48. A Decision

33.4K 2.7K 81
                                    

Bu Ola akhirnya berhasil membujuk Nayra yang dilanda kesedihan. Nayra sudah mulai senyum. Menurut Bu Ola, adalah wajar jika Nayra bersikap sedikit berlebihan, karena ini adalah kali pertama Nayra merasakan jatuh cinta.

"Maaf ya, Bu. Aku jadi nyusahin. Nggak tau kenapa kadang aku merasa mampu pasrah kalo Pak Gun menikah. Tapi kadang ada perasaan nggak rela. Padahal ya seharusnya aku tau diri ya, Bu. " gumam Nayra. Dia dan ibunya masih duduk-duduk di atas tempat tidur.

"Yah..., namanya jatuh cinta pertama kali itu ya begitu, Nay. Takut hilang, takut pisah, takut kenapa-napa. Kalo kejadian, duh..., nyesek. Sampe tua terus saja keingat-ingat."

Nayra sedikit mendelik.

"Emangnya Ibu pernah kehilangan cinta pertama ya?" tanyanya mulai menggoda.

"Ya..., sama almarhum bapakmu, Nay. Dia cinta pertama ibu."

"Ooo..., aku kira ada selain bapak,"

Bu Ola terkekeh mendengar suara Nayra yang mulai terdengar riang.

"Makanya, ibu ngerti apa yang kamu rasakan. Yang penting jangan sampai sedihmu berlarut-larut. Jalani aja. Kalo memang Pak Guntur harus menikah, ya relakan. Masalah dia maksa ngasih kamu uang, ya terima. Tapi, kalo dia sudah menikah, kamu jangan mau digoda-goda lagi. Soalnya, posisi kamu sebenarnya kan emang sulit awalnya, juga ya... salah sih. Wong Pak Gun sudah bertunangan, malah kamu terima cintanya."

Nayra tergelak. Dia menyadari kesalahannya. Kembali diingatnya saat-saat Guntur menginginkan bermalam minggu dengan dirinya saja. Juga ingat ketika Guntur memeluknya erat dan menyatakan rasa sayangnya. Nayra bahagia sekali saat itu hingga dia lupa akan status Guntur yang sudah bertunangan.

"Senyum-senyum..." sela Bu Ola sambil menyenggol bahu Nayra.

"Nggak, Bu. Aku ngerasa bodoh aja ingat nangis-nangis tadi," balas Nayra diiringi senyum malunya.

"Eh, Nay..., si Farid ibu perhatikan kok diam saja ya? Apa cuma perasaan ibu saja." Tiba-tiba Bu Ola mengingat sikap diam Farid sebelumnya saat Nayra masih dilanda gelisah.

"Biasanya kalo dia begitu, berarti ada yang sedang dia baca, Bu. Terus kepikiran gitu. Kayak dulu, dia baca novel, trus banyak diam juga. Pas aku nanya, katanya kepikiran dengan tokoh utama yang ada di novel yang dia baca. Kok bisa sehebat itu...,"

Bu Ola tertawa kecil mendengar penjelasan dari Nayra mengenai kebiasaan Farid.

"Tapi kali ini diamnya beda lho, Nay."

Bu Ola dan Nayra saling pandang. Sepertinya memang ada yang salah dengan Farid. Karena Farid jarang sekali menghabiskan waktu yang lama di kamar sendirian.

Keduanya pun memutuskan untuk menghampiri kamar Farid.

______

Farid yang sedang memainkan ponselnya terperangah dengan kehadiran kakak dan ibunya ke kamarnya. Wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ayooo, lagi ngapain? Kok pucet gitu?" goda Nayra. Dia langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur Farid. Farid yang duduk di depan meja belajarnya hanya tersenyum simpul.

Dan Bu Ola mengambil posisi duduk di sisi Nay yang sudah terbaring. Dua perempuan itu memandang Farid dengan pandangan curiga.

"Paan sih?" decak Farid. Dia mulai kikuk.

"Ibu aneh liat kamu diam, Farid. Ngobrol dong," goda Nayra sambil memainkan matanya ke arah ibunya.

"Nggak ada apa-apa, Kak. Biasa, ini lagi ngecek-ngecek sosmed...,"

Farid lalu meletakkan ponselnya ke atas meja belajarnya dan mulai serius memandang dua perempuan yang sedang memandangnya penuh tanya. Dia mulai kikuk.

"Kak Nay udah nggak sedih lagi?" tanya Farid di tengah perasaan kikuknya. Tampaknya dia memang berusaha menghilangkan sikap gugupnya.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang