18. Marahnya Cakrawala

1.4K 342 336
                                    

Karena luka, datang dari seseorang yang kita anggap istimewa.

-Anya Britanny-

***

"Tan, Titan!" Laksa masih terus berusaha untuk membangunkan lelaki itu. namun nyatanya, Titan tak lagi bersuara di posisinya.

Julian berlari kearah mereka berdua, wajahnya terlihat sangat panik, ia menggendong Titan dibelakang punggungnya.

Banyak netra yang menatap mereka berlima, saling melempar pendapat serta tanyaan yang mulai menjadi perbincangan hangatnya, kebetulan sekali Bel istirahat sedang dibunyikan.

"Minggir lo!" titah Laksa sambil mendorong orang orang yang menghalanginya.

Tangan Cakra terkepal, tiba tiba ia memutar badannya belakang, "Awas lo Joko!" gumam lelaki itu yang terus mempercepat langkahnya. Mars kebalakan, ia tak tahu harus mengikuti siapa. Pasti Cakra akan membuat kekacauan, tapi ia juga khawatir atas kondisi Titanic.

Laksa menarik tangannya, "Udah biarin aja, si tua emang pantes buat dapetin itu."

Mars mengangguk, mereka berdua pun langsung melanjutkan langkahnya kembali. Air wajahnya tampak memprihatinkan, bagaimana kalau Titanic benar-benar mati?

Jauh dari belakang sana, terdapat Rafi yang sedang memantau mereka semua dari kejauhan. Pria paruh baya itu mengeluarkan ponselnya, kemudian menekan beberapa tombol disana untuk menghubungi seseorang.

"Tuan muda sepertinya akan membuat kekacauan, Nyonya."

"Apa yang terjadi?" tanya seseorang di dalam sana.

"Salah satu temannya pingsan setelah dihukum, dia sepertinya sedang berjalan mencari guru yang tadi memberi hukuman pada mereka semua." balasnya yakin.

Serine terkekeh, "Biarkan dia berbuat sesuka hatinya."

Rafi mengangguk, "Baik nyonya." ia kemudian menutup saluran ponselnya. Memakai kacamata hitamnya, ia mulai berjalan perlahan untuk memantau tuannya dari jarak jauh.

Anya yang sedang berjalan riang pun terhenti ketika melihat Cakra. matanya berbinar, Senyum pun mulai terbit di bibir mungilnya.

"KAK CAKRA!" panggil gadis itu sambil berlari.

Kepalan ditangan Cakra semakin mengerat. Mood
nya sedang memburuk, lebih baik gadis itu pergi sebelum ia meluapkan semuanya padanya.

Anya mengerutkan dahinya, "Kok kak Cakra nggak berhenti ya?"

Gadis itu memberhentikan langkahnya terlebih dahulu, kemudian mengecek paper bag yang ada di tangannya. "Kak Cakra pasti suka," ujarnya senang.

Ia kembali melanjutkan langkahnya, senyumnya pun semakin ia lebarkan ketika tangan Cakra sudah berhasil ia gapai.

"Kak Cakra—"

PLAK

"AWHHH!" rintih gadis itu tiba tiba.

Semua orang membulatkan matanya, kedua tangan mereka saling menutup dimulut masing-masing.

"UDAH GUA BILANG! GAK USAH NGEJAR-NGEJAR GUA LAGI! SAMPE KAPAN LO MAU JADI CEWE MURAHAN DIMATA GUA ANYA?!" nafasnya terlihat sangat memburu, matanya menggerling tajam kearah gadis itu. urat urat dilehernya pun tampak terlihat.

Mata Anya berkaca-kaca, ia terus memegang pipinya seraya terus menunduk. memainkan kuku jarinya yang bergetar, ia ketakutan.

Tatapan Cakra semakin datar dibuatnya, ia melirik ke tangan kiri gadis itu yang sedang menenteng sesuatu, tanpa berbasa-basi lagi ia merebut benda itu dari tangannya.

Cakrawala |REVISI|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang