20. Hari Pertama

40K 3K 46
                                    

Nayra disambut senyum hangat dan tatapan teduh dari Guntur. Guntur tidak lupa mengucapkan terima kasihnya ke Nayra karena Nayra bersedia bekerja membersihkan kamarnya.

Nayra terlihat santai dengan baju kaos polo pink dan celana jeans yang tidak terlalu ketat sore itu. Dia sangat rapi, rambutnya yang tersisir rapi dihiasi jepit hitam. Guntur juga santai dengan celana pendek selutut dan baju kaos oblong tipis.

Guntur sempat mengamati Nayra dengan seksama. Akan tetapi pandangan Nayra malah sibuk tertuju ke seisi kamar Pak Guntur yang juga digunakan sebagai tempat kerjanya. Nayra terlalu fokus dengan apa yang akan dikerjakannya.

"Kalo beres-beres yang lain saya rasa kamu sudah paham. Yang mungkin agak berat itu lemari buku ini, Nay. Saya minta tolong dibersihkan, juga buku-bukunya. Ini kan saya sering ambil buku, trus baca, dan saya lupa letak yang semestinya. Tolong kamu susun sesuai nomor kode serta abjadnya agar berurutan,"

Nayra mendengar penjelasan Guntur sambil memperhatikan tiga lemari buku besar yang ada di hadapannya. Lalu dia mengangguk mengerti saat Guntur menunjukkan contoh meletakkan buku-buku dengan benar.

"Ini, tangganya saya letakkan di antara lemari. Pasti di atas banyak debunya. Saya minta kamu juga bersihkan bagian paling atas lemari buku," ujar Guntur kemudian sambil menunjukkan sebuah tangga lipat yang berada di antara lemari buku besarnya.

"Kira-kira kamu bisa nggak ya?" tanya Guntur memastikan. Dia merasa sedikit tidak yakin saat mengamati tubuh mungil Nayra.

Nayra memandangnya dan mengangguk yakin.

"Ya, Pak. Bisa," jawab Nayra yakin.

Guntur tersenyum lega mendengar jawaban mantap dari Nayra.

"Satu lagi, Nay."

Guntur lalu mengajak Nayra menuju sebuah ruangan sempit. Nayra mengikutinya.

Kini mereka berdua berdiri di depan sebuah brankas besar.

"Ini aset saya. Segala sumber penelitian saya. Saya letakkan di dalam brankas ini. Ini kodenya. Cuma kamu yang tahu kode ini selain saya," Guntur menatap Nayra tajam. "Tahu maksudnya apa?" tanya Guntur sambil menyerahkan sebuah kartu ke tangan Nayra yang bertuliskan kode.

"I iya, Pak. Nggak boleh orang lain tahu," ucap Nayra.

"Bagus."

Guntur lalu membuka brankasnya. Ada banyak lembaran-lembaran kuno di sana. Juga arsip-arsip lainnya.

"Ini kamu rapikan saja. Ada cairan khusus membersihkan bagian dalam brankas ini. Nanti saya tunjukkan ke kamu."

Nayra sepertinya cukup puas dengan penjelasan Guntur. Dia juga senang dengan sikap Guntur yang tidak lagi dingin terhadapnya. Guntur bahkan sudah menyebut namanya.

"Hm..., Pak," Nayra tiba-tiba bergumam.

"Ya, Nay?"

"Boleh saya tau gaji saya, Pak?" tanya Nayra.

Guntur tertawa dibuatnya. Cukup lama. Hingga dia melepas kacamatanya dan menyusuri sudut matanya yang terasa berair. Ditatapnya wajah manis Nayra. Nayra tersipu dibuatnya.

"Maaf, Pak. Saya cuma kepingin tau,"

Guntur masih menatap Nayra.

"Kamu mau saya bayar berapa, Nay?"

Nayra seketika bingung dengan pertanyaan Pak Guntur. Sungguh tidak etis jika dia meminta gaji besar, sementara dirinya hanya bekerja tiga kali seminggu dengan waktu yang sangat singkat pula.

"Terserah Bapak. Kan saya kerja. Hm..., nggak lama,"

"Kamu bisa ajukan jumlah gaji yang kamu mau. Itu biasa di perusahaan-perusahaan, atau tempat kerja lainnya jika kamu diterima sebagai salah satu pekerja atau pegawai."

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang