13. Menerbangkan Sapu Terbang

25 8 14
                                    

  Di tangan mereka semua sudah memegang sapu masing-masing. Jesse melihat sapu kayu di genggamannya,melihat beberapa murid sudah menunggangi sapu terbang mereka akan tetapi sapu tersebut sama sekali tidak membuat mereka terbang layaknya seorang penyihir beneran.

Shintaro berusaha untuk membuat sapu yang di tunggangi nya terbang seperti burung dengan cara melompat-lompat sembari pandangnya melihat ke atas. Hokuto hanya menggeleng melihat temannya tidak benar.

"Shin. Kau ngapain loncat-loncat begitu?"tanya Hokuto.

Shintaro melihat Hokuto yang belum memakai sapu terbangnya, ia cenderung menatapnya aneh. Pemuda berbadan berisi itu menyunggingkan senyuman manis setengah konyol,"mau terbang ke angkasa."jawabnya. Hokuto hanya bisa menepuk jidatnya pelan.

"Astaga! Shinchan. Bukan itu cara menggunakan sapu terbang."kata Hokuto gemas. Pemuda bersurai merah muda itu pun hanya memandang diam, tidak memberikan arahan.

Pemuda berambut curly tersebut mulai berpikir kritis. Ia cukup beruntung menjalankan peran kutu buku dari sistem sampai sekarang meskipun ia sekarang menjadi jurnalis dadakan. Membaca, memang sangat perlu dan bisa juga mengingat isi buku tersebut karena Hokuto sangat senang membaca berulang-ulang bukunya. Baik pelajaran atau cerita. Tidak hanya buku saja yang di replay terus-menerus, film pun Hokuto replay terus-menerus selaku filmnya seru sekaligus membuat candu.

Beda lagi dengan Jesse, pemuda bersurai merah tersebut sedari tadi memerhatikan pemuda bersurai merah muda. Ia sama sekali tidak memberi contoh bagaimana menggunakan sapu terbang dengan benar dan mantra sihir apa yang harus di baca. Memang, target di sekolah ini bukan Yugo lagi melainkan pembina bernama Juri.

Di sekolah, Jesse sangat mudah akrab dengan guru meskipun terkadang canggung, beda level. Pemuda jangkung tersebut menghampiri Juri.
Yugo yang memerhatikan dari jarak jauh mengerutkan kening melihat Jesse menghampiri pemuda itu. Taiga sedari tadi fokus ke Jesse dan sekarang pemuda itu menghampiri Juri.

'Aku penasaran sama sihir pemuda bersurai merah itu.' --batin Taiga.

Sebuah hologram kecil muncul di depan Taiga menampilkan status seseorang lengkap dengan foto. Sama persis card digital.

[Nama: Jesse Lewis
Status: Pelajar.
Keterangan: suka membuat ulah di sekolah,terkenal bad boy.
Hobi: mengerjai orang yang bisa dilihat pandangan matanya, lucu.]

Taiga sempat tidak percaya kalau murid yang terpilih Neon Light Academy memiliki hobi aneh. Senyuman miring terlukis di bibirnya, ia melihat ke pemuda berambut curly yang masih menggenggam sapu terbangnya tanpa mencoba. Pemuda itu terlihat pintar di mata Taiga, sudah jelas dari raut wajah datar dan juga pemuda itu tidak banyak bicara.

Layar hologram dari sistem kembali menunjukkan status seseorang membuat dahi Taiga berkerut. Setiap ia memikirkan sesuatu, siapa orang itu? Teknologi yang entah tiba-tiba muncul seolah memberitahu dirinya.

[Nama: Matsumura Hokuto.
Status: Pelajar.
Hobi: membaca buku dan mencoba yang lain juga.
Keterangan: Jurnalis handal.]

Taiga kagum melihat status milik Hokuto yang memiliki kelebihan di bidang komunikasi. Ia kembali melihat ke depan dan mereka semua kebanyakan, belum bisa.
 
Jesse tersenyum akrab ke Juri. Pemuda bersurai merah muda itu menatap Jesse dengan penuh keheranan bukan membalas senyuman akrab Jesse. Bagi Juri itu senyuman di paksaan.

"Ada apa?"tanya Juri datar.

"Kenapa kau diam saja. Semua murid berusaha mencoba menerbangkan sapu terbang, tapi tidak bisa. Apa sekolah ini membiarkan muridnya sengsara!"protes Jesse menatap mata pemuda itu tidak suka.

The Story World Of The System {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang