76. Akhir yang Indah

40.2K 2.4K 54
                                    

Dua hari kemudian...,

Nayra yang tubuhnya hanya berbalut handuk putih dan kepala yang terlilit handuk, duduk dengan santai di depan kaca rias. Wajahnya terlihat was-was saat sedang ingin menghubungi seseorang lewat ponselnya.

"Halo, Mbok... Duh. Lama banget angkat teleponku." Ternyata Nayra menghubungi Mbok Min.

"Halo, Nay. Ih. Aku sibuk. Eh, bukannya nggak boleh telepon-telepon ini?"

"Pak Guntur Lagi cari makan di luar."

"Duh..., laper ta? Habis hoho hihi ya? Hayo..."

"Aih, Mbok. Gimana kabar Mbok dan Bu Sari?"

"Oalaaaah..., kangen aku to, Nay? Ih tak cubit pipimu."

"Ih. Jawab dong, Mbok. Cepetan. Ntar keburu datang suamiku...,"

"Baik, Nay. Bu Sar juga baik..."

"Ayu, Mbok? Ada kabar dia nggak? Kok aku telepon dia barusan, nggak diangkat-angkat sama dia."

Terdengar suara cekikikan di ujung sana.

"Duh, Nay..., anakmu ini..., ini aku sama Rasti sedang cari kutu rambutnya Ayu..."

"Lo? Ayu pulang?"

"Iya..., semalam minta dijemput sama Pak Jo. Kangen aku katanya..., semalam malah tidur bertiga di kamar Bu Sari..."

"Aaah..., pantas kutuan..."

"Enak aja. Dia udah ngeluh dua malam nginep di rumah eyangnya. Katanya kepalanya gatal-gatal terus..."

Nayra tersenyum membayangkan putrinya bermanja-manja dengan Mbok Min.

"Kalo kata Bu Sari mungkin stress, ditinggal papa mama lagi ehem-ehemmm..., hehe. Kepikiran. Di sana dia nggak akrab dengan ART Bu Hanin. Segan katanya. Bu Hanin juga sibuk ke sana ke mari...,"

"Biasanya dia mau diajak Ibu jalan-jalan. Tumben? Mana dia? Kangen aku..."

"Bentar..."

Tak lama terdengar suara manja Ayu.

"Mamaaa..." rengek Ayu. Nayra memejamkan matanya. Suara Ayu membuat tenang suasana hatinya. Lepas sudah rindunya karena selama dua hari dia tidak mendengar rengek manja Ayu. Meski jarak usia mereka hanya terpaut lima tahun, tapi Nayra sangat menyayangi Ayu layaknya seorang anak. Mungkin karena Nayra tidak memiliki adik perempuan, kasih sayang Nayra seakan tercurah penuh ke Ayu.

"Ayuuu..., Mama kangen..."

"Ayu juga kangeeeen. Kapan balik, Ma. Jangan lama-lama..."

"Minggu balik, Yu. Sekitar empat hari lagi. Sabar ya? Mau dibeliin apa?"

"Kata Mbok Min mau kue-kue khas Bintan."

"Lo? Kamu?"

"Mau Mama pulang..."

"Iya. Pasti pulang."

"Terserah Mama aja..."

"Eh... Papa udah pulang. Nanti mama telepon lagi..."

Cepat-cepat Nayra mematikan ponselnya dan meletakkan di laci meja rias. Lalu terdengar derit pintu pondok dibuka Guntur.

Nayra sendiri langsung pura-pura melihat wajahnya di depan cermin rias sambil menepuk-nepuk pipinya.

"Nggak ada jus sirsak, Nay. Adanya mangga. Aku belikan jus mangga saja tadi," ujar Guntur sambil meletakkan semua makanan yang dia beli di atas meja kecil di atas lantai. Lalu dia mengatur kotak-kotak makanan sekaligus dua gelas plastik berisi jus.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang