18. Tentang Nayra

36.2K 2.8K 151
                                    




Sambil menyanyi senang, Mina alias Mbok Min membersihkan perabot ruang tamu. Wajahnya sangat cerah. Bu Sari yang melihatnya menggelengkan kepalanya, karena tidak tahu apa yang menyebabkan Mbok Min begitu bahagia hari ini.

Memang sejak sehabis minum jamu Nay dan bergosip ria di depan pekarangan rumah majikannya bersama teman seprofesinya, wajah Mbok Min sangat sumringah. Apalagi setelah itu dia mendapatkan panggilan emak dari kampungnya barusan, suara renyah emaknya membuatnya lebih semangat bekerja.

"Seneng yo, Min? Nyanyi nyanyi. Suaramu itu loh, elek...," ejek Bu Sari sambil memilah-milah sayur mayur. Dia menyahut dari arah dapur. Sementara Mbok Min berada di ruang tengah. Tidak begitu jauh sih jaraknya, hanya beberapa meter saja. Tapi Bu Sari memang harus menyahut jika ingin berbicara.

"Elek yo elek, Bu. Sing penting bahagiaaaa," tanggap Mbok Min cuek. Tapi sepertinya ejekan Bu Sari berhasil membuatnya mingkem. Dia tidak bersenandung lagi setelahnya.

Kemudian, sambil meraih kemoceng dan handuk kecil, Mbok Min berjalan cepat menuju dapur. Dia duduk di kursi makan menghadap Bu Sar yang sedang sibuk tentunya.

"Bu. Si Nayra mulai sesuk sore kerjo," mulai Mbok Min sambil memainkan kemocengnya.

"Oh ya? Wah, bagus itu."

Mbok Min mengamati tubuh Bu Sari yang masih asyik berdiri di hadapan sink dapur.

"Hm..., apa bener Pak Guntur punya hati sama Nay, Bu?" lanjut Mbok Min bertanya.

Bu Sari tertawa mendengar pertanyaan Mbok Min.

"Mina..., Mina. Kamu kok nggak percayaan karo aku. Aku iki wes lama gawe di sini. Sudah hafal gerak gerik Guntur. Sudah beberapa kali dikenalin sama perempuan sana sini sama Bu Hanin, sampe diajak ke rumah ini. Tidak ada satupun yang dia ajak ke kamarnya, kecuali Nay..."

"La? Kan Nayra memang disuruh gawe di kamarnya...,"

"Huh? Gawe? Aku berani taruhan, Min. Pasti akan ada terjadi sesuatu...,"

Mbok Min mengernyitkan dahinya melihat cara bicara Bu Sari yang meyakinkan.

"Mata Guntur itu sudah aku bilang beda kalo liat Nayra, Min. Meski Nayra nggak suka sama dia dan nggak nyadar kalo sering dilirik-lirik Guntur. Aku saksi hidup. Selama Nayra kerja, pintu kamar Guntur selalu dibuka Guntur. Liat dia duduk di kamar sambil ngeliatin Nayra kerja. Kadang berdiri ngawasin Nayra."

Mbok Min manggut-manggut serius.

"Mbok ya mikirrr, kenapa dia tahan-tahan gaji Nayra sebelumnya, itu tidak lain bertujuan agar bisa ketemu lagi sama Nayra. Trus, sampe nekad ke rumah Nayra."

Mbok Min masih manggut-manggut. Dia ingat ekspresi wajah Guntur yang gelisah ketika meminta alamat rumah Nayra.

"Iya juga ya, Bu. Itu Pak Guntur sampe bela-bela ke rumah Nayra...,"

"Nah..., nyuruh Nayra balik kerjo di sini ta? Nggak ada lowongan pekerjaan di rumah ini, eh malah dia suruh Nay kerja di kamarnya. Biasanya kan kalo mau jadi PRT tetap di rumah ini yo mesti izin sama Kanjeng Ratu Roro Rere Riri Hanindita Surayya..."

Mbok Min cekikikan melihat pinggul yang dimainkan Bu Sari ketika menyebut nama majikan utama mereka.

"Hm..., waduh, Bu. Kok aku seneng kalo Nayra kerja sesuk," gumam Mbok Min sambil menopang dagunya dengan tangan kanannya. Dia seperti memikirkan sesuatu.

"Seneng apa?"

"Seneng liat Pak Guntur ... hmm,"

"Hush! Ngawur...," Bu Sari melotot melihat ekspresi wajah Mbok Min yang memonyongkan bibirnya sambil memainkan dua tangannya seperti orang yang sedang berciuman.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang