28. Farid Malik Adam

38.8K 2.7K 32
                                    

Sepulang dari rumah Guntur, Nayra tidak segera membersihkan diri seperti yang biasa dia lakukan jika pulang dari bekerja. Dia merenung cukup lama di kamarnya. Sambil memeluk gulingnya, dia tersenyum-senyum mengenang hangat peluk dan sentuhan dari Guntur, kekasihnya.

Nayra menggeleng tidak percaya jika dirinya dan duda itu saling jatuh cinta. Padahal awalnya dia sangat tidak menyukai Guntur. Pun Guntur, dia tidak mengenal Nayra sama sekali.

Nayra tidak pernah berpikir memiliki seorang kekasih yang berpendidikan tinggi dan berada. Dia tidak pernah memiliki keinginan berpacaran seperti kebanyakan gadis-gadis seusianya. Yang dia pikirkan adalah kebahagiaan Ibu dan adik lelakinya.

Tapi ada satu yang kini menjadi beban pikirannya, duda itu sudah bertunangan.

Nayra menghela napas serta menundukkan pandangannya. Apa dia sanggup kehilangan Guntur dalam waktu dua bulan ini?

Sebenarnya Nayra ingin menyinggung perihal itu, tapi lagi-lagi dia tidak ingin merusak suasana hatinya dan hati Guntur saat berduaan.

"Hei, Kak..."

Farid menyapanya dari pintu kamarnya yang terbuka.

"Eh, Farid..., dari mana? Kok ibu juga nggak keliatan?"

Farid langsung duduk di sisi Nayra.

"Aku dari rumah Pakde Satya. Ibu sedang bantu Wak Tima hajatan."

Wajah Farid mulai cengengesan. Dan Wak Tima adalah pemilik laundry di mana Bu Ola bekerja.

"Paan?" tanya Nayra yang curiga melihat gelagat adiknya.

Farid memainkan matanya.

"Pakde Satya cerita kalo kakak malam minggu sama cowok di pecel lele...,"

Nayra tertawa kecil.

"Aku bilang ke Ibu, kata Ibu kakak pacaran sama Pak Guntur,"

Farid mulai menggoda kakaknya.

"Pakde bilang, cowoknya Kak Nayra ganteng, putih, tapi ubanan."

Nayra tidak sanggup menahan tawa.

"Trus, dia bilang badan pacar kakak tinggi, eh pake motor kecil, sampe nyisain dikit buat boncengin kakak..., untung kakak badannya mungil. Hahaha..."

Nayra memukul punggung Farid dengan bantalnya.

"Ya ampun..., Pakde segitunya meratiin orang...," sungut Nayra.

Tapi dirinya merasa suka digoda Farid sore itu.

"Tadi pacaran lagi, Kak?" goda Farid bertanya.

Nayra diam tidak menjawab.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

"Eh... kamu mau aku pertemukan dengan Pak Gun? Buat konsultasi kuliah kamu..., gimana?"

Wajah Farid langsung berbinar.

"Kalo kamu mau, besok pagi aku bilang ke Pak Gun kapan dia punya waktu ngobrol sama kamu...,"

"Boleh, Kak...,"

_____

Semangat Nayra mulai tinggi pagi itu. Meski jamunya masih banyak yang belum terjual, dia tetap kayuh sepeda jamunya dengan senang hati. Karena pagi itu dia sudah berencana menemui sang pujaan hati.

Mbok Min yang sedang membersihkan halaman depan rumah majikannya tampak keheranan melihat kedatangan Nayra yang lebih awal dari biasanya.

"Lho, Nay? Masih banyak jamumu ini," tanya Mbok Min. Dia menghentikan kegiatan menyapunya. Lalu dia rogoh sakunya uang dua ribuan.

Dengan sigap Nayra membuatkan jamu untuknya. Mata Nayra sesekali melirik ke kamar Guntur. Dan Mbok Min menyadarinya.

"Halaaah, Nay..., kurang puas kemarin? Lirak lirik kamar dudo..., nagih?"

Nayra hanya tersenyum.

"Aku mau buat janji nemuin Pak Gun sama adikku, Mbok. Mau nanya-nanya soal kuliah yang pake program beasiswa,"

"Ooo..., kirain mau peluk-pelukan lagi. Eh, lagi siap-siap kayaknya. Sarapan sudah, baju rapi, parfum wangi, tasnya sudah siap di depan pintu. Paling bentar lagi ke luar...,"

Mbok lalu meneguk jamunya hingga habis.

"Gimana habis dipeluk? Enak to?"

"Idih, Mbok Min...,"

"Nggak usah malu-malu, Nay. Aku yo sudah punya pengalaman...,"

Wajah Mbok Min berubah sedih. Dia lalu mengajak Nayra duduk di pinggir trotoar pinggir jalan depan pekarangan rumah Guntur.

"Aku dulu kawin sama laki-laki lebih muda lima tahun. Duh..., manja, Nay. Taunya duit aja. Males kerja, males bantu-bantu. Nggak tanggung jawab. Kan sudah cerita aku dulu ke kamu to? Eh..., ujug-ujug selingkuh sama yang lebih kaya." Mbok Min menelan ludah kelu.

"Mending kamu, Nay. Aku kok yakin Pak Gun sayang sama kamu. Meski umurnya wes tuek. Memang betul kata Bu Sari, mata Pak Gun tuh beda liat kamu. Kayaknya dia pingin lama-lama sama kamu."

Nayra diam. Dia tidak ingin menyinggung status Guntur yang sudah bertunangan. Masih terlalu pagi.

Tak lama garasi mobil Pak Guntur terbuka secara otomatis.

"Mbok..., bentar ya?"

Nayra langsung berdiri menunggu mobil Guntur mendekat dirinya di sisi jalan. Dan mobil Guntur tentu saja berhenti tepat di hadapannya.

Nayra langsung melangkah mendekat.

Dan wajah Guntur tersenyum cerah melihat Nayra yang berjalan ke arahnya.

"Pak, adik saya Farid mau konsultasi kuliah, Pak. Kapan ya Bapak punya waktu?" tanya Nayra tanpa basa basi.

Guntur berpikir sejenak. "Hm..., kamu sibuk nggak habis jual jamu hari ini?" tanyanya sejurus kemudian.

Nayra menggeleng.

"Hari ini Ibu saya bantu yang punya Laundry hajatan. Bersih-bersih. Jadi saya di rumah aja. Farid juga hari ini di rumah. Dia udah nggak punya kegiatan sekolah lagi. Ujiannya udah selesai. Sekarang fokus cari info kuliah, Pak."

Wajah Guntur berubah cerah sekarang.

"Kalo begitu, kamu datang saja sama adik kamu ke kantor saya," usulnya.

Nayra terperangah.

"Emang boleh ya, Pak?" tanyanya tidak percaya.

"Boleh...,"

"Wah..., mau, Pak..."

Nayra langsung siap-siap berbalik karena sudah tidak sabaran ingin segera menjumpai adiknya.

"Nay...!" panggil Guntur saat pandangannya tertuju ke sendal jepit Nayra.

Nayra kembali lagi ke hadapan Pak Guntur.

"Iya, Pak?" deliknya.

"Jangan lupa nanti kalo ke kampus, pake baju yang rapih. Jangan pake kaos oblong. Bilang sama adikmu juga, ya? Kamu juga, pake baju yang sopan..., pake sepatu..., punya?"

Nayra tertawa kecil. Guntur suka melihatnya.

"Yah, punya, Pak..."

Dan Guntur lalu melajukan mobilnya perlahan setelah tidak lupa memberi senyum terbaiknya ke Nayra.

Nayra senang. Meski masih ada beberapa botol jamunya yang masih penuh, dia tetap saja pulang awal. Nayra ingin segera memberitahu adiknya untuk bersiap-siap pergi menemui Pak Guntur di kampusnya. Biar Farid semangat juga nantinya.

Dan ternyata, Pak Guntur ingin dirinya memasak makanan untuk dirinya buat makan siang. Dia ingin Nayra membuat rawon spesial. Guntur ingat saat menikmati rawon di hari ibunya mengunjunginya, Bu Sari berbisik kepadanya bahwa rawon yang sedang disantapnya adalah buatan Nayra. Kali ini dia ingin menikmatinya lagi.

***

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang