34. Ajakan Bermain Bola

22 3 0
                                    

  Bola melambung ke atas dengan segera seorang pemuda menerima bola itu lalu menggiring bola menuju ke gawang. Kedua matanya melihat ke kanan kiri ada sekitar beberapa tim lawan menuju ke arahnya. Bola di oper ke rekan tim lalu membawanya sampai ke gawang, tim lawan terus berjuang untuk merebut bola dari Yugo Kochi.

Yugo segera menghindar musuh layaknya tokoh anime Kapten Tsubasa  lalu ia kembali mengoper bola ke temannya untuk menghindari lawan dan bola itu kembali ke Yugo. Kedua matanya sudah mengunci tembakan bola menuju ke gawang, kaki kanannya segera menembak bola ke gawang. Bola tersebut berputar ke udara menuju ke gawang dengan segera kiper melompat ke kanan.

Ia tidak tahu kalau Yugo menggunakan tendangan lengkungan tajam dimana menipu mata lawan. Bola itu menipu kiper dan masuk ke gawang membuat semuanya melongo.
Score 2:2 sekarang menjadi 3:2 dan ada sorakan pemain yang berseru kencang.

GOL!

  Seulas senyum sumringah terukir jelas di sudut bibir Yugo menunjukkan deretan gigi yang rapih,  mata sipit terlihat jelas. Pemuda tersebut segera di peluk dengan timnya dengan rasa bangga.

"Kau hebat Kochi!"

"Selalu di depan ya. Saat-saat genting."

"Kau juga sama, Tama." jawab Yugo tos dengan Tama penuh kesenangan.

  Keringat membahasi dahi Yugo sedari tadi, ia selalu bermain bola di sore hari di lapangan. Yugo jalan menepi dan mengambil handuk kecil untuk mengusap keringatnya, duduk di kursi panjang mengambil botol mineral, Yugo meneguk air itu hingga habis. Rasa haus yang sedari tadi terasa kini sudah menghilang melepas dahaga. Mendongak melihat langit ingin menjelang sore, sebentar lagi ia akan pulang.

"Hai Kochi." sapa Zen duduk di sebelah Yugo, tersenyum sesekali meneguk air mineral di genggamannya.

"Lama-lama kau semakin hebat, Kochi. Kalau main bola." pujinya membuat Yugo tersenyum mendengar pujian dari Zen.

"Ah, aku tidak hebat kok. Bermain soccer adalah salah satu hobiku sejak kecil." kata Yugo melihat ke depan. Banyak yang lainnya pulang ke rumah setelah bermain bola dengan semangat membara.

Hampir hari Kamis dan Sabtu, Yugo Kochi dan teman-teman sepak bola selalu datang ke sini untuk bermain bola tanpa absen. Zen menepuk bahu Yugo membuat si empu menoleh ke pemuda yang jauh lebih tua darinya sekitar 5 tahun. "Kembangkan bermain bola, siapa tahu kau akan menjadi pemain bola sungguhan seperti pemain sepak bola eropa yang terkenal? Seperti Christiano Ronaldo." ucapnya dibalas kekehan kecil dari Yugo.

"Semoga saja."

"Aku pulang dulu." ucap Zen bangkit berdiri sembari melambaikan tangan ke Yugo. Pemuda itu membalas lambaian tangan Zen dan berkata, "hati-hati!"

  Setelah mengobrol ringan dengan Zen, Yugo segera merapikan barang-barang bawaannya lalu pulang membersihkan diri. Kota Tokyo sangatlah ramai dan tidak pernah sepi dengan orang-orang pejalan kaki maupun kendaraan. Suara deru kereta terdengar jelas. Yugo berjalan menuju rumahnya, ia tinggal sendiri di Kota besar ini.

Yugo masih anak SMA dan berkerja parau sebagai pegawai toko roti yang cukup membiayai hidupnya. Pintu terbuka, "tadaima." salamnya melepaskan alas kaki lalu segera meletakkan barangnya ke kamar lalu membersihkan diri.

   Suara shower di bath terdengar begitu keras, pemuda tersebut berendam di bath dengan memejamkan mata menikmati kehangatan air yang perlahan menjalar ke tubuhnya. Rasa nikmat dan nyaman begitu terasa, Yugo selalu saja berlama-lama ke kamar mandi hanya untuk berendam, mengusir rasa penatnya.

   Beberapa menit kemudian Yugo selesai dengan acara rendam diri di bath kesayangan. Membuka lemari mengambil kaos dan celana kain, setelah itu ia mengambil benda pipih di atas meja belajarnya. Di sana begitu banyak notif yang jarang sekali Yugo buka terutama aplikasi tweet.

The Story World Of The System {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang