72. Why, Yu?

29.4K 2.5K 81
                                    

Farid dan ibunya yang baru saja selesai makan malam saling pandang ketika mendengar gedoran pintu depan yang cukup kuat. Farid yang sedang menyusun pinggan-pinggan bekas yang ada di meja makan langsung menghentikan kegiatannya dan bergegas menuju pintu depan.

"Farid. Cepaaattt. Kita ke rumah Pak Guntur sekarang. Tunjukin gue."

Farid bukan main kaget melihat wajah Tata yang panik luar biasa. Tata masih dengan helmnya.

"Ada apa, Rena?"

"Lu jangan banyak tanya."

Tata menarik lengan Farid sekuat tenaganya dan langsung menyuruh Farid duduk di belakang motornya.

Tata panik sekali.

Farid bingung dengan sikap Tata. Ke rumah Pak Guntur? Ada apa? Kenapa Rena panik sekali? Farid tidak sadar memeluk tubuh Tata dari belakang karena Tata melajukan motornya sangat kencang.

"Lu kasih tau gue arah rumahnya, Farid."

"Iya..., iya."

______

Sebelumnya.

Ayu semakin sedih dengan keadaannya sekarang. Dia merasakan kebimbangan yang teramat sangat. Terdengar di telinganya tawa renyah dari Papa dan Mama sambungnya dari kamar mereka. Karena posisi kamar Ayu dan kamar Guntur tidak begitu jauh.

Ayu mengerti posisi papanya sekarang. Kasih sayang Papa untuknya tidaklah berkurang seperti yang maminya katakan. Papa menikah, karena juga ingin mendapatkan kebahagiaan dari seseorang yang bisa menemaninya siang malam. Ayu juga tahu bahwa Papa Gun cukup lama berkorban selama ini. Jadi bukan berarti Papa melupakan kasih sayang untuknya.

Begitu pula dengan Mama sambungnya, Mama Nayra. Dia bukan witch apalagi bitch. Dia jauh lebih mulia daripada itu. Dia juga menyayangi Ayu sepenuh hati. Mama Nayra sangat perhatian.

"Aku sayang Mami...," gumam Ayu penuh tekanan. Dia tahu maminya belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri. Maminya belakangan ini sudah tidak bisa bersatu lagi dengan daddynya. Ayu tahu Mami Mila punya agenda sendiri. Sejak mengetahui Guntur bertunangan, Mila sudah mengatur strategi bagaimana dia bercerai dan bisa kembali ke pangkuan Guntur, karena dia mendengar bahwa Guntur setengah hati menerima perjodohan yang diatur ibunya. Tapi apa daya, proses cerai di negeri Jiran tidaklah mudah, juga memakan waktu lama, hingga saat dirinya ditetapkan menjadi janda untuk kedua kalinya, dia malah mendapat kabar bahwa Guntur sudah menikah. Mila sangat kecewa. Dia tidak sanggup menanggung rasa patah hatinya. Sampai-sampai dia nekat menghubungi mantan mertuanya sehari setelah Guntur menikah. Mila dengan gayanya memohon dengan sangat agar Bu Hanin bersedia memberinya peluang untuk bisa bicara dengan Guntur.

Tapi kini, Ayu jadi korban. Dia bimbang luar biasa. Satu sisi, dia menyayangi maminya, dia bahkan sanggup merubah dirinya menjadi sangat kejam saat bertemu dengan mama sambungnya di awal-awal pertemuan, untuk menyenangkan hati maminya. Di sisi lain, dia juga tidak ingin menghancurkan hidup papanya.

Lama juga Ayu terpekur. Tekanan-tekanan yang bertubi-tubi selama ini dari maminya sudah sangat membuatnya resah. Sepertinya mati memang lebih baik. Agar maminya berhenti memperalat dirinya hingga berhenti mengharapkan Papa Gun kembali. Agar papanya tetap bahagia dengan perempuan pilihannya. Agar tidak ada lagi yang perlu diresahkan maminya.

Ayu pergi menuju ruang laundry sore itu, memilih-milih cairan yang bisa mengakhiri hidupnya, tapi membunuhnya secara perlahan.

Setibanya di kamar, Ayu meraih ponselnya dan membuka salah satu laman medsosnya. Dia ingin memberi pesan kepada dunia bahwa sangat sulit menjadi anak dari korban perceraian. Meski sebenarnya ada banyak di luar sana yang sanggup menanggungnya, tapi Ayu tidak. Ayu tahu dirinya sangat lemah.

"Ini untuk Mami..., aku sayang Mami..."

______

Farid kaget bukan main saat Tata bercerita tujuannya ke rumah Guntur. Dia kini sangat cemas membayangkan Ayu yang akan mengakhiri hidupnya. Padahal dirinya baru saja bersenang-senang dengan gadis ayu itu sore tadi.

"Rena. Cepaaat," ujar Farid yang tidak sanggup menahan kesedihan.

Tata melajukan motornya saat melihat gerbang perumahan. Satpam yang memanggil-manggil tidak dia hiraukan. Dia langsung memberhentikan motornya tepat di depan rumah mewah Guntur. Lalu bersama Farid berlarian menuju pintu utama rumah.

"Buka! Buka! Pak Guntur! Paaaaak!!" Tata berteriak bergantian dengan Farid menyebut nama Guntur berulang kali. Suara mereka sangat parau karena cemas luar biasa.

Dan pintu utama dibuka oleh Mbok Min yang kebetulan memang mendengar suara-suara berisik dari luar. Mbok Min bingung dengan kehadiran keduanya. Apalagi saat melihat penampilan Tata.

"Mbok! Mana kamar Ayu!" seru Farid. Dia dan Tata langsung memasuki rumah tanpa membuka alas kaki saking paniknya.

"Hei Hei apa apaan!!" Mbok Min berusaha mencegah. Tiba-tiba muncul Bu Sari dan Pak Johan. Mereka juga ingin menahan Farid dan Tata yang kelihatan panik, berlarian ke sana ke mari di ruang tengah.

"Ayu mau bunuh diri!" seru Farid yang semakin panik.

Bukan main kaget Mbok Min dan yang lainnya. Seluruhnya langsung berhamburan menuju pintu kamar Ayu.

Dan pintu kamar Ayu terkunci rapat dari dalam. Semua bertambah panik.

"Pak Jo! Ambil linggis, Pak eeee..." seru Mbok Min. Pak Jo langsung berlarian menuju ruang belakang. Dia berlari secepat kilat.

Tak lama muncul Pak Edi, satpam komplek. Dia yang curiga dengan kedatangan motor Tata tentu saja ingin memastikan keadaan dalam rumah Guntur. Lagipula sebelumnya dia mendengar teriakan-teriakan dari dalam rumah Pak Guntur.

Pak Edi lalu memukul-mukul pintu kamar Ayu sekeras mungkin begitu tahu alasan kenapa mereka ingin mendobrak pintu kamar Ayu.

Dan Pak Jo kembali dengan linggis. Berdua dengan Pak Edi, mendobrak pintu kamar Ayu.

"Ayuuuuuu!!" pekik semuanya saat melihat Ayu terbaring di atas tempat tidur dengan mulut berbusa.

"Cepaaaat. Panggil Ambulaaaan...." Pekik Bu Sari.

Semua cemas. Pak Johan lalu dengan sigap mengangkat tubuh Ayu yang lemas. Dia dibantu Farid.

Tak lama muncul Guntur. Dia terperangah hebat ketika melihat tubuh putrinya lemas digendongan Pak Johan.

"Ayuuuuuuuu!!!" Guntur memekik. Dia langsung memburu tubuh putrinya yang lunglai dari gendongan Pak Johan, lalu berlarian ke luar menuju van.

"Pak. Biar saya yang nyetir!!" Tata langsung mengambil alih posisi Pak Johan. Pak Johan terperangah.

"Saya bisa ngebut. Bapak nggak bisa. Sim bapak bisa dicabut sewaktu-waktu. Biar saya saja!!"

***

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang