15. Gamang Guntur

41.1K 3.2K 29
                                    

Guntur memegang kepalanya saat duduk di depan meja kerjanya. Sikap Nayra barusan cukup menyita pikirannya. Dia tidak habis pikir, sikap gadis yang satu ini sangat aneh menurutnya. Dia berusaha mengingat-ingat sikapnya yang menurutnya tidak ada yang salah. Tapi kenapa gadis itu seakan tidak menyukainya? Apa salah dirinya? Menabrak sepedanya? Dua bulan lalu? Apa iya?

Guntur benar-benar bingung. Dia sampai-sampai memutuskan tidak pergi ke kantor hari itu. Wajah Nayra yang seperti menyimpan amarah bercampur sedih terus menerus bergentayangan di pikirannya.

Guntur lalu mengecek rekaman CCTV yang menyorot di bagian depan rumahnya lewat komputernya. Diceknya kejadian yang terekam di CCTV sekitar dua bulan lalu.

Hampir dua jam dia melakukannya memastikan perkataan Nayra. Dia berharap Nayra hanya mengada-ada saja. Tapi...,

Guntur terperanjat. Ternyata Nayra benar. Dia memang pernah menabrak sepeda Nayra.

Bibir Guntur gemetar ketika melihat Nayra terjungkal dari sepedanya. Gadis itu memang cepat bangkit dari jatuhnya menatap nanar wajah sang pengemudi.

"Dan aku memakinya...," desah Guntur penuh sesal. Dia ingat sekarang.

Lalu dilihatnya botol-botol jamu Nayra yang pecah berantakan di atas jalanan depan rumahnya.

Guntur menutup mulutnya ketika dilihatnya Nayra yang terseok-seok berjalan tengah kebingungan karena memang awal pagi itu komplek perumahan sangat sepi. Nayra tampak terduduk selonjoran, beristirahat sejenak di depan pekarangan rumahnya sambil memijat-mijat dua kakinya. Setelahnya, Nayra berusaha membersihkan pecahan-pecahan kaca botol-botolnya. Dan membuangnya di dalam kotak dagangan jamu-jamunya.

Kemudian Nayra pergi dengan menggiring sepedanya. Jalannya terlihat pincang.

Tidak sampai di situ saja, sejam kemudian Nayra kembali lagi ke depan rumahnya. Nayra mengawasi rumah mewah itu sejenak. Lalu Nayra tampak bercakap-cakap dengan Pak Edi, satpam komplek. Keduanya terlihat membersihkan jalanan berdua hingga bersih dari sampah dan ampas jamu.

Guntur terhenyak. Dia sungguh meremehkan gadis sederhana itu.

Dia tertunduk mengingat kerja Nayra yang cekatan merawat rumahnya. Begitu rapi dan wangi. Juga merawat kamarnya, saat dirinya sudah tidak mampu membersihkannya lagi. Tidak sedikitpun ada dendam di wajah gadis polos itu. Hanya raut wajah tidak suka saja terhadap dirinya.

"Nayra...," desah Guntur. Akhirnya dia sebut juga nama gadis itu yang selama bekerja di rumahnya, dia panggil dengan sebutan hei hei saja.

Guntur ingat. Kejadian itu berbarengan dengan dirinya yang terlibat pertengkaran dengan mantan istrinya yang tidak bersedia mempertemukannya dengan Ayu, anak mereka. Guntur kalap pagi itu, karena harus mengejar Ayu yang sudah berada di Bandara. Ayu hendak dibawa ibunya ke Johor, Malaysia. Dan Guntur ingin sekali mendekap anaknya lebih lama.

Dan Guntur tidak berhasil mengejarnya. Ayu sudah pergi.

Guntur memejamkan matanya. Membayangkan dirinya mencaci maki Nayra. Namun dia lupa apa yang dia katakan saat itu.

***

"Oh. Rumah Nayra? Itu, Pak. Di ujung komplek rumah ini. Di gang sempit yang agak menjorok ke bawah, Pak. Kalo sudah di sana, tanya aja rumah Bu Ola. Kenal semua warga sana," jelas Mbok Min yang sedang membersihkan meja tamu ruang tengah rumah Pak Gun.

Jika sebelumnya, Nayra nekad ke rumah Bu Hanin, ibunda Pak Guntur. Sore ini, gantian, Guntur yang nekad ke rumah Nayra yang berada di gang sempit, yang lokasinya tidak begitu jauh dari komplek perumahan rumah mewahnya. Dia datang dengan mengendarai motor.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang