77. Akhir yang Lebih Indah Lagi

35.8K 2.6K 100
                                    

Guntur bangun lebih awal pagi ini. Diliriknya Nayra yang masih tertidur lelap.

Sejenak dia dudukkan tubuhnya. Terdiam seperti memikirkan sesuatu.

"Nay..." Guntur mencoba membangunkan istrinya dengan menepuk-nepukkan pipinya lembut.

Nayra memicingkan matanya yang masih susah dibuka.

"Masih ngantuk aku, Yang,"

Guntur terkekeh.

Lalu dia rebahkan kembali tubuhnya, terbaring menyamping menghadap Nayra yang matanya masih tertutup.

"Kamu nggak kepingin apa-apa, Nay?" tanya Guntur tiba-tiba. Pertanyaan Guntur sepertinya berhasil membuat Nayra membukakan matanya.

"Maksudnya?" Nayra balik tanya. Suaranya terdengar parau.

"Ya..., pingin makan sesuatu kek atau something yang sudah lama kamu inginkan?"

"Nggak..., emang kenapa? Mau ajak aku makan-makan nanti?"

Guntur tersenyum. Dibelainya pipi Nayra lembut.

"Cuci muka gih. Ilernya banyak..., bau ah,"

Nayra cemberut digoda suaminya. Dia kembali menutup matanya.

"Hei..., cuci muka...,"

"Paan sih, Yang..."

"Ayo..."

Guntur terus memaksa. Usil, dia mainkan ujung payudara Nayra.

"Iiih..." Nayra malah memeluk tubuh Guntur agar tangannya tak usil lagi.

"Yuk. Ke kamar mandi. Cuci muka..." bujuk Guntur sambil mengusap-ngusap kepala Nayra seraya mengecupnya.

Tak lama Nayra merenggangkan pelukannya dan mulai beranjak dari tempat tidur, melangkah gontai menuju kamar mandi.

"Bentar, Nay... Tunggu."

Nayra sedikit bingung dengan sikap aneh Guntur pagi itu. Guntur mengikutinya ke kamar mandi.

"Apa itu, Yang?" tanya Nayra ketika sudah akan duduk di atas toilet. Dia melihat Guntur menunjukkan sebuah test pack digital ke hadapannya.

"Jangan pipis sebelum aku suruh pipis..."

Nayra cemas.

"Emang aku hamil?" tanyanya.

"Kita cek..., kamu sudah dua bulan nggak dapet." Guntur bersimpuh di hadapan Nayra yang sudah duduk di atas toilet. Guntur pegang paha Nayra, mengatur agar test pack digital yang dia beli semalam tepat dialiri urine yang akan dikeluarkan dari milik Nayra.

"Yang..." Nayra semakin cemas. Dia pegang bahu suaminya kuat-kuat.

"Pipis, Nay..." perintah Guntur tenang.

Dada Nayra semakin sesak. Cemas, khawatir, bahkan takut bercampur baur. Nayra memang selama ini belum memikirkan kehadiran anak, karena dia sangat bahagia dengan kehidupannya dengan Guntur sekarang. Sebenarnya Guntur juga tidak terlalu memikirkan itu. Tapi entah kenapa dalam dua hari terakhir ini, dia gelisah dengan kegiatan panasnya dengan Nayra yang hampir setiap malam mereka lakukan. Guntur tersadar bahwa periode Nayra tidak kunjung tiba di hampir dua bulan ini. Akhirnya, Guntur pun berinisiatif membeli test pack digital untuk mengakhiri gelisahnya.

"Pipis...,"

"Iya...," Nayra sedikit mengedan. Dia pegang dua bahu kokoh suaminya seerat mungkin.

Tampak Guntur dengan tenang mengarahkan test pack tepat mengenai aliran urine Nayra. Matanya tak berkedip melihat pangkal paha Nayra serta air yang ke luar dari sana.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang