27. Ambisi Tatsuya Berujung Emosi Taiga

19 9 0
                                    

Sepulang dari misinya pria itu segera menuju ke kamar mansionnya untuk beristirahat. Ia tidak menyangka kalau malam ini mendapatkan pukulan dari Tatsuya, datang-datang langsung memukul perut. Sepertinya ia ingin Hokuto tidak bergabung ke Genk Black Panther.

Pintu terbuka dan Hokuto segera melepaskan jaket ala pembalap liar. Hokuto menatap lekat bayangan di cermin mencoba mereplay kejadian tadi. Jika Hokuto tidak bertugas menyamar dan melindungi Taiga maka pemuda yang terlihat tidak menyukai Hokuto sejak awal. Ia akan berakhir di jeruji besi polisi dan mendapatkan pukulan bela diri Hokuto.

Ekor mata melirik ke jam dinding angka menunjukkan 00:01 A.M-tengah malam. Hokuto berjalan menuju ke kamar mandi membersihkan diri setelah beraksi di malam hari sebagai pembalap liar. Ya, mereka Black Panther akan beroperasi di malam hari dan melakukan balapan liar untuk kesenangan. Atau menggoda cewek murahan yang ada di sana, Hokuto melihat tepat di kedua matanya sendiri setelah di nobatkan sebagai anggota baru.

Hokuto segera tidur dan menarik selimut sampai ke dada. Malam ini ia akan tidur nyenyak dan beraksi menjadi seorang kepolisian. Jarum jam terus berjalan dan terasa sangat cepat. Mentari pagi sudah menyapa bumi, sinarnya masuk melalui celah-celah ventilasi jendela memperlihatkan Hokuto masih tidur dengan posisi terlentang memperlihatkan sedikit dada bidangnya itu. Ponsel yang tidak jauh dari Hokuto, menyala dan berdering menampilkan nama Tuan Juri.

Bunyi ponsel terus berdering mengusik tidur Hokuto. Mimik wajah pria itu sedikit kusut, perlahan kedua mata terbuka menatap langit putih lalu melirik ke ponsel yang terus berbunyi. Menguap sejenak mengganti posisi terlentang ke posisi berbaring, tangan meraih benda pipi tersebut menatap layar melihat Juri menelponnya, tidak terjawab.

"Oh ternyata, Tuan Tanaka. Hoam. Aku masih ngantuk." ucap Hokuto pelan sembari menguap. Mata sayunya melihat layar ponsel lalu Juri kembali menelpon Hokuto kembali membuat pria itu bangkit duduk, mengangkat telpon.

"Moshi moshi. Ada apa tuan?" tanya Hokuto suara berat sembari mencoba mengisi nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.

"Halo, Hokuto. Kamu ada tugas masih ada sangkut pautnya dengan misimu kemarin yaitu awasi Taiga ke kampusnya." kata Juri dari sebrang sana membuat mata Hokuto membulat sempurna.

"APA!" pekik Hokuto tidak percaya. Akibat Juri mengatakan itu, nyawa yang belum penuh secara otomatis menjadi penuh dalam sekejap seperti baru mencharger ponsel belum satu menit baterainya udah seratus persen.

Impossible! sulit di percaya.

Hokuto bangkit berdiri untuk segera membersihkan diri tanpa sarapan pagi. Setelah membersihkan diri, memakai pakaian kaos polos, celana kain biru dongker, sepatu sneaker, gelang dan jam tangan-ia tidak akan lupa memakai itu. Dan satu lagi adalah tatanan rambut Hokuto harus terlihat seperti sedikit bad boy. Tidak lupa dengan jaket pembalapnya itu. Sudah merasa siap, Hokuto segera keluar dari mansion.

Semua orang penghuni mansion menyapa ramah Hokuto. Shintaro yang berada di depan tengah mengobrol santai, melihat Hokuto keluar dengan pakaian berbeda. Tangan Shintaro terangkat dan memanggil Hokuto.

"Hokuto!" merasa terpanggil. Hokuto melihat Shintaro tersenyum mengembang ke arahnya.

"Kalau begitu saya permisi, Pak Morimoto." ucap wanita itu tersenyum di balas angguk Shintaro sembari senyuman menggemaskan itu.

"Makasih banyak." jawab Shintaro sedikit membungkukkan badan.

"Hai Shintaro!" sapa Hokuto ke Shintaro. "Ada apa memanggilku?" lanjut Hokuto penasaran.

"Hmm, tumben nggak pakai seragam polisi? Apa kau libur bertugas?" tanya Shintaro. Hokuto diam sejenak, berpikir cepat untuk menyembunyikan misi rahasia ini.

The Story World Of The System {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang