59. Dia Datang

33.9K 2.3K 21
                                    

Nayra sedih karena harus meninggalkan ibunya di rumah sendirian. Sebenarnya dia ajak Bu Ola menemaninya tidur di rumah suaminya. Bu Ola menolak. "Ibu nggak papa, Nay. Di sini juga rame. Ibu paling main di rumah Wak Tima, sambil kerja ngisi waktu senggang, sore balik. Capek..., yo tidur. Dua hari lagi Farid juga pulang," ujar Bu Ola yang menolak ajakan Nayra.

Nayra harus pulang karena dipinta Guntur. Ayu, anak Guntur akan tiba di Jakarta sore ini dan akan menginap selama seminggu di rumahnya sebelum kembali ke Johor. Nayra dengan berat hati pulang. Sebenarnya dia enggan bertemu anak Guntur. Di samping dia belum mengenalnya, Nayra sudah membayangkan pasti ada apa-apa dengan kedatangan Ayu yang tidak biasa ini. Kenapa tiba-tiba datang? Kenapa tiba-tiba ingin ketemu papanya? Padahal hampir lima bulan mereka tidak kontak sama sekali. Pasti ada yang direncanakan Mamanya kali ini.

"Temeni dia ya, Nay. Pastiin apa yang dia butuhkan terpenuhi. Kalo mau pergi ke mall tinggal suruh Pak Jo antar. Kamu temeni juga ya?" mohon Guntur saat memberitahu bahwa anaknya akan menginap selama seminggu di rumahnya. Nayra hanya mengiyakan, mana mungkin dia tolak.

_________

"Gimana, Nay? Enak toh kawin..., hehe..." goda Mbok Min ketika sedang membantu Bu Sari di dapur. Nayra juga turut membantu mereka memasak di dapur, mempersiapkan makan malam untuk menyambut Ayu.

Nayra tidak membalas godaan Mbok Min.

"Mbok kenapa nggak kawin lagi? Belum bisa beralih?" tanya Nayra tiba-tiba. Dia tampak asyik mengupas bawang.

"Pernah coba, Nay. Gagal. Hilang duitku berjut-jut..."

"Oh yang kenalan lewat fesbuk ya?"

"Ho oh...,"

Nayra tersenyum menggeleng. "Aku kira dulu Mbok bohong soal itu...,"

"Ih. Beneran, Nay. Aku yo waktu itu mumet. Apalagi setelah itu dengar kabar emakku sakit. Hah..., tambah ruwet pikiranku...,"

Nayra tertawa kecil mendengar nada keluh Mbok Min.

"Nay, Nay. Ntar kalo kamu punya anak. Yo..., beda lagi suasananya. Sayangmu pasti lebih ke anak. Yah, meski ke suami juga. Tapi kalo masalah berkorban, tetap saja buat anak. Lah, nggak usah liat aku, Nay. Ibumu? Nggak kawin-kawin juga toh?"

Bu Sari ikut tertawa mendengar celoteh rekan kerjanya itu.

"Aku memang sempat mau coba. Tapi pas mikirin anakku, emakku..., ah, mbuh mau kawin lagi rasanya. Aku sadar kalo kesenanganku itu bisa bikin anak-anak dan emakku senang. Itu aja. Lagian, gagal juga ..., enakan kayak gini."

Nayra menyerahkan bawang yang sudah dia kupas ke Bu Sari.

"Kalo Bu Sari? Emang enak pisah-pisah gitu? Cuma ketemu sebulan sekali?" tanya Nayra ke Bu Sari yang sedari tadi hanya mesem-mesem. Nayra sedikit membandingkan perasaannya ketika ditinggal Guntur pergi jauh. Rasanya sedih banget.

"Yah. Udah biasa, Nay. Itu juga demi anak. Suami ibu juga kan nggak bisa ngapa-ngapain. Lumpuh. Ibu juga seneng bisa membahagiakan anak-anak dan suami ibu."

Duh. Nayra nyesek mendengar kisah-kisah hidup dua ART itu. Merekalah perempuan-perempuan perkasa. Dia saja baru ditinggal beberapa hari saja sedihnya minta ampun.

"Nay, Nay. Kangen bojomu yo wajar. Kamu baru menikah. Pasti Pak Guntur kangen juga sama kamu..."

Nayra mengangguk kecil sambil menaikkan dua alis matanya. Dia ingat malam ketika Guntur meghubunginya dari sana. Nada bicara Guntur sangat menyesakkan dadanya, apalagi ketika dia bilang 'kangen kamu, Nay, Nayraaaa. Nyesss.

"Bu, Mbok..., anaknya Pak Gun gimana sih?" tanya Nayra tiba-tiba. Dia baru menyadari sesuatu.

Bu Sari dan Mbok Min saling pandang.

"Anaknya cantik, tinggi, putih. Wajah dan cara jalannya persis Pak Guntur. Ngomongnya campur nginggris. Ibu kadang ngerti kadang nggak. Pendiam. Tapi itu ya dulu, Nay. Waktu itu kayaknya masih SMP. Pak Guntur itu sayaaaang banget. Waktu main ke sini sampe diajak ke kantor. Jalan-jalan ke mall, ke dufan. Pokoknya apa mau Ayu, pasti akan disanggupi Pak Guntur. Wajarlah, anak satu-satunya, trus juga jarang-jarang ketemuan. Hm..., satu lagi, manja."

Nayra manggut-manggut sambil merapatkan bibirnya. "Nggak usah khawatir, Nay. Selama ada kita berdua di sini. Kamu aman. Hihi...,"

Nayra peluk Bu Sari. Dia merasa sangat nyaman jika ada Bu Sari. Dulu waku bertengkar dengan Bu Hanin, Bu Sari juga yang membelanya.

"Aku nggak dipeluk, Nay?" tanya Mbok Min sambil mencolek pinggang Nayra.

"Sini. Aku cium sekalian."

___________

Nayra seharian itu ikut membantu pekerjaan Mbok Min dan Bu Sari. Membersihkan rumah, memasak, dan merapikan perabotan. Dan sore itu, Nayra kembali memastikan rumah nyaman dan bersih. Kamar untuk Ayu juga tidak luput dari pikiran Nayra. Sudah dia rapi dan bersihkan. Nayra benar-benar ingin Ayu nyaman selama berada di Jakarta.

Dan Ayu sudah tiba dirumah. Dia dijemput oleh Pak Johan dari bandara. Betul kata Bu Sari. Ayu sangat cantik, kulitnya putih mulus, tubuhnya tinggi semampai, wajahnya persis Guntur. Tegas. Tapi tidak ada senyuman yang mengulas di bibir seksinya.

Nayra hanya menghela napas panjang saat Ayu langsung melengos ke kamarnya tanpa basa basi dengan dirinya sedikitpun. Sementara Bu Sari dan Mbok Min tentu saja dengan sigap membantu membawakan semua yang dibawanya, dari koper, tas besar dan tas kecil, juga beberapa kotak.

"Itu oleh-oleh dari Padang, Bik. Bring them to the kitchen. Not to my room," tegur Ayu ke Mbok Min yang mengira kotak-kotak berwarna coklat itu adalah barang-barang milik Ayu. Ayu tampak sekilas melirik Nayra.

Nayra langsung membantu Mbok Min yang kesusahan membawa kotak-kotak itu ke dapur.

"Duh..., Nay. Mimpi opo aku. Serem juga. Kayak Bu Hanin zaman dulu...." Gumam Mbok Min ke Nayra. "Nggak punya sopan santun. Salaman ke kamu aja nggak. Duh, Nay. Sabar yo?" lanjutnya menenangkan Nayra.

"Ck. Biasa aja, Mbok. Asal jangan ganggu aku aja. Kalo ganggu, tak selepet tuh anak,"

Mbok Min tertawa mendengar perkataan Nayra. "Tak bantu selepet anak e Guntur, Nay. Hehe..., sesuk e koe bubar. Lha, Pak Guntur jadi duda dua kali. Kamu cari yang lebih ganteng lagi," goda Mbok Min. Keduanya lalu menyusun kotak-kotak itu di balik salah satu lemari besar yang ada di dapur sambil tertawa lebar.

Tak lama kemudian muncul Bu Sari. Wajahnya tampak tidak senang.

"Berubah dingin tuh anak. Kayaknya mau main api di rumah. Pakaiannya banyak banget lo," ujar Bu Sari penuh curiga. Lalu dia rangkul Nayra erat.

"Nayra..., tenang. Ibu, Mbok Min, bahkan Bu Hanin. Semua pasti bela kamu. Kamu tenang saja."

Bu Sari menghela napas panjang. "Bu Hanin benci banget yang namanya Mila itu. Ibu sering dengar dia sama Pak Guntur ngomongin Mila. Dia yang mengkhianati Pak Guntur. Kamu tetap di atas angin, Nayra. Tenang saja."

***

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang