41. A Little Hope

29.7K 2.2K 40
                                    

Renata tersenyum puas malam itu saat membaca sebuah email lewat layar laptopnya. Keinginannya untuk meneruskan kuliah di University of Caen Normandy, Perancis sudah di depan mata. Meski hanya surat keterangan lulus S1 yang dia punya, ternyata pihak agensi pendidikan yang dia gunakan, mau menerima surat keterangan itu. Karena menganggap bahwa jurusan yang dia tuju masih sepi peminat, terutama dari negara-negara Asia. Renata termasuk calon mahasiswi master yang diprioritaskan, karena nilai yang diraihnya selama kuliah S1 sangat memuaskan.

Renata menghela napas lega. Dia yakin kabar gembira ini pasti membanggakan mamanya, juga papa tirinya. Renata tidak ingin membuat keduaorangtuanya itu susah hati dengan permasalahan hidupnya sebelum-sebelumnya, terutama ketika mengakui bahwa dirinya penyuka sesama jenis. Sudah tiga kali dia menjalin kasih dengan kaum sesamanya, termasuk dengan Sheren Paulina.

Bukan tidak ada alasan Renata sempat menjadi seorang lesbian dalam kurun beberapa tahun. Dia diperkosa oleh Ayah kandungnya di usia tiga belas tahun. Karena terus menerus ditekan ayahnya saat itu, Renata nekad membunuh ayahnya dengan meracuninya. Di usia yang sangat muda itu, Renata mau tidak mau harus merasakan masa-masa sulit di pusat rehabilitasi anak.

Namun sayang, ketika ke luar dari sana, Renata malah memutuskan untuk menjadi seorang lesbian. Karena dia merasa kasih sayang dari para perempuan yang dia dapatkan dari sana sangat berkesan baginya. Terlebih, mengingat kejamnya perlakuan yang dia dapatkan dari ayah kandungnya.

Dan Sheren adalah kekasih terakhirnya. Namun tidak lama, hanya beberapa bulan saja, kemudian memutuskan untuk membiarkan Sheren menjalin kasih dengan seorang pria bernama Santo, sebelum dijodohkan dengan Guntur.

Setelahnya, Renata tidak lagi menjalin kasih dengan siapapun, bahkan dirinya sering terlihat sendirian saja.

Renata memang sempat merasa sakit hati cukup lama terhadap Sheren. Tapi cepat-cepat dia hapus perasaan sedihnya dengan semangat menjalani kuliah, hingga dia mampu menyelesaikan kuliahnya dengan baik. Bagi Renata, melihat Sheren bahagia nanti dengan pria yang dia cinta, juga merupakan kebahagiaan dirinya. Apalagi Sheren bercerita bahwa dirinya akan mendapat harta berlimpah dari ibunda Guntur. Renata turut senang bahkan mendukung.

Tidak sabar rasanya Renata akan menyusul Mama dan Papa tirinya yang sekarang berada di kota Paris, Perancis, yang lokasinya tidak begitu jauh dari kota Caen. Kurang lebih tiga jam saja jika ditempuh via kereta api.

"Ya, Ren?"

"Ta..., bantu gue...., singkirkan perempuan yang bernama Nayra!"

Renata memejamkan matanya saat menerima panggilan dari Sheren malam ini. Geraham giginya terdengar menggertak saat mendengar nama Nayra dari mulut Sheren. Tanpa memerlukan penjelasan lebih lanjut, dia sudah tahu permasalahan yang dihadapi Sheren.

Tata menghela napas penuh sesal. Firasatnya ternyata tidak salah saat bertatap mata dengan Nayra di kantor Guntur Haribawa tempo hari. Gadis itu pasti spesial di mata Guntur.

Tapi menyingkirkan Nayra? Apa maksud Sheren?

Tiba-tiba, pintu apartemennya diketuk.

Setelah menutup laptopnya, Tata bergegas menuju pintu apartemennya.

"Tataaaa..., bantu gueeeee..."

_______

"Membunuh Nayra? Lu gila, Ren...," sanggah Tata. Dia sama sekali tidak menyangka Sheren memiliki pemikiran sejauh itu.

"Gue nggak tahan, Tata. Lu bayangin pasti keluarga besar gue maluuuu. Mas Gun berencana membatalkan pernikahannya dengan gueee...," isak Sheren.

Renata merasa kasihan dengan Sheren. Dia tahu cinta Sheren sudah sangat dalam terhadap Guntur. Tapi,

"Trus? Setelah Nayra tersingkir? Kelanjutan lu? Apa lu yakin Guntur bakal baik sama lu?" tanya Tata.

"Setidaknya, Guntur pasti akan tunduk dengan ibunya. Dan gue masih punya harapan...,"

Tata menggelengkan kepalanya. Kini dia dihadapi dilema teramat sangat. Dia memang sayang Sheren, tapi dia juga tidak ingin mengulangi apa yang pernah dia perbuat sebelumnya. Apalagi ini? Menyingkirkan orang yang tidak ada hubungannya dengan dirinya. Orang yang sama sekali tidak dia kenal, dan juga tidak berbuat salah terhadapnya.

"Nggak, Ren. Gue nggak mau...,"

"Taaaa. Pleeeeaaasee! Bantu gue..., lu tega dengan gue..., gue janji apa yang lu mau gue kasih, Ta. Liat gue, Ta. Hati gue hancurrrrr. Lu bayangin..., Mas Gun berniat batalin pernikahan. Keluarga gue pasti maluuuu. Semua sudah disiapkaaaaan. Gue juga sudah fitting baju, Taaaa. Liat gueeeee,"

Sheren yang menangis tertunduk lesu di hadapan Tata.

"Nggak, Ren. Gue nggak mau. Gue udah insyaf. Luuu...., ah, Ren, apa-apaan lu. Ren...,"

Sheren tiba-tiba memeluk Tata, mencium bibir Tata, lalu melumatnya. Tata berusaha mendorong tubuh Sheren yang memeluknya mesra.

"Ren..., udaah...hhh..., Ren. Gue....,"

Renata terbawa perasaan, hingga dia larut dalam perasaan cinta yang pernah dia rasakan saat masih bersama dengan Sheren.

"Please, Ta. Gue sayang lu. Bantu gue," desah Sheren sambil meremas pangkal paha Tata.

***

Perasaan Nayra lega pagi itu, karena Guntur sudah mulai tenang. Guntur akhirnya mau kembali ke rumahnya. Dia tidak ingin Guntur berlama-lama sedih atas apa yang dilakukan ibunya yang telah melanggar perjanjian untuk tidak memasuki kamarnya. Bu Ola pun turut menasihatinya.

"Nay, Nay..., ada-ada aja orang kaya kalo buat peraturan. Nggak boleh masuk ke sanalah, ke sinilah. Nggak boleh inilah itulah..., duh..., ibu yo khawatir kalo kamu jadi bagian keluarga seperti keluarga Bu Hanin, juga Pak Guntur sendiri. Ini mungkin alasan kenapa Pak Guntur bercerai dulu..., mantan istrinya yang mungkin nggak tahan dengan segala peraturan keluarga Pak Guntur. Ini menurut ibu lho, Nay. Tapi kamu jangan berkecil hati, Pak Guntur kayaknya nurut sama kamu...," tutur Bu Ola saat Pak Guntur sudah pergi dari rumahnya pagi-pagi setelah sarapan pisang goreng dan teh manis panas.

Nayra tersenyum mendengar celoteh ibunya.

Tiba-tiba, Farid ke luar dari kamarnya. Dia berpakaian sangat rapi.

"Duh, cah lanang ganteng. Mau ke mana? Kok nggak bilang-bilang?" tanya Bu Ola.

Farid yang tengah merapikan kemejanya, tersenyum simpul.

"Barusan tadi ditelpon Pak Gun, katanya aku harus ke agensi pendidikan yang ngurusin beasiswa, Bu. Pagi ini juga," Jawab Farid sambil memburu kakaknya dan memeluknya sebentar, sebelum memeluk ibunya.

"Doain, ya Bu...," ucap Farid.

"Pasti, Rid..., ibu doain supaya lancar urusan kamu," balas Bu Ola sambil mengusap-usap kepala Farid.

"Kak...," desah Farid ke Nayra yang berdiri merangkul ibunya.

"Yang semangat, Farid...," ujar Nayra sambil mengerdipkan matanya.

Farid meraih ranselnya, lalu meletakkan ke belakang punggungnya.

Tak lama kemudian, terdengar deru motor yang dikendarai Farid menjauh dari rumah.

***

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang