68. She or She

30.1K 2.7K 95
                                    

Farid membantu membukakan plastik yang berisi bakso berkuah dan perlahan menuangkannya ke mangkuk. Sekilas Farid menatap wajah Ayu yang ternyata juga ternyata menatapnya. Ayu memang cantik luar biasa, Farid sampai-sampai mengerjapkan matanya karena ditatap mata indah Ayu.

Farid tersenyum kikuk.

"Pake sambal, Yu?" tanya Farid yang masih terpesona dengan wajah Ayu.

"Iya, Om. Dikit aja. Suka hikap kalo kebanyakan..." tanggap Ayu.

"Hikap?"

Ayu mengangguk. "Egh egh gitu, Om,"

"Oooo, hiccup. Cegukan, Ayu..."

Ayu tertawa kecil menyadari ketidaktahuannya. Farid juga tertawa karena Ayu lucu saat mencoba meniru seseorang yang sedang cegukan. Kemudian, Farid tuangkan sedikit kuah sambal rawit di bakso yang akan disantap Ayu.

Dan Ayu sudah mulai menyantapnya.

"Pas nggak pedesnya?" tanya Farid memastikan.

Ayu mengangguk. Wajahnya sedikit memerah kala Farid menatapnya memastikan rasa pas pada kuah bakso. Farid sumringah melihat wajah Ayu yang sangat ayu itu.

Namun sesaat kemudian wajah Farid berubah murung. Ada Rena di dapur. Dan perempuan itu tidak muncul-muncul juga dari sana. Mau apa dia? Farid tidak berani menebak-nebak. Mengganggu? Kenapa sampai ke dapur segala dan bahkan dekat-dekat ibunya. Cerita tentang mantan tunangan Pak Guntur? Untuk apa lagi? Kak Nayra sudah bahagia dengan hidupnya sekarang.

Tak lama kemudian, Bu Ola muncul dari bagian dalam rumah. Dia sambut Ayu dengan senyum hangatnya.

"O. Ini anaknya Pak Guntur? Ayu namanya ya?" Bu Ola langsung mendekat dan duduk di samping Ayu. Dibelainya rambut panjang Ayu. Tampak Bu Ola terkagum-kagum dengan penampakan Ayu yang sangat ayu itu, hingga prahara yang sempat dia dengar dari Nayra tempo hari terlupakan begitu saja.

Dan ternyata Tata juga mengikutinya. Dia ambil posisi duduk leseh di salah satu sudut ruang tamu. Dia duduk menyangkung. Sekilas diliriknya Ayu. Dia raih ponselnya dan memainkannya. Tata tampak mengatur emosinya yang menahan kecewa. Ini bukan yang dia harapkan.

"Iya, Oma...," Ayu menyerahkan tangannya dan mencium tangan Bu Ola.

"Duh, panggil Eyang saja, Ayu...," ujar Bu Ola hangat.

Dan Farid sebentar-sebentar menoleh ke Rena yang asyik dengan ponselnya. Kenapa dengan perempuan ini? Selalu mendatanginya secara tiba-tiba. Menyebalkan sekali. Apalagi saat mengingat pertemuannya pertama kali di ruang kantor Pak Guntur, tatapan sinis penuh curiga dari perempuan nyentrik ini sangat mengganggu pikirannya, juga pikiran Nayra saat itu.

Farid menundukkan pandangannya sejenak, kembali mengingat pertemuan dengan perempuan yang mengaku namanya Rena ini selanjutnya di kantor agen yang mengurus perjalanannya ke Caen. Dirinya menolong mengambil tas Rena yang hampir dirampas orang tak dikenal, dan lagi-lagi perempuan ini malah mengikutinya menuju rumah. Farid lalu mengingat reaksi kaget dari perempuan ini waktu itu. Sempat pula menanyakan tentang Nayra. Perempuan aneh.

"Ya udah. Dihabiskan baksonya ya? Eyang ke belakang lagi," pamit Bu Ola ke Ayu. Dia lalu beranjak dari duduknya hendak menuju ke dapur kembali.

"Oiya, Farid, tadi Rena malah repot-repot bantu ibu loh. Rempah jamu udah pada dibersihin Rena. Bersih banget. Makasih ya, Rena," puji Bu Ola sambil menoleh ke arah Tata yang asyik memainkan ponsel.

"Sama-sama, Tante...," balas Tata pendek. Dia tampak lesu. Apalagi saat melihat punggung Bu Ola yang sudah hilang di balik tirai pembatas ruangan. Dia semakin lemas.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang