3. Usaha Nayra

47.4K 3.2K 18
                                    

Sepertinya Nayra sudah melupakan rasa kesalnya. Pagi ini, semangat membantu ibunya pulih kembali. Apalagi semalam adiknya sudah memintanya untuk membelikan ponsel baru buat keperluan sekolah. Nayra akan berusaha mengumpulkan uang untuk mewujudkan keperluan sekolah adiknya.

Dan Nayra benar-benar tidak melewati rumah Pak Guntur pagi itu. Bukan segan atau takut. Tapi dia tidak ingin Mbok Min berhutang lagi. Repot nagihnya, batinnya, bikin susah hati, lanjutnya masih membatin.

Tapi, ternyata ketika dia ingin membelokkan sepedanya dari rumah Pak Guntur, ada yang memanggilnya. Mbok Min. Duh.

Dan Nayra terpaksa menghentikan sepedanya.

"Kamu kok nggak lewat sini? Apa karena aku nggak bayar hutang?" tanya Mbok Min dengan gaya soknya.

"Ya iya, Mbok Min. Masa aku nawarin jualan aku ke orang yang nggak mau bayar hutang? Nambah-nambah hutang, nambah-nambah bete. Susah nagih orang sibuk kayak Mbok Min," rutuk Nayra. Dia masih sebal. Bukan terhadap Mbok Min, tapi juga majikan Mbok Min.

"Lha. Ini aku mau bayar hutangmu. Plus hutang-hutang jamuku dulu. Berapa? Dua belas ribu? Keciiiiil."

Nayra memiringkan bibirnya melihat Mbok Min yang menjentik-jentikkan jari-jarinya di depan wajahnya.

"Iya..., yang gaji gede mah. Keciiiil. Hutang aja susah bayarnya," sergah Nayra dengan wajah sebal.

"Nay... nay. Nih, duitnya." Mbok Min menyerahkan uang duapuluh ribuan dua lembar ke hadapan Nayra.

Dan lagi-lagi, Nayra tidak segera meraih uang itu.

"Udah, Mbok. Mbok Min bayar yang dua belas ribu aja. Cicilan daster udah dibayarin sama majikan Mbok Min," jelas Nayra. Dia sedikit mendorong tangan kasar Mbok Min.

Mbok Min mendelik heran.

"Ha? Kamu nagih ke dia?" tanyanya. Perasaannya seketika ingin marah.

"Iya. Soalnya susah nagih ke Mbok," jawab Nayra ketus.

"Duh kamu malu-maluin aku aja."

"Emang Pak Guntur nggak ngomong ke Mbok?"

Mbok Min menggelengkan kepalanya.

"Kamu berani-berani lancang, ya?" gerutunya dengan wajah masam.

"Suka-suka dong. Uang aku. Soalnya aku tau Mbok baru beli hape kan di konter Koh Huan? Bayar hutang aja nggak bisa," tukas Nayra. Wajahnya tak kalah masam.

Hampir saja Mbok Min mau memarahi Nayra. Tapi ketika Nayra mengatakan dirinya enggan membayar hutang, dia langsung kicep.

"Oh..., hehe. Maaf," ucapnya.

"Ya udah. Mbok. Bayar yang dua belas ribu aja. Mbok nggak usah bayarin sisanya."

Mbok Min menarik uangnya dan menukar uang kertas yang jumlahnya lebih kecil. Diserahkannya ke Nayra.

"Makasih Mbok Miiiin...," ucap Nayra. Wajahnya berubah manis seketika.

"Nah. Yang ini gratis buat Mbok Min," ujarnya seraya menyerahkan plastik berisi jamu buat Mbok Min.

"Besok aku mau beli jamu kamu lagi, Nay. Jangan lupa mampir. Dan maaf yah. Hehe...,"

"Iya. Besok aku mampir. Tapi bayar ya?"

Mbok Min sedikit merasa bersalah saat melihat Nayra menjauh dari rumah majikannya. Diamatinya gadis manis berambut pendek itu tengah mengayuh sepeda dengan susah payah.

Tak lama kemudian, dia kembali ke rumah majikannya.

Mbok Min dan Nayra sangatlah akrab. Meski usia beda jauh, Mbok Min 40, Nayra 20, mereka saling menganggap teman. Nayra tidak segan-segan menyatakan perasaannya jika jengkel, pun Mbok Min. Hanya memang, terkadang Mbok Min yang suka usil, jarang mau bayar jamu yang dijual Nayra, misalnya. Meski akhirnya dia bayar juga.

Mbok Min juga sering curhat dengan Nayra. Janda dua anak ini kerap mengeluhkan sikap mantan suaminya yang acuh tak acuh dengan anak-anaknya. Mau tidak mau dia harus bekerja keras, dengan meninggalkan dua anaknya bersama ibunya di kampung halaman.

Dan dia dia selalu menyuruh Nayra singgah di rumah majikannya, jika Nayra sudah hendak pulang. Biar dia bisa ngobrol-ngobrol cantik dengan gadis manis itu. Hanya karena insiden hutang piutang saja hubungan keduanya sedikit renggang beberapa hari ini. Tapi sepertinya ada kedamaian di antara mereka sekarang.

***

Guntur terlihat serius menjelaskan mata kuliah yang dia ampu di kelasnya. Tampak wajah-wajah kagum memperhatikan dirinya, terutama dari para mahasiswi. Maklum, Guntur merupakan dosen yang tampan juga memiliki tubuh yang bagus. Ditambah sikapnya yang tekesan dingin dan sedikit cuek, menambah rasa penasaran para pemujanya. Apalagi dia duda...

"Hm..., rahimku langsung hangat kalo liat Pak Guntur...," gumam Raisa pelan, salah satu pengagum Pak Guntur. Gadis itu menopang dagunya dengan tangan kanannya di atas meja kursinya. Ila, teman yang duduk di sampingnya menggeleng kecil. Senyum usil tersungging di bibirnya.

"Denger-denger dia udah punya tunangan lho," bisik Ila pelan.

"HA?"

Semua menoleh ke Raisa. Tidak terkecuali Guntur.

"Iya. Ada apa?" tanya Guntur sambil memperbaiki kacamatanya. Dia mengamati Raisa yang masih menganga. Sementara Ila yang di sampingnya terdiam terpaku. Dia tampak ketakutan, khawatir Raisa akan menanggapi pertanyaan Pak Guntur dengan melibatkan dirinya.

"Ah. Anu, Pak. Eh..., anu Bapak Ganteng,"

Grrrr...

Kontan seluruh manusia di kelas tertawa. Raisa gugup. Wajahnya memerah bak udang rebus. Dia malu sekali. Terbayang di pelupuk matanya, Pak dosen yang ganteng itu memandangnya dengan wajah garang karena kejadian barusan.

Sementara orang yang menyebabkan dirinya berteriak, malah ikut menertawainya. Dasar Ila.

______

Raisa dengan cepat menyambar gelas berisi es jeruk yang baru saja mendarat di hadapannya.

"Duh..., malu banget aku, Il. Kamu bikin aku deg-degan diliatin Pak Guntur," gerutu Raisa setelah meneguk es jeruknya. Dia masih terlihat gugup.

"Yah..., positifnya kan Pak Guntur ngeliatin kamu tadi di kelas. Hehe...," balas Ila cuek. "Dan dia keliatan malu juga loh pas kamu bilang dia ganteng. Pasti gede rasa tuh dosen..." lanjutnya.

"Emang dia udah punya tunangan?" tanya Raisa dengan mata melotot, saking seriusnya.

"Iya. Aku kan follow IGnya Sheren. Selebgram terkenal yang cantik itu. Dia upload foto Pak Guntur. Captionnya, calon imamku..., trus aku pantau komen-komen pengekornya, tap..., ada balasan dari dia begini; iya, Kak. Mohon doanya. Kami masih bertunangan..."

Ila langsung mengeluarkan ponsel mahalnya dan membuka akun IGnya seraya memperlihatkan foto yang dia ceritakan tadi.

Sontak Raisa menganga lebar.

"Wow. Yaaa..., pupus harapanku. Aku patah hati, Ilaaaa..."

Ila menggelengkan kepalanya. Sahabatnya yang satu ini memang ekspresif sekali. Bukan Pak Guntur saja yang jadi korban halunya, ada beberapa kakak tingkat yang memiliki paras tampan juga menjadi idolanya. Tapi bagi Raisa, Pak Guntur adalah idola terbaik dan tergantengnya.

"Wah..., bukan elu aja nanti yang patah hati. Yang lain juga kaleee..."

Raisa masih memasang wajah kecewa hari itu.

***

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang