ini sudah berpikiran yamg tidak-tidak.

"Alley? Apakah kau mendengarku?"
Masih saja terdiam, Alexa sudah mulai menatap Leonardo dan Andre.
"Apakah kalian sengaja memberikanku ponsel tapi mematikan sinyal di daerah sini? Begitu?"

Leonardo pun mulai kesal, ia mulai meregangkan bibirnya, dan menatap ke langit-langit dan berjalan ke arah Alexa, namun semua itu berhenti saat Alexa mendengar kembali suara Alley.

"I have already told him about my feelings."
Dan sedetik kemudian, Alexa pun berteriak.
"Okay. But, Huh? WAIT? WHATTT?"
Seketika gendang telinga Leonardo dan Andre ingin pecah saat itu juga.

 But, Huh? WAIT? WHATTT?"Seketika gendang telinga Leonardo dan Andre ingin pecah saat itu juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be continued...
.111120.

Wow,
tanggalnya cakeppp siss
Jadian kuy🤣🤣🤣

The GANGSTER trapped meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang