79. Selamat Datang, Bagaskara!

52.9K 3K 148
                                    

Selamat datang, Bagaskara Haribawa Noer

Guntur langsung meraih tas dan jasnya setelah menerima panggilan dari ibunya. Ternyata Nayra sudah mengalami pendarahan kecil. Padahal seharusnya kelahiran anaknya dijadwalkan minggu depan.

Tidak ada yang dia pikirkan saat menyetir, selain keselamatan istri dan bayi yang akan dilahirkan.

Setiba di rumah sakit, Guntur sejenak membersihkan wajah dan tangannya sebelum memasuki ruang bersalin.

"Tenang, Pak Guntur. Sebaiknya tidak usah panik. Nayra masih dalam kondisi sangat stabil," ujar dokter Firza seraya memberikan seragam medis ke Guntur. Lalu keduanya melangkah menuju ruang bersalin.

Guntur yang cemas langsung mendekati Nayra yang sudah terbaring.

"Maaf, Sayang..., aku telat," bisik Guntur. Dia raih dua tangan Nayra.

Nayra tidak menjawab, karena menahan sakit yang luar biasa di sekitar perutnya yang terasa memutar hebat.

"Sabar, Bu Nay. Kepalanya udah keliatan tuh..." ujar dokter Firza. Dia sangat tenang. Karena yakin Nayra bisa melewati persalinannya dengan baik. Keyakinannya cukup berdasar karena rekam medis Nayra selama hamil sangat memuaskan.

"Yaaang. Sakit..." keluh Nayra.

"Iya..."

Guntur terus membelai kepala Nayra dan menatapnya dengan cinta. Matanya tak berkedip memandang Nayra yang meringis kesakitan.

"Dorong, Bu..., iyaaa,"

Dokter Firza menyambut makhluk mungil yang sudah terdorong. Dia tertawa senang.

Beberapa detik kemudian, barulah terdengar tangis kencang sang bayi laki-laki.

Semua yang berada di dalam ruangan menghela lega. Tidak ada drama yang berarti saat persalinan. Meski kesakitan, tapi Nayra tetap berusaha tenang. Para tenaga medis pun jadi sigap dan semangat melayaninya.

"Ayo susuin nih..., aku haus, Mamaaaa...," canda dokter Firza. Dia langsung meletakkan sang bayi di dada mamanya.

"Begini, cah bagusss...." Decak dokter Firza yang mengarahkan mulut mungil si bayi ke puting payudara Nayra.

Nayra bukan main haru melihat anaknya yang sigap menghisap buah dadanya. Perasaannya bercampur aduk. Rasa sakit langsung terlupakan begitu saja. Diliriknya Guntur yang masih tegang berdiri di sisinya.

"Papa jangan iri yaaa..." ucap Nayra dengan senyum manisnya.

***

Kehadiran Bagas di tengah-tengah keluarga Guntur sangat membahagiakan semua. Rumah Guntur semakin ramai. Tawa canda bahagia seakan tidak berhenti di sana. Semua ikut memastikan Bagas tidak kekurangan apapun, juga memastikan keadaan mamanya agar selalu bahagia.

Guntur terus memastikan istrinya tidak lelah. Meski sebenarnya Nayra ingin sibuk seperti biasa, tapi Guntur terus mengingatkannya, terutama mengenai pemberian ASI yang menurutnya sangat penting.

Nayra senang, sejak lahir Bagas, hampir setiap hari ibunya datang menemaninya dari pagi hingga sore. Sore harinya Bu Ola pulang diantar Pak Jo atau Guntur, jika dia pulang kantor lebih awal. Bu Ola juga terkadang menginap di sana jika besannya datang dan menginap. Bu Hanin hampir setiap minggu mengunjungi cucunya.

Ayu apalagi. Dia merasa dirinya adalah orang yang paling bahagia di dunia ini. Setiap pulang sekolah, dia langsung membersihkan dirinya, dan bergegas melihat adik bayinya. Wajar saja, sudah belasan tahun dia selalu sendirian di rumahnya sebelum papanya merebut hak asuhnya. Saat-saat yang sangat membosankan baginya. Terlebih, dia diberi kuasa penuh memberi nama sang adik, Bagaskara.

NayraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang