Aku berhasil melepasmu, tapi belum mengikhlaskanmu. Mungkin akan, tapi belum.
-Hadden Pramuditha-
***
"Detak jantungnya kembali!" teriak suster itu ketika dari tadi mengawasi layar EKG di sampingnya. Menyadari hal tersebut, dokter itu langsung membulatkan matanya terkejut.
"Kita periksa kembali enzim jantungnya!" titahnya cepat. Para perawat itu mengangguk, mereka mengganti terlebih dahulu sarung tangannya kemudian mulai memberikan alat yang dibutuhkan kepada dokter itu satu persatu.
"Mustahil, ini sudah melewati puncaknya," ujarnya kembali setelah mengikat lengan Cakra dengan tourniquet berwarna hitam itu. Ia kemudian langsung mengindentifikasi letak pembuluh vena sebelum dibersihkan dengan alkohol yang diteteskan oleh suster di sampingnya, lalu mengambil darah lelaki itu menggunakan jarum suntik. Supaya tak ada banyak darah yang keluar, dokter itu segera menutup aliran darah itu dengan kain kasa.
"Gue udah sadar, goblok. Kenapa mata gue gak bisa dibuka?" ujar Cakra menggerutu kesal di dalam hatinya.
"Pasien sudah kembali membaik, kemungkinan ia akan sadar dalam 1 jam ke depan," ucapnya melirik ke arah perawat yang menyuntikan vitamin ke selang infusnya.
"Baik, Dok."
"Kenapa gak sekarang aja, sih? Mau gue hajar?" ucapnya kembali. Setelah selesai, dokter itu pun langsung berjalan keluar, diikuti dengan para perawat yang mendorong alat - alat itu bersama mereka.
Setelah sampai di luar, teman - teman Cakra dan juga orangtuanya langsung beranjak lari ke arah mereka, raut khawatir yang teramat kentara langsung terpampang dihadapan dokter itu. Karena sudah terbiasa, dokter lelaki itu tersenyum maklum, kemudian mengelus pelan bahu Titanic yang memang sedang ada di sampingnya.
"Gimana keadaan Cakra, Dok?" tanya Laksa menuntut.
"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin-"
"J-jadi, hiks .... Cakra meninggal, Dok? Bagaimana bisa hiks ... ketua kita," tutur Titanic terisak pada bahu Mars, ucapan Titanic yang spontan langsung membuat mereka menegang, terutama Serine yang langsung merasakan kakinya yang tiba - tiba melemas.
"A-anak Mami ... Cakra," badan Serine bergetar kuat menahan isakan, Elard yang melihat itu langsung membawa Serine ke dalam pelukannya, menepuk - nepuk bahunya untuk mengalihkan rasa sakit yang tiba - tiba menembus hatinya.
"B-bukan gitu maksud saya, detak jantung pasien sudah kembali lagi, setelah dari tadi kami mencoba untuk berusaha semaksimal mungkin, akhirnya kami berhasil," Dokter itu tersenyum, mungkin kata -kata itu sudah basi dan mudah sekali tertebak, membuat siapapun pasti langsung nething setelah ucapannya terlontar.
"O-oh gitu, ngomong dong dari tadi, Dok." malu Titanic mengusap air matanya, ia memukul - mukul bahu Mars kemudian terkekeh.
"Gila lo. Makannya dengerin dulu kalo Dokter belum selesai ngomong." kesal Mars membuat Titanic berdecak sebal.
"Jadi, anak saya gak kenapa - napa?" tanya Serine kembali.
Dokter itu kembali mengangguk, "Iya, Nyonya. untung saja tadi Cakra langsung dibawa ke sini, sebelum darahnya benar - benar habis. Saya pikir juga, dia gak akan selamat. Karena ini sudah melewati puncak detak jantungnya. Namun nampaknya keajaiban tuhan itu ada," ia pun melirik ke arah Serine, Elard dan orang - orang yang ada di sana secara bergantian.
"Saya pamit dulu, pasien akan segera kita pindahkan ke ruang rawat yang di atas. Kalian bisa menunggunya sadar sekitar 1 jam lagi."
Julian mengangguk, "Makasih, Dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala |REVISI|
Teen FictionIni kisah Cakrawala Pranadipta, manusia yang tak suka bercerita. Sedikit menggeser egonya, ia akan memulai berbagi tentang banyak penyesalannya. Sesal itu langka baginya, darah kotor sudah banyak yang tumpah diatas tangannya. Ia tidak menyesal, kare...