Readsnya nambah banyakkkkkk, tapi kok komennya sepi-sepi aja yah:(
Semangatin author buat ngetik donk👉👈Happy reading bebbbsky💋
...-He was onto me, one look and I couldn't breathe
Yeah, I said, "If you kiss me
I might let it happen"-...
Parah, Alexa sudah berada di ruangan yang megah ini, yang katanya kamar miliknya selama kurang lebih tujuh jam?
Ia tidak tidur, bahkan ketika sekarang pagi sudah kembali memperlihatkan dirinya.Bagaimana ia bisa tidur jika semua yang ada di sekelilingnya adalah asing?
Mau seempuk apapun ranjang yang ada di depannya, senyaman apapun sofa yang ada, atau bahkan kemewahan lain yang ada disini, ia tetap tidak bisa tidur.
Hingga suara pintu terbuka membuatnya mengalihkan pemandangan dari kaca yang menunjukkan keadaan jalanan keluar dari ruangan itu."Padahal aku berharap kau sedang tidur saat ku masuk."
"Aku tidak ingin bertele-tele, apa yang ingin kau lakukan terhadap aku? Aku salah dan aku meminta maaf, dan kau bukan tipe orang yang menginginkan uang."
Leo menggigit lidahnya sendiri dengan kecil serta memperlihatkan senyuman kecilnya.
Ia duduk di sofa yang berhadapan langsung dengan Alexa sambil mengelus dagunya sendiri."Lalu... Menurutmu aku tipe yang seperti apa?"
Dia pikir, dia lucu mengajak orang bermain tebak-tebakan seperti ini?
Alexa butuh istirahat, mengistirahatkan tubuh serta jiwanya.
Ia sudah lelah sekali dari sejak bermasalah dengan orang-orang Da Costa dan kini... Ah! Entahlah.
Tuhan, kumohon... Bagaimana caranya menghadapi orang gila seperti ini?"A-aku juga tidak tahu. Maka itu aku bertanya."
Sekali lagi Leonardo tersenyum sinis.
Sepertinya ia tertarik sekali melihat kelakuan Alexa, layaknya tontonan gratis di televisi atau bahkan video yang dapat diunggah gratis di internet.
Namun, Leonardo hanya suka saluran yang menyediakan Alexa."Alexandra Raee Dagliesh?"
Tidak pernah Alexa merasakan situasi yang membuat tegang seperti ini.
Walaupun ia adalah perempuan yang sering dikatai setengah laki-laki, atau ia macho seperti laki-laki.
Tapi, ia juga perempuan.
Alexa tidak tahu harus menjawab apa dari panggilan atau entah apa yang sebenernya Leonardo ingin lakukan.
Ia hanya diam saja."Namamu terlalu murni. Apakah kau juga orang yang seperti itu?"
Baru kali ini, ada yang langsung mengetahui arti namanya. Sedikit tersanjung tapi tetap saja, Alexa hanya menjawab dengan biasa-biasa saja.
"Aku tidak bisa menilai diriku sendiri...,"
Lalu ia pun melirik ke arah Leonardo.
"Mungkin kau bisa.""Tapi, aku lebih memilih untuk tidak mengetahuinya. Karena aku tidak peduli terhadap pemikiran orang lain.
Kau simpan saja apa yang kau pikirkan terhadapku."
Unik. Hanya satu kata itu yang cocok untuk Alexa.
Namun, itulah yang membuat ada rasa penasaran sehingga Leonardo ingin kembali mengajaknya berbicara dan menggali apa saja yang ada di dalam pikiran gadis seperti Alexa.Ia belum pernah menemukannya selama ini.
Gadis yang melakukan bela diri? Melawannya? Tidak menyukainya?"Baik, akan ku simpan sendiri."
Namun, ada rasa penasaran dalam diri Alexa. Biarlah, biarkan pria itu berpikir dengan semaunya."Aku akan pergi, kau mau ikut atau tinggal untuk membiasakan diri disini?"
Pertanyaan Leonardo membuatnya bingung.
"Untuk apa aku membiasakan diri?""Karena aku belum tahu, kapan aku akan melepaskanmu."
Alexa langsung terkejut.
"Untuk apa kau menahanku disini untuk cuma-cuma? Banyak hal d luar sana yamg harus ku kerjakan, kau pun juga. Lebih baik kau pulangkan aku. Tidak, aku pun bisa pulang sendiri. Aku ingat betul jalanan kemari dan aku bisa pulang sendiri. Dengan jalan kaki sekalipun kalau kau ingin menyiksaku."
Leonardo menggeleng-gelengkan kepalanya."Sayangnya aku ingin membuang-buang waktumu. Kalau kau pulang dengan kakimu, kau hanya akan lelah sesaat di jalan. Tapi dengan menahanmu disini, kau akan lelah hingga waktu yang tidak ditentukan. Itu hukuman untuk orang yang ikut campur dalam urusan orang lain."
Setelah berbicara, ia pun tegak dan ke arah pintu."Selamat menghabiskan waktumu dengan cuma-cuma."
Alexandra tak percaya dengan ucapan pria itu. Ia pun mendudukkan dirinya di atas ranjang.
Sebenernya laki-laki macam apa yang sedang ia hadapi kali ini?
Tunggu, bagaimana juga dengan keadaan kakak perempuannya yang satu itu? Apakah Alley baik-baik saja dengan Lucas?....
Alley mengerjapkan matanya perlahan, silau cahaya matahari membuatnya sedikit sakit ketika membuka mata. Dengan setengah sadar ia beranjak duduk memperhatikan sekelilingnya, ini kamar Lucas. Wanita itu berjalan perlahan menuju pintu yang diyakini sebagai pintu keluar dan benar saja dari atas sini ia bisa melihat Lucas yang sedang sibuk dengan segala macam peralatan masak.
Lucas merasakan kembali sup buatannya, lumayan setidaknya tidak hambar. Setelah memindahkannya kedalam mangkuk, pria itu berbalik hendak menaruhnya dimeja dan sedikit terkejut melihat Alley yang berdiri menatapnya.
"Kau ingin makan?" Membawa mangkuk yang lebih kecil dan menuangkan sup tersebut lalu ditaruh dimeja, Lucas menuntun Alley untuk duduk dimeja makan bersama dengannya.
"Aku tidak lapar," ucapnya pelan.
"Tidak? Kau belum makan apapun dari semalam, aku yakin kau lapar. Atau ingin yang lain? Akan aku pesankan untukmu." Alley tetap menggeleng dan Lucas bisa melihat tatapan wanita itu kosong dan hampa.
"Alley, kau harus makan. Bagaimana kita bisa menolong Alexa jika kau seperti ini? Aku yakin Alexa akan marah jika tahu kau tidak mau makan. Kau tidak mau membuatnya kecewa kan?" Alley menggeleng dengan air mata yang mulai menetes, ia merindukan kembarannya. Seperti ada yang kosong dihatinya ketika tidak didekat Alexa.
"Maka dari itu makanlah, setelah itu kita cari jalan bagaimana cara menyelamatkan Alexa hm?" Lucas mulai memakan miliknya, ia benar-benar lapar karena dari kemarin tidak makan apapun.
"Mau aku suapi?" Suara Lucas terdengar kembali menatap Alley yang hanya mengaduk-aduk supnya. Lucas mengambil sendoknya dan menyodorkan sendok berisi sup itu pada Alley.
Biarlah sementara ini, Lucas dan Alley sama sama menata hati mereka terlepas dari apa yang biasanya mereka lalukan terbiasa dengan adanya Alexa.
....
"Tidak. Tidak bisa. Aku tidak bisa begini terus."
Alexa sudah mulai gila. Ia tidak bisa terkekang begini.
Ia pun mulai memikirkan cara, entah itu pergi dari sini atau...
Entahlah ia tidak betah disini.Sedikit ragu membuka pintu kamarnya, namun akhirnya ia yakinkan untuk membuka kenop pintu. Lalu, terbuka.
Ia pun berlenggang jalan dengan hati-hati melihat ke arah kanan dan kiri. Sampai akhirnya ada satu pelayan yang mendatanginya dengan tiba-tiba. Baru saja Pelayan itu menyapa.
"Nona..."
Tapi karena Alexa terlalu terkejut, ia langsung meninju kepala pelayan itu.
Dalam sekian detik, pelayan itu pun pingsan.Alexa memegang kepalanya sendiri.
Saat ini ia kehilangan pengikat rambutnya yang biasanya ia gunakan untuk membuat rambutnya menjadi kuncir kuda.
Dengan rambut yang panjang begini, ia jadi sulit melakukan apapun.
Harusnya ia potong saja dari kemarin-kemarin.Ia pun menyembunyikan pelayan itu di balik tembok.
Setidaknya itu lebih baik daripada tidak disembunyikan sama sekali, bukan?...
.To be continued.
.101020.
KAMU SEDANG MEMBACA
The GANGSTER trapped me
Romance#The Twin Series Leonardo Da Costa tidak pernah berpikir akan ada yang berani melawannya. "Kau pikir, kau siapa?" Gila, berani sekali gadis ini. "Aku? Pria yang mulai detik ini gila akan dirimu. Bawa dia pulang!" Alexandra langsung meronta-ronta. "L...