53. Malam Pertama

70.7K 2.8K 86
                                    

Senyum puas menghiasi wajah seorang gadis ketika menyaksikan sebuah pesan video singkat yang menunjukkan proses ijab kabul pernikahan Guntur dan Nayra di dalam masjid. Sambil menyeruput kopi latte panas dengan posisi duduk menyangkung, dia tonton video itu berulang-ulang.

_______________

Guntur cepat menyambar tangan Nayra. Dia lega setelah suara-suara menyebut kata SAH menggema di seluruh penjuru ruang masjid.

"Kamu istri saya sekarang...," ucapnya disertai senyum khasnya.

***

Dan malam yang ditunggu-tunggu itu pun tiba...

Guntur dan Nayra saling tatap saat terbaring di atas ranjang pengantin di kamar Guntur. Keduanya sangat letih karena seharian penuh mereka bak Raja dan Ratu.

Entah berapa kali mereka berdua harus berganti kostum ketika berada di gedung resepsi pernikahan. Berdiri menyalami para tamu yang membludak. Terutama yang ingin mengetahui paras si tukang jamu, Nayra. Mereka penasaran dengan seorang gadis yang mampu meluluhlantakkan hati duda tampan yang sebelumnya menjadi rebutan para kaum hawa.

Namun, ketika keduanya mengingat wajah-wajah bahagia mengiringi mereka menuju gedung resepsi, lelah sedikit demi sedikit berangsur hilang. Apalagi mengingat wajah ibu-ibu mereka, Bu Hanin dan Bu Ola, dua wanita itu terlihat sangat bahagia. Bu Hanin bahkan menginap di rumah Bu Ola malam ini.

"Anakmu pandai mijet..., kalo nggak malam pertama, tak suruh pijet aku malam ini...," gumam Bu Hanin sambil memijat-mijat tengkuknya sendiri. Saat itu dia duduk bersebelahan dengan Bu Ola di van menuju pulang setelah acara resepsi pernikahan anak-anak mereka selesai di sore hari.

Bu Ola tersenyum menoleh ke arah besannya. "Tak pijet jenengan, Bu," tawar Bu Ola sopan. Bukan main Bu Hanin senang mendengar tawaran Bu Ola. "Wes, aku nginep di rumah jenengan saja," balas Bu Hanin tak kalah sopan. Lalu keduanya tertawa membayangkan anak-anak mereka bisa bebas malam ini.

"Capek, Nay?" tanya Guntur sambil membelai pipi Nayra yang terbaring di sisinya.

"Iya, Pak... capek banget," balas Nayra. Matanya terlihat susah terbuka. Nayra pasti capek sekali. Berkali-kali berganti kostum saat resepsi, juga berganti asesoris. Dia pasrah menatap suaminya malam ini. Karena yakin suaminya pasti menginginkannya, sementara dirinya sudah amat letih.

"Kamu cantik sekali hari ini..." puji Guntur. Tangannya berpindah ke pinggang Nayra, mengusap-ngusap pinggang Nayra.

Nayra menatapnya malu-malu. Sesekali memejamkan matanya saat tangan Guntur mulai menyelinap di balik celana pijamanya. Meremas bokong polosnya.

"Sakit nggak, Pak?" tanya Nayra ketika Guntur merekatkan tubuhnya ke tubuh Nayra. Nayra merasakan benda di balik bawahan pijama Guntur menghujam bagian bawah perutnya.

Didekapnya pinggang Guntur.

"Saya nggak, Nay. Kamu yang sakit..." jawab Guntur tersenyum. Meski sudah bertahun-tahun tidak berhubungan seks sama sekali, tapi setidaknya dia masih mengingat rasanya berhubungan badan dengan mantan istrinya terdahulu. Nayra? Tentu belum pernah.

Nayra cemberut mendengar jawaban lugas Guntur.

"Tapi setelah itu enak lho, Nay..., kan kamu sudah pernah ngerasain orgasme." Kini tangan Guntur sudah mulai mengelus-elus milik Nayra.

"Emang rasanya sama ya, Pak?" tanya Nayra. Dia yang pasrah, merenggangkan dua pahanya, membiarkan Guntur leluasa mengeksplor miliknya.

"Beda, Sayang. Kalo masuk, rasanya lebih dahsyat...," jawab Guntur sambil terus dengan lembut mengusap-usap milik Nayra. Terdengar desah napas Nayra yang mulai tidak beraturan, karena sesekali jemari Guntur memainkan benda kecil yang ada di sana.

"Yuk? Udah basah lo...," bujuk Guntur.

Nayra yang terangsang, tentu menurut. Kata-kata Guntur dan suara lembut Guntur sungguh merdu di telinganya. Dia lalu melepaskan pakaiannya. Juga Guntur.

Wajah Guntur berubah saat melihat tubuh polos Nayra kali ini. Meski dia pernah melihat tubuh indah itu saat berada di apartemennya sebelumnya, dia merasakan suasana yang berbeda sekarang. Matanya membulat takjub, karena tubuh itu sudah bisa dia nikmati. Kapan saja.

Guntur memulai dengan mendaratkan ciuman-ciumannya ke sekeliling leher Nayra, menghisapnya kuat-kuat hingga terdengar teriakan Nayra. Setelah puas mendengar teriakan, Guntur melumat bibir Nayra. Nayra yang merasakan denyutan hebat di seputar perutnya, membalas lumatan Guntur. Dia sangat menikmatinya.

"Masukin aja, Pak...," desah Nayra karena merasakan ada yang menusuk-nusuk di bagian dalam miliknya, akibat dari rangsangan dan sentuhan Guntur yang begitu hebat.

Guntur tersenyum. Sedikit tidak menyangka Nayra yang memohon. Tapi ternyata dia tidak mengindahkan permohonan Nayra. Dia biarkan istrinya itu terlena dengan rangsangan dari sentuhan-sentuhannya.

Nayra kembali mendesah berteriak, saat Guntur menggigit-gigit kecil puting payudaranya secara bergantian. Apalagi dirasanya lidah Guntur bergerak cepat memainkannya.

"Pak..., masukin...," mohon Nayra setengah berteriak. Guntur balas teriakan Nayra dengan kecupan-kecupan dahsyatnya di seputar perut Nayra.

Nayra kini hanya mendesah saja. Dia memejamkan matanya, pasrah. Mungkin Guntur belum menginginkannya, pikirnya. Padahal dia ingin segera merasakannya. Belum dimasukkan saja dia sudah merasa melayang-layang, apalagi jika benda itu benar-benar menghujam tubuhnya.

Nayra tidak meracau lagi. Dia hanya memejamkan matanya, menggigit bibirnya kala Guntur sudah siap-siap meraup miliknya dengan mulutnya.

"Pak Gun..., enak..." racau Nayra. Dia buka kedua kakinya lebar-lebar, membiarkan lidah Guntur bermain-main di seputar miliknya. Lalu erangan-erangan nikmat dari mulut Nayra pun kembali terdengar di kamar itu.

Nayra yang ingin menuntaskan gilirannya, memberanikan dirinya meremas rambut Guntur ketika puncak nikmat sudah akan dia rasakan. Nayra tekan kepala Guntur ke miliknya, sedikit menggerak-gerakkannya.

Guntur tertawa kecil saat mendengar teriakan tertahan dari mulut mungil Nayra. Nayra sudah sampai di tujuan.

Meski puas, Nayra tidak semangat. Apalagi saat melihat tubuh polos Guntur melangkah gontai menuju kamar mandi. Nayra kecewa malam itu. Guntur tidak memenuhi permohonannya. Padahal dia sudah sangat menginginkannya.

Tak lama kemudian, Guntur kembali menuju tempat tidur. Dia rebahkan tubuhnya di sisi Nayra yang sedikit cemberut.

"Nay...," desahnya. Nayra menoleh sebentar ke arahnya.

"Kamu di atas."

______________

TBC

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang